malam minggu, kata mereka.

113 12 3
                                    

Pukul tujuh, angka yang ditunjuk jarum jam diatas nakas. Mengantarkan Rey pada kesadaran penuh bahwa dirinya telah siap.

Dengan berbalut celana jeans berwarna hitam, yang dipadukan kemeja biru telur asin berlengan pendek, membuat pantulan cermin di depan Rey tampak Indah menawan.

Rambutnya tertata rapi, dengan sedikit sentuhan kacamata sebagai aksesoris terakhir yang menemaninya malam ini.

"Malam minggu nanti, kamu ada acara?"

Jonatan bertanya sambil memberi sebuah jeruk yang sudah terbebas dari kulitnya.

Rey menggeleng pelan, satu persatu menelan Sari jeruk yang terasa segar menyapa tenggorokan.

Tangan Jonatan terulur kembali, menjadi wadah untuk Rey membuang biji jeruk yang sudah ia makan. Tidak ada rasa jijik, malah sekarang seperti menjadi salah satu kebiasaan pria tampan itu.

"Ikut aku, mau?"

Rey ambil air minum dipangkuan Jonatan, membuka tutupnya lalu meneguk dengan rakus. Membiarkan Sari jeruk menari-nari bersama dengan air mineral yang amat menyejukkan.

"Boleh."

Maka disini lah Jonatan berada. Di depan rumah Rey dengan motor matic berwarna biru kesayangannya. Menunggu Rey untuk segera mengabiskan malam minggu, yang dibilang mereka.

Rey kasih senyum paling manis ketika matanya sengaja bertemu dengan mata Jonatan. Diiringi degupan jantung kecang sebagai backsound momen yang sudah mereka nantikan.

Jonatan beri gestur Rey untuk mendekat, yang langsung dipatuhi pada pemilik sosok Indah dipandang.

"Udah siap?"

Pertanyaan basi hanya untuk meleburkan rasa canggung. Karena Jonatan berani bersumpah, Rey terlihat sangat menawan. Sulit untuk matanya berpindah pandang, terlalu sayang untuk dilewatkan.

"Memangnya kita mau kemana, Jona?"

Jonatan tidak menjawab, malah memberi sebuah helm untuk Rey kenakan.

Sambil menyalakan mesin motor, Rey pakai helm dalam diam. Semua pergerakannya tidak luput dari tatap memuja Jonatan.

Ditarik semakin mendekat pergelangan tangan Rey, yang lalu Jonatan sematkan usapan halus pada sang punya pipi bersemu merah.

Satu tiupan hangat Jonatan beri untuk kedua mata Rey. Yang membuat sang empu memejam segera.

"Mata kamu, Indah banget. Aku kayak bisa lihat Bintang disana."

Rey hentikan napas sejenak. Berharap waktu juga akan terhenti. Dimana dunia hanya ada mereka berdua. Dengan perasan penuh, yang tidak kalah dari taman bunga.

Dan mungkin, burung camar diatas pohon sana pun bisa mendengar apa yang menjadi pertanyaan di dalam benak Rey.

Ini ya yang namanya jatuh Cinta seperti orang gila?

Kyrie; tidak sederhana, tapi juga tidak sempurna.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

kyrie. [NoRen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang