51. TEMAN

96 21 0
                                    

"Tidak apa-apa, jika memakan daun hitam kalian memang akan mengalami hal ini." Teriakku pada mereka semua.

"Ughh... Aeria! Perutku sakit!" Keluh Suan.

"Aku juga!"

"Ughh..."

"Hiskk..."

Mereka berempat bersembunyi di balik semak-semak yang berbeda. Aku harus bagaimana jika seperti ini? Aku hanya bisa menenangkan mereka sampai perut mereka membaik. Reji menunggu didekatku, dia nampak gelisah setiap ada pergerakan dimana-mana. Jika seseorang menyerang di saat seperti ini, kami akan kesulitan menghadapinya.

"Reji? Kau tidak memakan makanan itu bukan?"

"Tidak! Anak-anak itu memakan apa saja dihadapan mereka. Itu salahku membuat mereka seperti ini."

"Kita tidak bisa tahu hal apa yang akan datang. Bagaimana sekarang?"

"Menunggu mereka!"

"Pertandingannya?"

"Bukan masalah. Masih ada banyak cara untuk memenangkan pertandingan ini."

"Kukira kau akan menyerah."

"Jika kau menyerah karena mereka, mereka pasti akan sangat kecewa."

Itu benar!

Matahari mulai berada di atas sana. Bisa saja Suku Iref lebih dulu pergi menuju gunung. Walaupun begitu aku berharap ada sebuah keajaiban untuk kami. Aku menatap langit biru di atas sana. Sangat biru. Ayah, aku sudah sampai tempat ini. Dulu saat ayah bertemu ibu, apa yang ayah lakukan saat itu? Ibu lebih kuat dari ayah. Apa ayah jatuh cinta pada ibu karena kekuatan ibu? Sayangnya, aku belum mendengar cerita tentang pertemuan mereka. Ayah terlalu cepat meninggalkanku.

"Aeria!"

"Hmm?"

"Kau apa tidak merasa aroma busuk dari mereka?" Reji menutup hidungnya.

"Pfttt... Hahaha... Apa kau merasa bau sekarang? Aku sudah merasa sejak tadi. Tapi jika aku mengatakannya pada mereka, mereka akan malu dan menahan rasa sakit diperut mereka. Menjauhlah dari sini!" Usirku padanya.

"Bagaimana caramu menahannya?"

"Aku sudah terbiasa! Seorang ahli pengobatan harus terbiasa akan semua bau, aroma, jika hanya bau dari manusia. Aku bisa menahannya, ada satu bau yang aku tidak bisa menciumnya."

"Apa itu?"

"Ekstrak bunga hijau. Aromanya akan membuatmu muntah dan mendorong semua isi perutmu keluar. Lebih parahnya, akan mengalami kekurangan cairan dan tubuh melemas. Jika menciumnya tanpa alat bantu, semua indranya akan bermasalah dan jika meminumnya. Semuanya akan mati."

Tuan Ziku menyarakan padaku, daripada membunuh seseorang yang waktu kematiannya begitu cepat. Kenapa tidak membunuhnya secara bertahap? Ekstrak bunga hijau contohnya. Memang tidak akan ada masalah pada tahap pertama. Tapi seiring berjalannya waktu ekstrak bunga hijau akan membuat indra penciuman bermasalah, lalu indra pengecap, indra pendengaran, indra perasa, terakhir indra penglihatan.

Walau Tuan Ziku terdengar orang baik yang menolong dan membantu orang-orang. Tapi dia tidak bisa diremehkan. Dia akan melakukan banyak cara yang tidak membunuh lawannya secara cepat. Dia akan membuat ramuan yang membunuh lawannya secara perlahan tapi pasti akan membunuhnya. Aku cukup terkejut melihat sisi seperti itu dari Tuan Ziku. Tapi dunia tidak sebaik itu untuk terus menjadi orang baik. Melawan bukan berarti seorang pendendam atau penjahat. Memposisikan diri agar tidak diremehkan orang lain. Itu hanya harus dilakukan.

🔥🔥🔥

"Ughh..."

"Aduhh..."

"Apa kita berhenti saja?" Aku bertanya pada mereka yang masih kesakitan.

Kami melanjutkan perjalanan setelah mereka sangat yakin untuk berjalan. Tapi setiap beberapa langkah, aku mendengar mereka yang terus menggeram sakit. Perlu waktu dua hari untuk memulihkan kondisi mereka setelah memakan daun hitam. Orang dewasa juga pasti kesakitan jika memakannya.

"Kita teruskan! Ughh..." Kena berseru keras.

"Iya! Jika hanya ini saja, aduhh... Tidak apa-apa!" Hiru mengepalkan tangannya.

"Iya!" Suan menganggukkan kepalanya.

"Ughh... Sebelah kiri!" Ashi terus berjalan di depan.

Apa boleh buat? Ini keputusan yang mereka ambil. Aku harus mendukung apa yang mereka mau. Reji menutup hidungnya dan beberapa kali berjalan cukup jauh dari kami. Aku tahu dia sedang mencoba terbiasa dengan bau busuk ini. Aku menahan tawa melihatnya. Ini sangat lucu.

"Aeria! Ughh... Jadi siapa perempuan semalam?" Tanya Kena.

"Aku hanya bisa menduga satu nama, Rana. Dia bisa berada disekitar kita tanpa kita bisa tahu keberadaannya. Mungkin saja dia mengikuti kita sekarang."

"Aku tidak akan memaafkannya! Dia sudah menipu dan membuat perutku sakit!" Teriak Hiru marah.

"Hmm... Aku ingin mengulitinya." Suan memegangi perutnya dan menatap tajam jalanan.

"Jika tahu sup itu berbahaya, aku tidak mau memakannya! Ini salah Ashi! Dia memakannya lebih dulu!" Tunjuk Hiru pada Ashi di depan.

"Bukan salahku! Ughh... Kalian juga ikut memakannya!" Bela Ashi.

Mereka sudah mulai bertengkar, kondisi mereka sudah sangat membaik. Ashi dan Hiru saling menyalakan satu sama lain. Tidak ada yang mau disalahkan pada masalah sup daun.

"Aeria!"

Baza?

Aku berlari saat melihat Baza, aku bertemu mereka! Aku memeluk Baza erat, akhirnya aku bertemu dengan mereka setelah sekian lama. Baza sangat berbeda, dia jauh lebih tinggi dan lebih besar. Dia pasti memakan banyak daging di bukit bunga merah.

"Kau semakin tua!"

"Kau juga semakin tua!"

"Dimana kelompokmu?" Kenapa Baza hanya sendirian disini?

"Mereka berada di gua, kami baru saja mengalami masalah. Orang-orang kami mengalami diare. Mereka juga beberapa kali muntah darah, aku sedang mencari ular untuk mereka."

"Apa mereka sudah disembuhkan?"

"Belum, Dyck bersama Bula, dia seorang murid dari Lura sepertimu. Kami membagi membagi kelompok kami menjadi dua. Sayangnya dua anggota kami berada dalam masalah sekarang. Mereka memakan daging di dalam tas. Ternyata makanan itu mengandung daun hitam. Aku sangat marah saat tahu mereka memakan sesuatu sembarangan seperti ini."

"Jadi Arol bersama Dyck?"

"Iya."

Begitu rupanya!

Aku jadi kasian pada Baza tapi aku tidak bisa seenaknya pergi menolong kelompoknya. Aku bukan lagi seorang dari Suku Retah.

"Apa kami bisa bermalam di gua dengan kalian?" Tanya Reji.

"Tentu saja!"

"Aeria, keadaan mereka juga tidak baik. Kita ikut saja dengan mereka. Bagaimana menurutmu?" Tanya Reji.

"Iya! Ayo, kesana! Baza, aku akan bermalam di gua dan mungkin aku bisa menolong temanmu. Mereka juga mengalami hal yang sama." Tunjukku pada ke empat anak yang menahan sakit.

Baza mengangguk dan tersenyum padaku. Syukurlah Reji lebih dulu memintanya. Aku sangat senang bisa membantu Baza!

🔥🔥🔥

Salam ThunderCalp!🤗

Jangan lupa like, komen, dan share!

See you...

TAYA ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang