chap sembilan

48 3 0
                                    


- - -
perubahan
- - -

Semenjak Satria melepas bebannya dengan bercerita saat itu. Kini hidupnya kian berubah. Hidupnya semakin membaik, bahkan sudah bisa dikategorikan seperti hidup selayaknya manusia normal lainnya. Tak ada trauma yang bersarang di hatinya.

Bahkan kini saat ia bekerja ia sudah melepas maskernya. Menyambut para pelanggan dengan hangat. Memberi senyum manisnya, yang membuat pelanggan wanita berteriak histeris. Ya, bisa dibilang kafe milik Jean kini semakin ramai saja semenjak Satria telah berbuah.

Suasananya berubah menjadi lebih hangat dan pengunjung juga semakin ramai. Juga Satria kini juga memiliki banyak sekali penggemar, dan dari penggemar itu kini cafe milik Jean juga menjadi ramai.

"Eh bri, sumpah ya semenjak si Satya udah bisa senyum lagi tempatku rasanya makin nyaman lho. Jujur aku bersyukur banget bri kau bisa mengembalikan senyum indah itu." Jelas Jean

"Ya begitulah, aku juga turut senang. Kau lihat sendiri bukan jika dia sebenarnya pemuda yang sangat baik, dia juga kadang bisa lebih dewasa. Meski faktanya dia lebih muda setahun dari aku."

"Ouh iya? Ku kira dia yang lebih tua."

"Sebelumya aku juga berpikir demikian."

_ ._ ._

Setelah jam kerja cafe telah selesai. Kini saatnya untuk berberes dan membersihkan cafe. Semua pegawai bekerja sama membersihkan setiap sudut agar tak ada kotoran yang masih tersisa di ruangan. Sementara para pegawai membersihkan, Jean selaku pemilik bertugas untuk menghitung hasil keuntungan hari ini. Dan sungguh bersyukur keuntungan terus naik setiap harinya.

Setelah semuanya selesai. Kini setiap pegawai pun satu persatu pergi keluar meninggalkan cafe. Bergegas pergi menuju ke rumah masing-masing. Satria di sana juga tengah menggantungkan celemeknya dan mengambil tas selempangnya kemudian segera pulang.

Namun saat di ambang pintu. Ia dipanggil oleh Jean. Sehingga iapun berbalik dan menghampiri majikannya itu.

"Hei Satya, maaf habis ini kan ulang tahunnya si brina. Jadi seperti biasa aku dan Jova pasti membuat pesta untuk dia dan aku ingin mengajakmu juga. Jadi kau mau ikut membuat pesta perayaannya atau tidak?"

"Ah.. tentu aku ikut, kalau boleh tau. Kapan hari ulang tahunnya?"

"Dua Minggu lagi."

"Baiklah, nanti jika perlu bantuan langsung hubungi aku saja. Aku pamit dulu ya Jean."

"Iya, hati hati Satya."

_ ._ ._

Keesokannya di Minggu pagi yang indah. Satria mengajak Sabrina untuk berjalan jalan sebentar mengelilingi kota. Mereka pergi ke taman kota untuk berbincang sambil merilekskan pikiran. Selain itu juga beberapa waktu satria juga mengajak Sabrina untuk joging santai agar tubuh tetap sehat.

Mereka berlari memutari area pinggir jalan. Sambil menengok ke sana kemari memandangi kerumunan orang yang melakukan aktivitas mereka masing-masing. Kemudian di tengah jalan, kegiatan mereka terhenti saat Sabrina melihat seekor kucing yang berada dekat dengan pot bunga.

Sabrina menghampiri kucing itu. Kemudian berjongkok untuk mengelus kepala mungil itu. Si kucing hanya menunjukkan ekspresi nyamannya saat di elus Sabrina. Kucing itu memiliki tatapan yang lucu, mata yang bulat dan bersinar. Namun kondisinya sedikit memprihatinkan. Tubuhnya kurus, bulunya lusuh. Sungguh kasihan.

Sabrina lantas kemudian menyuruh satria untuk menjaga kucing itu sementara ia berlari ke arah swalayan di seberang sana. Satria kemudian melakukan apa yang sebelumnya dilakukan Sabrina, yaitu ia elus lembut bulu kucing itu. Sungguh malang sekali nasibnya terbuang dan di abaikan. Tak jauh beda dengan nasibnya. Tapi ia beruntung karena ia diselamatkan oleh orang yang manis itu.

Setelah beberapa menit Sabrina kembali sembari membawa sebungkus makanan kucing. Iapun memberi makan kucing itu. Si kucing makan dengan lahap dengan apa yang diberikan oleh Sabrina. Nampaknya si kucing sudah lama sekali kelaparan.

"Kasihan ya dia.. aku jadi ingin membawanya pulang." Ucap Sabrina dengan nada lemah

"Kenapa tidak kau bawa pulang saja bri?"

"Tidak, aku tidak bisa. Mama pasti marah kalau aku bawa kucing kerumah, entahlah sejak dulu dia tak memperbolehkan anak anaknya untuk memiliki hewan peliharaan . Padahal aku sangat ingin sekali."

"Benarkah? Kenapa?"

"Aku juga tidak tahu, yang jelas dulu aku pernah membawa kucing ke rumah dan berakhir disuruh mengembalikan. Tapi adikku saat ini dia memiliki hewan peliharaan, dia punya ikan yang dulu pernah dikasih sama tanteku di hari ulang tahunnya."

"Ouh.. jadi mungkin kalau misal hewan itu dikasih mungkin mamamu tak melarangnya, kan juga agar menghargai yang memberi. Masa iya nanti dikasih malah di tolak mentah mentah?"

"Hmm mungkin karena itu ya? Aku harap deh nanti ada yang ngasih aku kucing hehe."

"Ya.. ya.. tapi bukannya kau sendiri kadang seperti kucing? Lantas untuk apa lagi memelihara kucing? Masa kucing melihara kucing?"

"Heh engga yah.. duh dahlah.. bomat ga mood aku, mending sekarang pulang."

"Haha.. kau merajuk?"

Sabrina tak membalas perkataan satria. Ia memilih melanjutkan larinya sembari menunjukkan wajah kesalnya. Satria di sana kemudian mengikutinya dari belakang. Sungguh tingkah orang di depannya saat ini begitu menggemaskan. Bagaimana bisa ia diselamatkan orang yang nyatanya sekarang tak jauh beda seperti bocah yang belum sekolah. Begitu lucu, manis, sedikit nakal, tak mudah di tebak dan moodyan.

_ ._ ._

TBC

Hehe..

Dah lama banget ya aku ga update? :)

Maaf kalo kurang

And thanks

Jangan lupa vote dan komen ෆ

terenzens_

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 07, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HAPPY BIRTHDAY || SUNGSUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang