takdir

281 26 1
                                        

"Loh, ka-" Baru saja Nanda ingin menyebutkan nama orang tersebut tapi tiba-tiba.

"Nanda minggir!" Pemuda itu menarik Nanda ke belakang, tetiba ada mobil yang menerjang genangan air dengan kecepatan penuh. Sungguh tidak punya sopan santun.

Nanda pun masih mencerna apa yang baru saja terjadi, ia pun memeriksa celana dan sepatunya, fyuh~ untungnya tidak ada yang terkena cipratan.

"Gak ada yang kotor kan Nanda?" Nanda hanya menggeleng lalu lanjut berpikir nama pemuda yang berada tepat di depannya.

"Kak Juno?" Lelaki itu menebak nama pemuda di depannya, dan pemuda itu hanya tersenyum sambil mengusak surai Nanda.

"Hehe, hai! kayaknya kamu lupa sama kakak ya?"

Harjuno (Choi Hyunsuk) namanya, pemuda berusia 22 tahun yang berdarah Jawa Belanda. Dulu, ia ini tetangga dekatnya Nanda itulah mengapa Nanda dan Juno terlihat dekat walaupun sudah jarang bertemu.

Saat Nanda kelas 2 smp Harjuno sempat pindah kembali ke Belanda, yang mana mereka berdua jadi jarang bertemu dan saling mengabari. Untunglah takdir mempertemukan mereka kembali.

"Iya... aku sempet pangling ngeliat kakak, kakak kapan balik kesini??"

"Mmm, kira-kira sekitar 2 minggu yang lalu" Raut wajah Nanda terlihat berubah menjadi sedikit murung.

"Kenapa kakak gak ngabarin kalo mau dateng ke sini lagi... kan kita bisa ketemu" Lelaki itu berkata sambil cemberut, nampaknya ia sangat rindu dengan Juno!

Harjuno hanya bisa tertawa sambil mengusak surai Nanda (lagi), "Hahahaha, maaf ya Anan, kakak gak tau gimana caranya ngabarin kamu lagi, soalnya kontak kamu hilang di kakak. Lagipula, kalo kita bisa ketemu kakak takutnya kamu sibuk sama sekolah jadi kakak takut gak ketemu kamu deh"

Anan, adalah nama panggilan khusus yang Harjuno buat saat Nanda masih berada di bangku Sekolah Dasar. Kata Anan sendiri berasal dari kata Adek Nanda yang ia singkat agar lebih keren dan menarik.

"Oh ya, kamu sore-sore gini kenapa belum ada di rumah?" Pemuda itu baru menyadari hal itu, lelaki di depannya masih setia dengan seragam sma yang melekat di tubuhnya.

"Aku kejebak hujan kak... enggak bisa pulang, tadinya aku disuruh pulang naik bis tapi aku lupa bawa uang" Hah... sungguh malang nasib anak ini ya teman-teman.

"Rumah kamu masih jauh? atau rumah kamu masih sama kayak rumah yang dulu?"

Nanda menggeleng ribut, "Enggak, sekarang aku tinggalnya di kosan sama Kaji! mama sama papa pindah keluar kota karena kantor papa pindah kesana, jadinya aku tinggal di kosan deh"

Juno mengangkat alisnya, Kaji siapa yang ia maksud? "Kaji itu Jilian dek?"

Nanda mengangguk lucu, "Uhm! seratus buat kakak, sekarang aku tinggal di kosan sama Ka jilian!"

Ah, Juno sangat merindukan sohib sematinya itu. Dari ia duduk di bangku Sekolah Dasar sampai ia lulu Sma, ia selalu bersama Jilian. Seperti selai yang selalu bersama roti, jika Jilian tidak bersama Juno maka ia akan merasa kesepian begitu juga sebaliknya.

"Kalo gitu, kamu tunjukin kosannya ya. Biar kakak anter pulang, oh iya Jilian jam segini ada di kosan?"

"Katanya, Kaji hari ini pulang telat tapi aku enggak tau dia pulang jam berapa. Nanti dijalan aku tanyain kaji ya!"

Juno mengangguk, ia pun menarik tangan Nanda perlahan dan membukakan pintu untuk Nanda agar ia bisa segera masuk.

•••

Ting!

Satu notifikasi baru muncul di telepon genggamnya Nanda, ia pun segera memeriksa siapa yang mengiriminya pesan.

<woohwan> sepuluh kali.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang