chap enam

36 5 0
                                    


— — —
kakak
— — —

Di sebuah tempat yang tak diketahui. Dipenuhi oleh warna putih. Di temani oleh rasa sunyi, dan dia di sana berdiri sendiri.

"Aku mimpi di sini lagi? Pesan apa yang akan muncul kali ini?"

Satyapun menoleh ke kanan dan ke kiri. Mencari keberadaan insan yang ingin mengirim pesan untuk hari ini. Ia mencari, menoleh ke setiap sudut hingga berkali kali. Namun nihil, tidak ada seorangpun di sini.

Satyapun kini terduduk. Menyeka wajahnya frustasi. Akankah ia akan berakhir menyendiri?

"Satria,"

Sebuah suara lembut mengalun dengan indah, suara seseorang yang selama ini ia rindukan.

"Kakak apa itu kamu?"

"Iya, aku di sini. berbaliklah."

Satyapun menoleh kebelakang, menemukan sosok cantik di sana. Ia kemudian berdiri dan berlari ke arah kakaknya. Ia segera menyambar kakaknya.memeluknya dengan erat. Air matanya turun dengan derasnya.

"Hei kenapa menangis? Udah ku bilang bukan kalau kau adalah seseorang yang kuat dan tangguh."

"Maaf, kak aku tak bisa. Aku orang yang lemah, bahkan kakak celaka karena aku."

"Hei siapa yang bilang begitu? Dengarkan aku baik baik ya.." ucap sang kakak sambil melepaskan pelukan kemudian mengelus kepala adiknya dengan perlahan "Dengar ya, pertama kau bukanlah orang yang lemah. Kalau kau lupa sekarang kau sudah lebih baik dari sebelumnya, kau bisa keluar dari zona burukmu bukan? Jadi aku anggap kau adalah orang yang kuat, karena kau bisa kembali pulih seperti sedia kala. Dan untuk kecelakaan itu. Itu bukanlah kesalahanmu, itu karena aku yang memang kurang berhati hati dan takdirku untuk seperti itu. Jangan menyalahkan dirimu, sekarang kau harus melanjutkan kehidupanmu."

"Tapi kan.. waktu itu kalo kakak ga...

"Ssttt.. udah jangan bicara itu lagi. Sekali lagi itu bukan salahmu, oke."

Satya hanya menganggukkan kepalanya pasrah. Rasa bersalah itu sedikit hilang dari hatinya.

"Kau harus tetap bahagia, dan bukankah kau sekarang sudah memiliki teman?" Ucap sang kakak sambil menoleh ke belakang.

Satyapun ikut menoleh ke arah pandangan kakaknya. Dan lagi lagi Sabrina ada di sana.

"Hai Satya.."

"Kan.. kau harus melanjutkan hidupmu.. atau aku akan marah padamu." Ucap sang kakak sambil menepuk pundaknya.

Setelahnya Satyapun terbangun dari tidurnya.

_ ._ ._

Di tempatnya bekerja, Satya bekerja lancar seperti yang lainnya. Ia melayani setiap pelanggan dengan baik, namun tanpa disertai sebuah senyuman. Ia menggunakan masker untuk menutupi wajah dinginnya. Berharap agar pelanggan tidak terlalu kecewa dengan pelayanannya. Jean juga tak mempermasalahkannya. Ia hanya ingin Satya bekerja dengan nyaman.

Namun terkadang tetap saja. Auranya tak bisa membohongi beberapa orang disekitarnya. Sehingga orang-orang di sana menghindari berbicara dengannya.

Setelah bekerja ia segera bergegas kembali ke kosannya. Merehatkan tubuhnya yang lelah

_ ._ ._

Di kosan ia kembali merebahkan tubuhnya yang lelah pada kasurnya. Memandangi langit langit kamar. Pikirannya melayang. Mencerna sebuah skenario baru dari semesta. Nampaknya hidup barunya akan segera di mulai. Karena akhir-akhir ini pesan di mimpinya selalu mengajarkan untuk menjalani kehidupan selanjutnya.

Dan ngomong-ngomong soal mimpi. Ada sebuah fakta tentang mimpi yang dialami Satya. Dimana setiap mimpi yang ia temui selalu memberi pesan padanya. Entah itu dari siapa yang ada di sana. Yang jelas ketika ia bertemu maka akan ada sebuah percakapan. Percakapan yang dimana kalimatnya akan terjadi pada kehidupan nyata.

Entahlah, akankah ini sebuah anugerah? Satya mendapatkan ini sejak usianya menginjak remaja, tak tahu pastinya. Yang pasti saat itu ia sedang dalam kondisi ingin menyerah. Namun kemudian ia bermimpi bertemu ibunya. Sebuah pertemuan yang tak ia sangka. Tak pernah mengira bisa melihat wajah aslinya yang selama ini hanya bisa dilihat dari sebuah pigora.

Kalimat dari ibunya selalu membuatnya kuat. Di tambah kata ibu dia akan dijaga oleh kakaknya. Dan itu memang benar adanya, kakanya seusai kembali dari pendidikannya di amerika membuat hidupnya kembali bahagia. Ia merasakan sebuah kasih sayang yang belum ia rasakan. Meski terkadang menerima kalimat buruk dari orang yang tak mau menginginkannya.

Namun itu semua tak berjalan dengan lama. Karena nyatanya sebuah tragedi lagi lagi menimpa keluarganya. Membuat Satya kian dicap sebagai anak yang selalu membawa petaka.

Mengingatnya membuat Satya pusing. Air matanya kembali keluar dengan derasnya. Ia kembali teringat akan kisah kelam di hidupnya. Ia sudah lama memendam ini dari hatinya. Ia ingin berbagi kisahnya. Tapi ia juga sulit percaya kepada manusia.

"Satria, tapi sekarang kau punya teman bukan? Cerita saja padanya, aku yakin dia berbeda."

Sebuah suara entah muncul dari mana. Suara yang sangat mirip dengan suara kakaknya

"Kakak?? Apa kakak bicara denganku lewat alam sana?"

Namun pertanyaannya tak mendapat jawban. Ia kembali termenung akan beberapa saat. Kemudian melirik jarum jam yang menunjukkan pukul tujuh malam. Iapun memilih untuk membersihkan badannya.

_ ._ ._

Kemudian tak berselang lama dari ia yang baru selesai dengan mandinya. Seseorang mengetuk pintu kosannya. Iapun membuka pintunya dan Sabrina ada di sana.Ya, sekarang Sabrina datang berkunjung ke kosan Satya. Dengan tujuan utamanya adalah meminta maaf akan pertanyaannya. Sang pemuda untungnya mempersilahkannya. Sehingga Sabrina merasa lega.

Saat masuk Satya menyuruh Sabrina untuk duduk di tepi kasurnya sambil mengobrol akan apa yang akan Sabrina sampaikan.

Kini merekapun sudah terduduk bersandingan di atas kasur Satya, dengan Sabrina yang masih menundukkan wajahnya. Wajah takut dan sedih karena kesalahan ucapannya pada Satya.

Mereka hening beberapa saat. Tak ada yang ingin berkata terlebih dahulu. Sabrinapun masih mencoba menyiapkan dirinya untuk mengucapkan kalimatnya. Hingga akhirnya iapun berucap

"Hei, aku ingin minta maaf ya. Maaf jika pertanyaanku kemarin membuatmu teringat masa lalumu." Maaf Sabrina

"Tak apa, aku juga tengah mencoba untuk menyikapinya." Balas Satya seadanya

"Jadi apakah kau memaafkanku?"

"Iya, tentu saja. Bukan masalah besar. Tapi, bolehkah aku bercerita?"

"Tentang?"

"Tentang gelang ini dan pemberinya."

Sabrinapun sedikit terkejut akan pernyataan Satya. Ternyata pemuda di sampingnya telah membuka dirinya untuknya. Sebuah keajaiban yang tak terkira. Akhirnya Satya bisa berbagi cerita. Sabrinapun mengangguk karena ingin mendengarkan segala keluh kesah dan cerita dari kehidupan pemuda di sampingnya.

"Ouh baiklah.. jadi siapa yang memberikan ini?" Tanya Sabrina

"Yang memberikannya adalah kakakku, namanya Karina. Gelang ini adalah kado ulang tahun darinya."

HAPPY BIRTHDAY || SUNGSUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang