dia beri warna Kuning;

102 18 10
                                    

"Rey, nggak pulang?"

Itu Jonatan. Melangkah makin dekat dengan tas selempang yang tersampir dibahu bagian kirinya.

Rey tersenyum, melihat bagaimana rambut halus Jonatan menari-nari terbawa angin. Warnanya sudah bukan biru, melainkan hitam pekat yang membuat alam bawah sadar Rey memujinya mutlak. Jonatan, terlihat bukan seperti manusia. Melainkan sebuah pahatan paling Indah yang pernah dibuat oleh sang pencipta.

"Belum, Jona. Aku nunggu jemputan."

Mendudukkan tubuhnya di samping Rey, Jonatan mengeluarkan sebuah jeruk dari dalam tasnya. Mengupas si kulit, lalu buahnya ia berikan untuk Rey.

"Aku belinya di Ausie."

Ucap Jonatan ketika melihat ekspresi wajah Rey yang amat gembira, ketika bibir mungil itu mulai bertabrakan dengan permukaan halus buah jeruk. Menyesapnya perlahan hingga airnya memenuhi rongga mulut Rey. Manis. Apalagi makannya sambil melihat wajah lugu milik Rey. Satu ucapan syukur Jonatan panjatkan. Atas nikmat Indah yang ia terima hari ini.

"Makasih. Jeruknya manis banget."

Jonatan mengulurkan tangannya tepat dibawah dagu Rey, mengisyaratkan untuk Rey agar buang biji jeruk itu ke telapak tangannya. Dan lalu setelahnya, ia satukan biji jeruk tersebut ke dalam satu tisu basah yang sudah ia siapkan. Menggulungnya supaya menjadi kecil, agar mudah untuk ia buang ke dalam tong sampah.

"Masih lama nggak jemputan kamu?"

Rey memandang ke depan, terlalu malu untuk menyadari sikap gentle Jonatan yang baru ia terima.

"Nggak tau, nih. Papa belum bales chat aku juga, soalnya."

"Kalo pulang sama aku aja, kamu mau nggak?"

Jonatan itu.... Seperti sebuah kado Natal, yang dalamnya tidak bisa Rey tebak. Apakah akan menjadi hadiah yang paling ia suka, atau justru malah menjadi hadiah terburuk yang pernah Rey terima.

Dan entah atas dasar apa jantung mendadak bekerja lebih keras dari biasanya, Rey hanya berharap satu. Bahwa hadirnya Jonatan, tidak akan pernah berakhir dengan kata sia-sia.

Karena Rey tidak butuh waktu lama untuk tau, perasaan apa yang sedang menggerogotinya ketika bersama Jonatan. Sensasi kupu-kupu yang hilir mudik menghampiri geli perutnya. Dan tatapan hangat yang Rey lihat ketika tidak sengaja membidik jauh ke dalam kelam mata Jonatan.

Rey suka. Pada pria berambut biru yang tidak sengaja ia temui satu bulan lalu dipersimpangan jalan raya. Pada pria yang memiliki arti nama Indah ketika ia memperkenalkan diri di depan kelas. Dan pada satu senyum tulus yang berhasil memporak-porandakan seluruh akal sehatnya.

Jonatan, apa boleh Rey titip rasa?

Dalam waktu singkat yang hanya diketahui oleh takdir semesta?

"Jona, kamu udah punya pacar?"

Karena sejatinya, Rey tidak mau salah jatuh. Rey hanya tidak ingin terperangkap oleh ekspektasi sendiri perihal menyukai seseorang. Dan Rey, butuh kepastian status untuk mengetahui apakah rasa yang ia punya ini benar adanya, atau hanya ilusi semata.

"Kenapa? Kamu udah suka aku, ya?"

Dan atas dasar jawaban jenaka yang Jonatan beri, Rey lihat warna kuning disana.

Jonatan, tidak sesederhana itu.

Jonatan, tidak semudah itu.

Dan Jonatan, adalah sebenar-benar nya pria yang harusnya tidak Rey temui.

Kyrie, tidak sederhana, tapi juga tidak sempurna.

Ganyangka ternyata ada yg baca book ini juga hahaha. Gimana? Suka, ngga?

See u yaa...

kyrie. [NoRen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang