Pagi itu, rintik hujan membasahi tanah yang subur dengan tumbuhnya pepohonan yang rindang membuat suasana rumah itu terasa sejuk oleh hembusan udara pagi yang masuk melalui celah-celah lubang ventilasi. Sementara itu, kedua insan pasangan suami istri yang usia pernikahannya sudah menginjak 20 tahunan masih berada di dalam perpaduannya dan tanpa mereka sadari waktu telah menunjukan pukul 05.10.
Saat Kaira hendak keluar dari kamar langkahnya tertahan karena mendengar suaminya bertanya.
"Jam berapa ini mah?" Tanya pak Hermawan
"Jam 5 lebih 10 menit pah.." Jawab Kiara sambil menunjukan arah ke jam dinding yang menempel di kamar mereka.
"Kok masih gelap ya mah, mamah mau ke mana?" Kata pak Hermawan sambil memegang sebuah buku lalu menjatuhkan pantatnya yang tercetak besar pada celana pendek yang ia pakai dan terlihat masih kencang di pinggir ranjang.
"Mau aktivitaslah pah, siapin sarapan juga buat papah dan Wira." Jawab Kiara sambil mengernyitkan kening
"Nanti aja mah, ga usah buru-buru, inikan hari libur mah."
"Sini duduk sini mah.." Tukas pak Hermawan sambil menepuk-nepuk tempat tidurnya
"Ada apa mas, ada yang ingin mas ceritakan?" Jawab Kiara dengan suara halus dan lembut lalu menghampiri suaminya.
Sebutan itu sontak membuat pak Hermawan sedikit kehilangan kesadaraannya dan sempat melamun.
"Alhamdulillah,, bersyukur sekali aku mendapatkan istri yang baik, bisa menjaga kehormatan keluarga dan juga kehormatan suaminya, pintar dalam mencari solusi di setiap hal-hal yang penting, tidak hanya parasnya yang cantik dan keibuan namun tutur katanya juga halus dan lembut mana kala sedang berduaan seperti ini."
"Oleh karena itu, aku sebagai suami selalu terbuka dan merasa tenang dan nyaman setiap kali berdiskusi hal-hal penting ataupun hanya sekedar bercerita." Batin pak Hermawan lalu tersenyum dengan matanya yang sedikit terlihat sipit.
"Mas.. Mass.. Ada apa?" Kiara menggoyangkan paha pak Hermawan sambil keheranan melihat tingkah suaminya itu.
Suasana terasa hening begitu juga pak Hermawan yang masih belum sadar dari lamunannya.
"Mas.."
"Suamiku kenapa ya.. pagi-pagi gini sudah senyum-senyum sendiri, mana ditanya diem lagi." Batin Kiara
"Astaghfirullah, apa jangan-jangan mas Hermawan kesambet?" suara Kiara terdengar lirih namun terdengar di telinga suaminya.
"Iya, kenapa sayang?" Tanya pak Hermawan
"Alhamdulillah suamiku sudah sadar.."
"Lha kok malah Tanya balik, bukannya tadi mas yang manggil aku."
"Kenapa tadi mas melamun aku kira mas kesambet haha, apa ada yang sedang dipikirkan, mas? Ucap Kiara sang istri
"Iyaa,, mas tadi kesambet karena mendengar perubahan panggilan dan suara lembut dari bidadari surgaku hehe," Ucap pak Hermawan sambil terkekeh.
"Hmm,, mulai."
"Ya udah kalau gitu aku keluar kamar dulu ya mas." Jawab Kiara sambil beranjak dari ranjang.
Namun belum sempat Kiara melangkahkan kakinya, tiba-tiba tangan pak Hermawan melingkar di perut istrinya lalu memeluk erat sebagai tanda jika istrinya tidak boleh ke mana-mana. Sesaat Kiara diam, menikmati hangatnya pelukan dari suaminya lalu menoleh seraya mengatakan sesuatu.
"Aku mau siapin sarapan dulu, kasihan Wira nanti laper, mas" Kata Kiara sambil mengelus pipi pak Hermawan dan merasakan kulit suaminya yang terasa halus namun sedikit kasar di bagian dagunya karena ada bekas cukur rambut halus masih terlihat kehijauan.
"Mas belum laper, kan ada simbok nanti pasti simbok siapin sarapan buat kita bersama."
"Lagian Wira bukan bayi lagi yang merengek minta disuapin, dia bisa makan sendiri."
"Putra kita bisa makan roti atau apa saja yang ada di ruang makan kan bisa, kalau ga minta simbok."
"Ini hari libur sayang, ga usah buru-buru, lgian di kamar ini ada bayi besar yang pingin dimong sama bundanya." Kata pak Hermawan sambil bicara panjang lebar dan terkekeh
"Jangan gitu ah mas, meskipun hari libur tapi itu sudah menjadi kewajibanku sebagai istri untuk menyiapkan sarapan keluarga." Jawab Kiara
"Maaf, bukan bermaksud untuk melarang tapi pagi ini mas lagi pingin berduaan sama kamu sayang." Jawab pak Hermawan sambil menakup pipi Kiara dan melihat wajah isrinya yang terlihat sangat manis meskipun usianya sudah tidak muda lagi.
"Ya sudah mas, tunggu sebentar, mas duduk dulu sambil baca-baca buku ya. Aku mau keluar sebentar, mau buat teh hangat sama bilang ke simbok, mas mau teh atau kopi?" Jawab Kiara
"Kopi susu saja yang, tapi susunya dipisah ya." Senyum pak Hermawan
Beberapa detik kemudian sang istri berfikir kalau mereka belum makan apapun apalgi sarapan.
"Perut masih kosong belum makan apapun mas, teh hangat saja ya jangan kopi, nanti ku bawakan cemilan juga. "Jawab Kiara"
"Ya sudah kalau gitu tapi jangan lama-lama ya." Jawab pak Hermawan
"Iya" Jawab Kiara sambil melepas pelukan suaminya dan melangkah membuka pintu.
Pak Hermawan kembali duduk dan menyandarkan punggungnya di ranjang, sambil membetulkan posisi kaca mata dan selimutnya, lalu ia melanjutkan membaca buku yang sempat ia taruh di meja kecil samping ranjangnya.