SN - 23

3.3K 173 1
                                    

"Nayaaaa, itu kenapa ihh leher lo di lilit pake syal? emang ini musim salju?"

Naya berdecak pelan, sepanjang koridor Cika terus berjalan mepet padanya, seraya menatap Naya yang pagi ini menggunakan syal ke sekolah, gadis itu merasa penasaran alasan Naya memakainya, padahal cuaca sedang panas, bahkan Cika bisa melihat ada keringat tipis di pelipis sahabat nya itu.

"Nayaaa, lo budeg ya?"

"Ishh, Cika! lo bisa diem gak?" kesal Naya.

"Kenapa lo?" heran Cika karena Naya tiba-tiba marah.

Sekali gerakan Naya menolehkan kepala nya ke arah Cika seraya menghentikan langkah kakinya, membuat syal yang dipakai Naya sedikit tergeser.

"Lo cerewt banget dar-"

"OMAYGAT! LEHER LO KENAPA MERAH-ME....mpphhh...."

Kedua mata Naya melotot sempurna saat Cika dengan bodohnya menarik syal yang terlilit di leher Naya, untung saja syal tersebut tidak sampai lepas, jika saja jatuh, maka Naya akan menjadi perbincangan di seluruh sekolah.

Ditambah Cika berteriak nyaring membuat Naya panik dan segera membekap bibir gadis tersebut.

"Diem lo!" titah Naya panik.

Kepala Cika mengangguk patuh, tapi tangannya menepuk-nepuk punggung tangan Naya yang sedang membekap mulutnya, Naya pun melepaskan tangannya membuat Cika menghela nafas lega.

"Lo abis di unboxing sama si Saga?" tanya Cika heboh tapi dengan suara pelan.

Cika terlihat antusias, Ia ingin mendengar bagaimana pengalaman Naya di unboxing oleh Saga.

Bola mata Naya memutar malas, tanpa memperdulikan Cika, Ia menggerakkan kedua tangannya untuk membenarkan letak syal di lehernya, bisa-bisa heboh nanti jika bercak merah di leher nya terlihat orang lain.

Gosip di sekolah itu seperti petasan, mudah melesat dan meledak.

"Gila! gue gak nyangka lo udah enak-enakan sama Saga," pekik Cika tertahan.

Pletak....

"Jangan ngaco kalau ngomong!"

"Aduh.... kok jitak gue sih?"

Cika memberenggut kesal karena Naya menjitak kepalanya tanpa kasih sayang, membuat kepala Cika sakit. Tapi berbeda dengan Naya, Ia hanya menatap Cika sebal, kalau boleh, Naya ingin rasanya menendang bokong Cika sampai sahabatnya itu tersungkur.

"Jangan ngomong aneh-aneh, gue gak diapa-apain sama Saga! ini cuma luka, kemarin gue gak sengaja bakar leher gue sama catokan rambut," alibi Naya.

Sontak mata Cika menyipit tak percaya, Ia mengusap-usap dagu nya ragu, mana mungkin catokan rambut hanya meninggalkan bercak merah, jika yang dikatakan Naya benar, maka harusnya ada luka bakar.

"Masa? kok gue gak percaya ya?"

Naya mendengus kesal, Ia mendelikkan kedua matanya ke arah Cika, lalu memutar tubuhnya seperti semula, kemudian berjalan meninggalkan Cika yang masih terdiam di koridor sekolah.

"Hmm, mencurigakan," gumam Cika.

Masih dengan tangan yang mengusap dagu, Cika menggelengkan kepalanya tak percaya sambil menatap punggung Naya yang semakin menjauh.

"Haii, bebep."

"Ehh buset!"

Sedang asik memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi kepada Naya, Cika dikejutkan dengan rangkulan sebuah tangan di bahu nya, apalagi saat Cika menoleh Ia langsung bertatapan dengan mata ganjen Revo, cowok yang selama ini selalu mengejar-ngejar dirinya.

SAGANAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang