awal

619 37 1
                                    

"Oke anak anak, waktu sudah habis silahkan kumpulkan tugas kalian tanpa tersisa sedikit pun, setelah ini kalian bisa beristirahat. Terimakasih atas waktunya anak anak hebat! ibu pamit dahulu"

"Terimakasih juga ibu Yana"

Bu Yana, guru sejarah di sekolah pelita harapan atau yang lebih dikenal sebagai guru paling humble dan baik seantero sekolah, siapa sih yang gak kenal sama bu Yana? mustahil banget, bahkan anak di luar sekolah pelita harapan pun kenal sama bu Yana.

Kelas sejarah sudah selesai, kini waktu istirahat pun datang para siswa dan siswi pun berbondong-bondong pergi ke kantin untuk memberikan cacing cacing di perut mereka makan.

"Nan, kantin gak?" Rifki, salah satu anak di kelas 11-ips yang berdarah Jepang-Jawa. Alias, dia adalah anak yang paling bandel di kelasnya.

Seorang lelaki yang sedikit lebih pendek dari Rifki pun menggeleng ribut.

"Kayaknya aku gak ke kantin deh rif,  kamu duluan aja nanti kalo aku mau nyusul aku kabarin!" Ujar lelaki tersebut, lalu Rifki pun memberi gestur ok dan langsung pergi keluar kelas untuk menuju kantin.

Kira-kira, siapa lelaki tadi? dia Junanda, yang lebih dikenal sebagai Nanda. Anak ambis nan lugu kelas 11-ips, ia juga dikenal sebagai adek gemes kelas 11-ips, banyak anak kelas lain yang selalu datang ke kelasnya hanya untuk melihat dirinya yang membuat ia sedikit takut dan risih.

Tapi di balik itu semua, ia cenderung pribadi yang tertutup dan bahkan jarang sekali berinteraksi dengan orang-orang di sekitar sekolahnya, teman sekelas yang deket dengan dia saja hanya Rifki sisanya hanya ia anggap teman kelas biasa.

Ok, seperti sudah cukup informasi tentang Nanda, sekarang ayo lanjut ke alur cerita. Terlihat, sekarang Nanda sedang fokus dengan buku sejarah nampaknya ia kembali mempelajari apa yang baru saja di ajarkan oleh bu Yana, guru sejarah kesayangan pelita harapan.

Nanda terus bergumam sendiri sampai tak sadar ternyata Rifki berada tepat disampingnya, Nanda yang menyadari kalau di sampingnya seperti ada orang lain ia pun menoleh dan Voila! ternyata Rifki tepat berada di sampingnya dengan satu tangan membawa susu dan satu tangan lagi membawa roti.

"Kok kaget gitu? kayak ngeliat setan aja" Rifki tertawa, lalu ia pun meletakkan susu dan roti tepat di depan Nanda, lalu Rifki pun duduk di depan Nanda.

Oh ya, agar kalian lebih paham jadi Rifki ini duduk tepat di depan Nanda ia sengaja duduk di depan Nanda karena ia takut jika terjadi suatu hal yang berbahaya.

Meh.

"Habisnya! kamu tiba-tiba berdiri gitu aja di samping ku, gimana gak kaget coba" Nanda berbicara sambil memanyunkan bibirnya, Rifki gemas lalu ia pun mencubi pipi Nanda pelan.

"Nih, gue bawa susu sama roti. Gue pikir lo beneran mau nyusul gue tapi gue tunggu gak dateng dateng, kayaknya lo belum makan dari tadi pagi ya? jadinya gue bawain ini buat lo, makan ya, keburu jam istirahat habis" Jelasnya panjang lebar.

Nanda pun menutup bukunya dan, "makasih banyak Rifki!" yup, ia tentunya mengucapkan terimakasih.

Rifki hanya mengangguk, setelah itu ia lanjut memperhatikan Nanda yang sedang makan roti isi coklat dan meminum susunya. Ah, lucu sekali ujarnya dalam hati.

"Rifki? halo?" Nanda sadar ada yang tak beres dengan Rifki, ia pun memanggil Rifki dan melambaikan tangannya ke arah mukanya.

Rifki pun tersadar dari lamunannya, ia pun menggaruk tengkuknya yang tak gatal, ckck sangat memalukan Rifki.

"Eh iya, maaf Nan, gue tadi lagi kepikiran sesuatu jadinya ngelamun deh"

"Rifki mikirin apa?"

Duh, ingin rasanya Rifki jawab bahwa ia sedang memikirkan seorang yang berada tepat di depannya, yup, Nanda.

<woohwan> sepuluh kali.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang