BAB II: Pesanan Bu Tina (4)

10.5K 28 0
                                    


Selagi membaca berkas itu bu Tina sesekali memegang pundaknya, seperti memijat kecil. Mungkin efek cuci baju karena tadi bu Tina juga sedang menyuci.

"Pusing juga bacanya, makin pegal dah bahu ini", kata bu Tina.

"Kecapean kakak tuh, nyucinya banyak ya", tanyaku.

"Baju seminggu bang, heheh, makanya pegel ni semua badan", jawab bu Tina sambil memijit betisnya. Buah dadanya menggantung indah, dibalut BH merah yang kurang mampu menopang berat payudaranya.

"Pulang si kakak harus minta dipijitin sih ini, soalnya besok ada janji sama klien juga", lanjut bu Tina. Disini aku mulai memberanikan diri, pikir ku dalam hati mungkin bu Tina mau dipijitin, kesempatan emas buat meraba-raba tubuhnya.

"Mau dipijitin kak? Tapi tanganku nggak keras-keras amat ya", tanyaku was-was.

"Beneran bang? Ada yang pijitin aja udah bersyukur kali bang, nanti saya tambahin ongkos dehh", bu Tina pun berdiri dan berjalan ke arahku.

"Abang diatas, saya dibawah aja kayak kemarin, heheh", lanjut bu Tina sambil senyum nakal ke arahku. Bu Tina pun duduk tepat didepan ku.

"Pundak terasa berat kali ni bang", bu Tina berkata sambil memegang pundaknya. Aku pun mulai memijit pundak bu Tina dengan pelan.

"Kalau sakit bilang kak yaa", jawabku sambil memijit bu Tina. Pemandangan dari atas cukuplah indah. Belahan payudara bu Tina seakan memanggil tanganku untuk merabanya. Namun aku tetap memijit bu Tina, menunggu saat yang tepat untuk sedikit menyentuh buah dadanya. Tapi memijit dengan kaos sedikit susah menurutku, dan bu Tina pun pasti merasa kurang enak dalam merasakannya. Aku pun memberanikan diri memasukkan tanganku kedalam kaosnya, namun hanya sebatas di pundak bu Tina saja.

"Eh kaosnya ganggu yaa, bentar bang", bu Tina sedikit memajukan badannya dan langsung melepas kaos putihnya yang sudah agak kering itu. Kesempatan emas nih.

"Liat-liat orang lewat ya bang, nggak enak ntar keliatan tuh dari luar soalnya", kata bu Tina sambil melihat ke arah jendela disamping pintu.

"Oke kakk", ucapku.

"Enak nih tangan abang, agak ke bawah sikit bang, di pinggang", pinta bu Tina. Aku pun memijit di bagian tali BH nya. Badan bu Tina masih kencang menurutku. Tidak terlalu kendor seperti wanita seumurannya. Namun aku yang ribet karena harus membungkuk untuk memijit bagian pinggangnya bu Tina walaupun bu Tina sudah sedikit membungkuk.

Bu Tina sepertinya sadar kalau aku sedikit susah dalam memijit bagian pinggangnya.

"Saya rebahan aja deh bang, biar abang juga enak ngurutnya", kata bu Tina. Dan bu Tina pun berdiri sambil melepas BH merahnya. Aduhh sayangnya bu Tina membelakangi ku, walaupun pantatnya dihadapanku, namun aku sangat ingin melihat kembali buah dadanya itu. Bu Tina lalu menuju ke arah jendela dan melihat ke arah luar sambil memegang BH di payudaranya.

"Disini aja deh bang, kalau di dalam nanti nggak keliatan orang diluar", kata bu Tina lagi. Lalu bu Tina berbalik dan melirikku dengan senyumannya. Bu Tina pun melepas BH nya dan voilaa, apa yang ku tunggu-tunggu akhirnya muncul jugaa, mangga kembar yang besar itu terlepas dari kain yang menyelimutinya. Penisku mulai terasa sedikit tegang kembali melihat buah dada bu Tina.

"Jangan gitu dong liatnyaa, jadi nafsu nanti lohh", ucap bu Tina sedikit nakal lalu mulai rebahan di atas karpet di ruang tamu. Pemandangan indah pun sirna, namun muncul yang lainnya. Sesaat sebelum rebahan bu Tina berbalik dan melepas celana leggingnya yang masih basah itu. Bulu lebat dan belahan vaginanya terlihat jelas olehku, penisku menjadi semakin tegang. Bu Tina lalu kembali berbalik dan mulai rebahan.

"Biar enak abang urutnya, yukk", ucap bu Tina singkat sambil menghela nafas. Aku pun mulai menuju ke samping bu Tina, lalu duduk di sampingnya.

"Maaf kak yaa", kataku ke bu Tina.

"Yee biasa aja dong bangg, cepetan gih ntar ada orang lewat nggak jadi deh pijitnya", jawab bu Tina sambil menggoyangkan pantatnya.

Aku pun mulai memijit pinggang bu Tina. Bu Tina terasa rileks menikmati pijatan tanganku, padahal aku sebenernya tidak pandai memijat orang. Cuma pernah dulu lagi bosan di toko, buka tiktok terus muncul orang lagi pijat sambil direkam. Jadi gerakan pijat itu yang aku implementasikan ke badan bu Tina ini.

"Mmm enak bang, sering mijit bang?", tanya bu Tina.

"Ini baru pertama kali kak, hehe. Cuma liat-liat di Tiktok dulu ada orang lagi ngurut badan, makanya ini langsung saya praktekkin ke kakak", jawabku seraya mulai memijit dari atas turun ke pinggang. Cuma sedikit susah karena menyamping dan bu Tina sadar akan hal itu.

"Tapi enak loh bang urutnya. Abang posisinya duduk di pantat saya aja, jangan gitu sakit badan abang nanti", pinta bu Tina.

"Okeee, bentar kak", jawabku semangat. Aku pun berdiri dan langsung memperbaiki posisi penisku yang sudah terjepit dalam celana jeans yang ku kenakan namun masih saja perih. Akhirnya kuputuskan kubuka resleting celana agar sedikit lega, dan ku arahkan sedikit keluar. Kalau posisi seperti itu penisku dapat meraskan pantat bu Tina, pikirku dalam hati. Lalu aku pun mulai duduk tapi bukan diatas pantat bu Tina, tapi di pahanya dengan lututku sebagai kaki-kaki.

Pemandangan dari sini luar biasa, belahan pantat bu Tina lumayan mulus, ada sedikit flek hitam di selangkangannya namun hanya sedikit, mungkin karena bu Tina putih jadinya keliatan gelap bagian selangkangannya. Aku pun mulai memijat bu Tina dibagian pinggang. 

Bu Tina lalu menunjuk dengan tangannya di pundak.

"Dari atas kayak tadi enak bang", kata bu Tina.

Posisi penis ku saat ini ku gantungkan agar tak mengenai pantat bu Tina, takut bu Tina sadar karena penisku sudah keluar dari resleting walaupun masih terbungkus CD.  Tapi kalau aku urut dari atas, otomatis kena penisku dengan pantat bu Tina yang semok itu. Aku mulai mengurut dari atas dan benar saja kan kena pantat bu Tina. Namun bu Tina tidak merespon apapun, jadi aku pun melanjutkan memijit dari atas ke bawah terkadang sampai ke pantatnya.

Aku percaya kalau bu Tina merasakan penisku di pantatnya yang super keras itu, cuma bu Tina mungkin lebih menikmati pijatanku karena posisinya dia sedang kelelahan setelah mencuci baju. 

Setelah sekian menit memijat bu Tina masih tak mengucapkan kata sepatahpun, hanya menikmati pijatan tanganku dengan sedikit mengeluarkan suara "Arghh" pas sampai dipinggang, mungkin karena pegal pikirku. Penisku makin tegang saat bersentuhan pantat bu Tina. Kali ini aku mengubah posisi penisku agak kebawah, dengan tangan kananku masih memijit bu Tina.  

"Heheh, buka aja deh celana abang, biarin kontolnya lepas, kasian dia kayak terjepit gitu pasti", tiba-tiba bu Tina berkata demikian saat aku sedikit menusuk bagian pantatnya dengan penisku saat itu ku bimbing dengan tangan kiri agar sedikit ke arah bawah. Ternyata bu Tina merasakan penisku itu.

"Nggak apa-apa kak?", tanyaku sedikit takut.

"Iyaa sayang, buka dulu gih", jawab bu Tina manja. Tanpa basa basi lagi, aku berdiri dan melepaskan celana jeans dan CDku dan aku letakkan di atas kursi. Sekarang penisku sudah bebas dari sarangnya. Bu Tina pun rupanya memperhatikanku sambil tersenyum melihat junior ku yang gendut ini.

Bersambung ke part selanjutnya...

Calon Janda dan Tukang Fotocopy Jillid IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang