Aku hanya akan jadi bayangan yang menemani cahayanya. Karena itu adalah tugas dari bayangan.
__________________________Seorang gadis remaja berusia 17 tahun keluar dari ruangan Kepala Sekolah lalu disambut dengan berbagai pertanyaan dari teman-teman yang sudah menunggunya.
"Kamu beneran mau pindah Cha?" Tanya seorang gadis bernama Zya yang masih tidak percaya karena ini semua terlalu mendadak, diikuti dengan raut wajah teman satunya yang turut menunggu jawaban dari Alesha.
"Beneran lah, sekarang aku udah resmi keluar dari SMA TARUNA BANGSA" Jawab Alesha kemudian merangkul kedua sahabatnya bermaksud untuk kembali melanjutkan perjalanan menuju kelas mereka.
"Dan alasannya?" Kali ini Vinka yang keheranan karena bisa-bisanya Alesha membuat keputusan tanpa berunding dengan teman-temannya dan tidak bercerita sedikitpun.
"Karena ada cahaya yang harus aku kejar" Jawab Alesha disertai senyum tulus kala mengingat kekasih masa kecilnya, kekasih yang selalu dia rindukan.
"Puitisnya tunda dulu dong Cha, ini kita lagi serius dan marah sama kamu" Kesal Vinka karena pertanyaannya tidak dijawab dengan benar oleh Alesha. Diikuti oleh Zya yang mengangguk menimpali ucapan Vinka disertai wajah jutek nya.
Alesha hanya tersenyum mendengar gerutuan dari temannya. Mereka bertiga sampai di kelasnya yang sudah mulai kosong, hanya sisa beberapa anak yang piket saja karena memang sudah waktunya pulang.
Alesha terdiam sejenak di samping meja belajarnya, hari ini adalah hari terakhir dia berada di sekolah dan di kelas ini tentunya.
"Kalian gak ada acara kan hari ini?" Tanya Alesha kepada kedua temannya yang sedang merapihkan peralatan tulis mereka, sama halnya dengan Alesha.
"Sorry, kita sibuk" Sahut Zya ketus tanpa melihat ke arah Alesha, kali ini Vinka yang mengangguk menyetujui jawaban Zya. Mereka kesal karena Alesha tidak mau memberitahu alasan yang sebenarnya.
"Yahh, padahal aku mau ngajak kalian ke rumah dan ceritain semuanya" Dengan nada lirih Alesha mencoba terlihat sekecewa mungkin dengan jawaban teman-temannya.
"MAUUUU" Tanpa hitungan detik, suara dari kedua temannya itu membuat Alesha tersenyum dan mereka tertawa bersama. Sudah Alesha duga cara itu akan berhasil untuk merayu kedua sahabatnya.
Setelah menggendong masing-masing tasnya, mereka keluar lalu berjalan beriringan menuju ke gerbang sekolah, Alesha mengamati sekolah yang akan ditinggalkannya ini, sekolah yang sudah setahun Ia tempati dan membuat cerita bersama kedua sahabatnya.
Sesampainya di gerbang sekolah, mereka memberhentikan Taxi untuk melanjutkan perjalanan ke rumah Alesha. Tidak ada yang membawa kendaraan dan tidak ada yang dijemput supir pribadi. Mereka dididik untuk mandiri walau berasal dari keluarga yang mampu, tapi bukan berarti harus menjalani hidup yang keras.
"Tante Irina juga pindah dong?" Tanya Zya memecah keheningan dalam mobil.
"Nggak, Ibu kan punya butik disini. Gak mungkin dia tinggalin" Ibunya memang memiliki butik yang cukup besar di kotanya. kecintaan Ibunya terhadap Fashion yang membuat karyanya menjadi sukses dan menciptakan Brand terkenal.
"Terus kamu disana sama siapa?" Tanya Vinka penasaran. Karena sangat tidak mungkin jika Alesha akan ikut dengan Ayahnya, bagaimanapun juga Vinka dan Zya tau betul bagaimana keadaan keluarga Alesha.
"Aku punya sepupu disana dari keluarga Ibu, semuanya udah di urus kok" Mengingat perdebatan antara Ia dan Ibunya tentang dimana Ia harus tinggal, Alesha lebih memilih tinggal di Apartemen dibandingkan harus membeli rumah yang diusulkan oleh Ibunya. lagipula Ia tidak akan sanggup mengurus rumah, apalagi seorang diri.
"Ngomong-ngomong Cha, kamu mau pindah kemana?" Tanya Zya. Masalahnya dari awal mereka membicarakan tentang kepindahan Alesha, Zya dan Vinka sama sekali tidak tau kemana Alesha akan pindah.
"Lah iya, baru kepikiran ya" Sahut Vinka menimpali.
"Kalian berdua terlalu kaget soal kepindahan dadakan dan alasannya. Yuk ah turun, udah nyampe nih " Ajak Alesha seraya membuka pintu mobil karena baru saja berhenti. Sedangkan masalah pembayaran itu urusan Vinka, Alesha dan Zya hanya beban.
Alesha membuka gerbang hitam dengan kunci yang dibawanya, lalu mereka bertiga memasuki kawasan rumah yang tampak sepi. Karena memang tidak ada siapa-siapa didalamnya. Ibunya selalu berangkat jam 8 pagi lalu pulang jam 7 malam, kadang bisa sampai jam 8 atau 9 malam jika memang ada urusan yang harus diselesaikan. ART nya baru datang pukul 6 pagi lalu kembali pulang sekitar jam 10 pagi jika sudah menyelesaikan tugasnya, tidak yang harus 24 jam bekerja di rumah.
Setelah sampai di kamar Alesha yang berada dilantai dua, Vinka dan Zya langsung merebahkan dirinya di atas kasur. sedangkan Alesha sendiri memilih untuk membersihkan diri setelah menaruh tasnya ditempat semula.
Sekitar 20 menit kemudian, Alesha selesai dengan mandinya lalu mendapati teman-temannya yang sedang tertidur pulas. Alesha tidak tega untuk membangunkannya jadi dia memilih untuk membereskan barang-barangnya saja.
"Echa berisik deh, ganggu orang tidur aja" Kata Zya bangun dari tidurnya seraya mengucek sebelah mata khas orang bangun tidur, sedangkan Vinka masih memejamkan matanya tapi posisinya sudah bangun dan duduk di samping Zya.
"Aku ajak kalian kesini bukan buat numpang tidur ya" Jawab Alesha lalu kembali melanjutkan aktivitasnya.
"Iya deh kita bantu, Vinka melek dong tuh ngaca ada ilernya" Zya menepuk pipi Vinka pelan agar temannya itu membuka matanya.
"Kamu itu tukang bohong, aku gak bakal percaya sama tipu muslihat kamu ya Zya" Kemudian tangannya mencari sesuatu dalam sakunya yang selalu Ia bawa kemanapun. Kaca kecilnya.
"Dih, gak percaya tapi ngaca" Dumel Zya.
"Kan waspada ngga ada salahnya, walau sedikit kemungkinan aku ileran"
"Kalian jadi bantu ngga sih?" Tanya Alesha kesal. Masalahnya Alesha sudah hampir selesai membereskan barang-barangnya, sedangkan kedua temannya malah meributkan iler? yang benar saja.
"IYA NYONYA, ADA YANG BISA KAMI BANTU?" Tanya Zya dan Vinka kompak, kelakuan teman-temannya memang tidak bisa membuat Alesha marah lama-lama.
"Udah selesai semua, tinggal skincare sama alat make up yang belum dimasukin ke kotak" Jawab Alesha lalu menutup kopernya.
"SIAP LAKSANAKAN" Lalu mereka berdua turun dari kasur dan mulai melakukan apa yang Alesha minta. Melihat itu, Alesha hanya terkekeh dan menggelengkan kepala melihat tingkah Zya dan Vinka.
Dirasa sudah beres semua, Alesha kemudian berjalan ke arah nakas yang ada di samping tempat tidurnya, membuka kunci laci itu dan mengeluarkan sebuah foto figura kecil yang masih Ia simpan.
"Sini deh" Ajak Alesha duduk di atas ranjangnya, lalu diikuti oleh Zya dan Vinka. Alesha menunjukan foto dua keluarga yang terlihat bahagia, dengan dua anak kecil berumur 8 tahun namun berbeda gender di tengah masing-masing keluarga tersebut.
Alesha mencoba kembali mengingat momen yang tidak akan pernah Ia lupakan. Hari dimana Ia merasa dipersatukan namun juga harus dipisahkan.
__________________________Gimana bisa nemuin cerita ini?
Kemaren ada yang ga suka vote sama komen, terus akun wattpadnya ilang. Serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAYANGAN
Teen Fiction"Ini terakhir kalinya gue minta tolong sama lo, tolong bawa pulang Fanya dengan selamat" Pinta Azkair frustasi. Kekasihnya sedang tidak baik-baik saja, dan hanya Alesha yang bisa menolongnya. "Kenapa harus gue?" Tanya Alesha kepada orang didepannya...