"Sudah berapa kali mama bilang, Freya, kalau mau keluar pakai jaket."
Wanita paruh baya itu berkacak pinggang melihat anak gadisnya yang sedang sibuk mencari sandal.
"Mama, aku sudah besar. Lagian minimarket juga dekat, gak usah pakai jaket gapapa."
Margretha menyodorkan sebuah payung kecil. "Bawa ini saja kalau begitu, diluar mendung. Lagian kenapa sih, harus keluar malam-malam begini, besok pagi kan bisa."
"Besok pagi teman-temanku mau kesini, ya malu dong kalau gak ngasih makanan, kan kalau pagi minimarket belum buka." Freya bergegas membuka pintu. "Gak mendung kok ma, gak usah bawa payung yaaa."
Setelah itu Freya langsung pergi, meninggalkan Margretha yang hanya bisa geleng-geleng melihat kelakuan putrinya.
🌧️
Freya yang sedang asyik memilih makanan dikejutkan oleh suara hujan yang sangat deras. Tak hanya itu, Freya juga mendengar suara petir yang mengerikan beberapa kali.
"Diluar badai kah? Duhh kenapa harus sekarang sih? Sial sekali." Gerutunya kesal. Dia menyesal tidak menuruti ucapan mamanya.
Setelah selesai membayar, Freya berjalan keluar menuju teras minimarket itu. Untungnya, ada beberapa kursi dan meja.
Dia mendudukkan tubuhnya di salah satu kursi. Matanya melihat ke sekeliling. Ada beberapa orang yang berteduh, sama seperti dirinya.
Freya merogoh saku, dia berniat untuk menelepon ayahnya untuk menjemputnya. Namun kosong. Dia juga lupa untuk membawa handphone.
"Sial sekali. Lalu sekarang apa?"
"Huh." Freya menghela napas. Dia memilih untuk menunggu hujan reda saja. Lagipula tak mungkin jika harus menerobos. Bukan, bukan karena Freya takut basah tetapi mamanya akan jauh lebih menakutkan daripada kehujanan. Dia akan mengomel sepanjang malam. Apalagi, Freya tidak mendengarkannya tadi.
Udara malam ini dingin. Freya menyesal untuk kedua kalinya. Dia tidak menuruti mamanya untuk membawa jaket sehingga sekarang dia hanya memakai kaus pendek oversized dan celana trainingnya dan harus berhadapan dengan dinginnya udara.
20 menit berlalu. Freya masih belum beranjak. Tidak ada petir, tetapi hujan turun semakin deras.
Tiba-tiba, seorang badut jalanan berlari menuju minimarket. Badut yang kerap menghibur anak-anak dengan tariannya. Sepertinya dia kehujanan. Badut itu memakai kostum beruang berwarna cokelat.
Freya sering melihat badut itu di jalan saat dia berangkat sekolah. "Ini aneh, kenapa badut itu masih bekerja malam-malam begini?" Pikirnya.
Badut itu melepas kepala beruangnya yang terlihat berat. Terlihat seorang laki-laki, masih muda, rambutnya berwarna cokelat sedikit lepek dan berantakan, tubuhnya tinggi.
Laki-laki itu terengah-engah dan bersandar di kursi dekat tempat Freya duduk. Raut wajahnya terlihat lelah. Dia berulangkali menyeka air hujan di wajahnya.
Freya merasa kasihan, dia kembali masuk ke minimarket untuk membeli air mineral dan roti.
Laki-laki itu awalnya menolak saat Freya memberi air dan roti. Namun Freya terus memaksa, akhirnya laki-laki itu menerimanya.
"Terima kasih orang baik."
Freya ingin membuka pembicaraan dengan badut itu. Dia tak tahan jika harus berdiam diri dalam waktu yang lama.
"Omong-omong, kenapa masih bekerja hingga larut malam begini?" Freya membuka pembicaraan dengan bertanya.
"Malam ini lumayan rame, mbak. Biasanya saya pulang jam 5 sore. Tapi tadi kebetulan jalanan rame. Jadinya saya memutuskan untuk tetap disini." Laki-laki itu tersenyum. Tutur bahasanya juga bagus. "Saya juga gak tahu kalau bakalan hujan."
KAMU SEDANG MEMBACA
'𓏲࣪✧ ZilFrey Stories '𓏲࣪✧
Fiksi PenggemarHello there! This is stories about Zilong and Freya Ditulis dalam bahasa Indonesia Semoga suka! 🤩✨ Jangan lupa tinggalkan vote dan komen 🧁 Characters cedits to Moonton Cover fanart by me