adik

170 24 2
                                    

disc! sebelum mulai aku mau kasih tau dulu, di chapter ini aku fokus ke pov nya zaidan ya jadi zaidan banyak muncul disini hihi. enjoy reading *fluffted heart*

______________________________________

"Oi Zaidan! sini masuk!" Jilian memanggil pemuda yang sedari tadi celingak-celinguk di depan toko ramen.

Suara Jilian pun mencuri atensi pemuda berparas tan dan ia pun menoleh ke dalam, menemukan kakak kandungnya bersama dua orang asing yang tidak pernah ia lihat sebelumnya, mungkin.

Pemuda itupun menghampiri Jilian, ia berjalan layaknya abdi negara. Parasnya yang menawan, kakinya yang jenjang, kulitnya yang eksotis, oh satu lagi, bahunya yang lebar pun menambah kesan tampah dan menawan di dalam dirinya. Pengunjung toko pun terlihat kagum dengan pemuda tersebut.

"Anjir Dan, lo udah gede banget! terakhir gue liat lo masih sekecil biji cabe, bahkan tinggi lo melebihi gue!" Jilian hiperbola melihat perubahan adiknya yang sangat sangat sangat berbeda dengan 3 tahun yang lalu. Saat ia masih duduk di bangku kelas satu SMA, adiknya ini masih terlihat sangat culun dengan kacamata yang tersampir di rambutnya. Sekarang ia bukanlah lagi orang yang culun, bahkan ia sangat tampan!

"Ya gila aja anjir bang, kita terakhir ketemu tiga tahun yang lalu. Ya pastinya gue tumbuh dong, belum lagi gue puber" Jelasnya, Zaidan pun langsung menduduki dirinya di sebelah Jilian dan menghadap kedepan.

"Oh iya Dan, kenalin, ini bang Juno. Inget gak, yang pernah nolongin lo pas kecebur got waktu smp? nah ini orangnya sekarang. Nah, kalo yang ini Junanda temen sekosan gue"

Zaidan pun menyodorkan tangan kanan ke arah Juno dan Junanda untuk bersalam sembari berkenalan.

"Dan pesen makan gih, gue yang bayar" Ya, sepertinya kita tidak perlu lagi menebak siapa yang berbicara seperti ini.

"Aman bang, gue belum terlalu laper kok. Nanti gue pesen, makasih ya bang" Jangan salah Zaidan adalah orang yang terdidik, attitude nya seratus persen tidak pernah lepas dari hidupnya.

"Oh ya, lo mau ngambil univ mana, Dan?" Harjuno membuka suara lagi, ia tau kalau Zaidan baru saja lulus SMA mengingat bahwa tahun ini adalah tahun kelulusan.

"Mmm, belum kepikiran sih. Yang pasti gue gak mau ngambil univ di tempatnya bang Lian, soalnya univnya gak sreg sama gue dan setau gue jurusan dan prodi yang gue mau disana kurang di perhatiin jadi gue gak yakin buat masuk situ" Jelasnya panjang, Harjuno pun mengangguk paham.

"Lo mau ambil jurusan apa emang? terus prodinya apa?"

"Gue mau ambil ilmu sosial dan ilmu politik bang, terus prodinya gue ngambil Hubungan Internasional"

Harjuno mengangguk kagum lalu bertepuk tangan, "Gila, lo keren banget Dan, masa depan lo pasti terjamin. Semangat skripsi ya"

"Hahahaha, Amiin amiin. Tuhan menyertai anak HI, yealah bang masuk aja belum"

Mereka berempat pun lanjut berbincang dengan asik, mengingat Zaidan baru saja bergabung hari ini tetapi ia sangatlah pandai dalam bergaul.










"Bang makasih banyak buat semuanya ya! gak nyangka kita bakalan ketemu lagi kayak gini" Jilian menjabat tangan Harjuno dan memeluknya sambil menepuk-nepuk pundaknya.

"Yoi, gue gak nyangka banget bisa pindah kesini lagi dan ketemu sama kalian hahaha, at least gue udah punya kenalan disini. Oh iya, rumah gue di komplek The Yang's kali aja mau main kerumah gue, oh, nomer rumah gue blok b8 no 12 rw 8 rt 9"

"Bang, hahahhaha. Bahkan udah ngasih tau nomer rumah, okelah bang. Kalo gue libur kerja bisa lah kita nongs, nanti gue mampir kerumah lo juga deh"

Harjuno pun tertawa, ia pun segera masuk ke dalam mobilnya dan berpamitan lagi. Setelah itu dia mulai menjalankan mobilnya dan menjauh dari lokasi tadi.

<woohwan> sepuluh kali.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang