First meeting

112 11 2
                                    

Jakarta, 7 tahun yang lalu...

Karina turun dari mobilnya dan melambaikan tangan kepada pak supir yang tersenyum sebelum melajukan mobil tersebut meninggalkan gerbang sekolah. Pagi ini Karina tiba lebih awal karena supirnya harus buru-buru menemani istrinya yang sedang melahirkan di rumah sakit.
Tapi Karina senang karena ternyata sekolah masih sepi dan hanya terlihat beberapa siswa dan siswi saja.

Saat dia sedang berjalan menyusuri lorong sekolah, seorang sahabatnya melihat dia dari kejauhan dan spontan langsung berteriak memanggil namanya.

"Karinaa!" Siswi kelas 11 tersebut menoleh begitu namanya dipanggil dengan teriakan seorang gadis tanpa menyadari bahwa seorang siswa laki-laki sedang berlari kearahnya dan brakkk mereka bertabrakan, membuat tubuh sang siswi otomatis berada dibawah sang siswa yang Karina tidak tahu namanya. Itu adalah pertama kalinya Karina melihat siswa berpenampilan berantakan seperti itu, rambutnya seperti tidak disisir dan nafasnya sangat mengganggu indera penciumannya.
Bau rokok.
Mereka bertatapan sejenak sebelum laki-laki ini akhirnya kembali bangun sembari meraih tangan Karina membantunya berdiri.

"Jenovan Subarja. Awas kamu!" Seorang penjaga sekolah terlihat berteriak sambil berlari kearah laki-laki yang baru bertubrukan dengan Karina itu.

"Maaf ya." Hanya itu yang disampaikan pada Karina sebelum dia kabur agar penjaga sekolah tidak menangkapnya.

"Kamu gapapa? " Lia menghampiri Karina segera setelah siswa yang bernama Jenovan itu pergi.

"Itu anak gak ada kapok-kapoknya." Lia berkata sambil mengambilkan tas Karina yang ada di lantai.

"Siapa sih itu? Gue baru liat dia." Karina bertanya penasaran.

"Jenovan Subarja. Siswa paling bermasalah satu sekolah. Kayaknya dia habis ketauan ngerokok lagi mangkanya sampe dikejar-kejar gitu."
Karina cuma ber Oh dan mengingat kembali wajah yang masih asing itu dalam pikirannya. Berantakan tapi sungguh siswa yang tampan.
Karina hanya tersenyum dan menaikan bahunya, menepis pikiran itu jauh-jauh. Memikirkan tentang seorang lawan jenis adalah hal terakhir bagi dia yang hanya ingin fokus pada sekolahnya.

Tapi anehnya, sejak kejadian tabrakan tadi pagi di lorong sekolah, Karina jadi sering melihat murid laki-laki bernama Jenovan itu disekitarnya. Entah itu di kantin, di lapangan basket, bahkan di perpustakaan. Padahal sebelumnya dia belum pernah melihat laki-laki berambut berantakan tersebut walaupun keduanya satu sekolah.

Ketika bell berbunyi tanda berakhirnya jam pelajaran terakhir, semua murid berjalan keluar kelas masing-masing, begitupun dengan Karina dan kedua sahabatnya Lia dan Wulan yang saat ini menggandeng kedua lengan Karina kiri kanan sambil berjalan menyusuri lorong sekolah yang mulai sepi.
Saat berjalan ke area parkir kedua mata Karina menangkap sosok Jenovan yang sedang berjalan dengan raut muka yang sama dengan yang dia perlihatkan pada Karina tadi pagi.
Pandangannya melihat Karina sekilas sebelum laki-laki itu memasuki mobil hitam yang sudah diduduki oleh seorang supir dibelakang kemudi.

"Rin, jemputan lo udah dateng?" Tanya Lia, mengarahkan pandangannya disekitar area parkir.

"Udah itu" Karina menunjuk sebuah mobil berwarna abu-abu.

"Gw duluan yah!"

"Bye" Wulan dan Lia berkata serentak sesaat sebelum Karina menaiki mobilnya.









Jeno sedang berada didalam kamarnya, dia asyik membaca hmm lebih tepatnya melihat majalah yang memperlihatkan banyak sekali wanita yang memakai bikini dengan pose agresif.
Kegiatannya terhenti saat seseorang mengetuk pintu kamarnya.

"Jeno, ini ayah"

Secepat kilat, Jeno melemparkan majalah dewasa itu kebawah tempat tidurnya.

"Masuk yah"

sixteenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang