.
.
.
Maersa masuk ke dalam rumah, beberapa pekerja menundukkan kepala sebagai tanda hormat dan sambutan mereka padanya. Sebenarnya Maersa tidak menyukai hal-hal seperti ini, namun apa boleh buat, setidaknya ini lebih wajar dari pada harus membungkukkan badan setiap kali lewat. Maersa tidak tersenyum, hanya mengangguk singkat untuk membalas salam mereka.
Bagaimana pun dirinya harus segera, karena Maersa masih menggendong bayi bakpaonya yang sekarang asik memakan donat yang sebelumnya diberikan untuknya. Garvin bilang dirinya sudah sangat lapar tadi, maka dari itu Maersa tidak mungkin membiarkan bayi bakpaonya menahan lapar.
Maersa langsung melangkah menuju ke ruang makan. Tangan bebasnya menarik salah satu kursi meja makan yang ada di sana. Lalu dengan pelan dirinya menurunkan Garvin.
"Bayi pao-pao duduk manis di sini dulu ya. Kak Ersa izin ganti baju habis itu kita makan sama-sama. Bayi pao-pao jangan turun dari kursi sendiri nanti jatuh. Tunggu kakak sambil makan donat, paham Garvin sayang?" nasehat Maersa panjang lebar.
Maersa sudah berceloteh panjang lebar hanya dibalas anggukan semangat dari Garvin yang mencomot donat baru untuk dimasukkan ke dalam mulutnya. Maersa hanya menggeleng gemas, sesekali mencubit pelan pipi Garvin.
Setelah memastikan bayinya anteng dengan makanannya. Maersa bergegas menuju kamarnya yang berada di lantai dua dengan setengah berlari. Garvin memang sangat berbahaya jika dibiarkan sendirian. Jauh lebih berbahaya dibandingkan Elle, walaupun sama-sama aktifnya.
Sepeninggal Maersa, Garvin sudah menghabiskan empat donat dan dia mulai bosan.
"Donatnya tidak enak kalau dimakan sendiri. Elle kenapa halus menginap tempat kakek neneknya sih, kan Galvin jadi sendili sepelti ini. Huh," gumamnya dengan bibir yang mencebik dan tangan yang bersedekap di dada.
Mata Garvin melihat ke sekitar meja makan. Berusaha untuk mencari makanan yang menarik selain donat kesukaan Maersa.
(Padahal Garvin suka juga, wkwkwkwk. Tapi memang Garvin lebih suka dengan bakpao dari pada donat).
Matanya menangkap sesuatu di ujung meja makan. Garvin yang semula duduk manis, dia berdiri di kursinya dan naik ke meja makan.
"Apa itu dikelanjang?" ucapnya merangkak mendekati objek yang menarik perhatiannya.
"Apa ini buah? Tapi mengapa sangat besal? Apa itu buah untuk laksasa?" tanya Garvin sambil memegang apel yang kini tak lagi berada di keranjang, melainkan sudah berpindah ditangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
J A S H A W N
FanfictionMenceritakan tentang sepasang lelaki yang saling mencintai. Usia yang berjarak 10 tahun tentu saja mengartikan cinta itu sendiri sangat berbeda. Maersa, remaja itu mencintai seorang bocah ingusan yang sering kali menghampirinya dengan muka penuh cok...