19 Desember 2022
I used to desperate of how should I convey everything. Where do I find a way so that I can lighten the burden that has always been piled up. When I was at my lowest and you were happy with someone else. When I really gave up on the situation.
Sayangnya, dokumen saat-saat aku ada di posisi itu sekarang sudah lenyap karena kecerobohanku sendiri. Ya, aku menulisnya hari demi hari agar sesaknya berkurang. Berharap suatu saat aku bisa mengirimkannya ke kamu, walaupun kamu tidak merasakan hal yang sama setidaknya kamu tau kalau apa yang kamu lakukan adalah jahat. Aku sempat kecewa saat dokumen itu menghilang, tapi ternyata otak ku tidak seburuk yang aku kira.
Hari itu, entah tanggal berapa di awal penghujung tahun ini aku bertekad untuk menyelesaikan semua. Karena dihantui rasa penasaran, geregetan, sedih yang sangat memuncak, dan beban yang tidak berhenti. Aku memutuskan untuk pergi sendiri ke kota tempat kamu bekerja. Aku sudah ajukan cuti tanggal 19 dengan pemesanan kereta di hari minggu dan selasa, serta penginapan mulai tanggal 18 hingga 20. Aku sama sekali tidak berniat bertemu kamu. Aku hanya ingin berkunjung ke tempat-tempat yang dulu sering kamu datangi, hanya untuk mengobati rindu walau aku tau kemungkinan bertemu kamu disana 0%.
Sadar kalau 0% hanya sebuah kesia-siaan, aku berdoa kepada Tuhan. "Ya, Tuhan. Jika apa yang aku susun ini akan berujung dengan airmata, maka hentikan langkahku apapun caranya." Aku sama sekali tidak berpikir tentang senyuman di doaku karena yang aku tau selama ini aku berakhir dengan menangis.
Lalu, yang terjadi.. seperti yang diramalkan teman-temanku. Mereka tau aku tolol, aku menerjang rintangan yang aku minta sendiri ke Tuhan. Rasanya sangat sakit. Aku menangis 2 hari 2 malam, hidupku terasa sangat berat mengetahui kalau kamu sudah memiliki orang lain yang membuat kamu bahagia. Kamu sangat melindungi dia. Harusnya aku tidak berdoa "apapun" karena ini sangat menyakitkan. Melihat laki-laki yang aku sayangi sudah menyayangi perempuan lain. Aku coba meyakinkan diriku sendiri, tujuanku ke kota itu bukan untuk bertemu kamu. Aku hanya ingin berpamitan, melepas, melupakan dan mengikhlaskan kamu disana, bertemu kamu hanya sebuah bonus yang tidak akan aku kejar. Tapi tetap saja, hati kecilku ingin bertemu kamu dan bagaimana aku tega membiarkannya. Walaupun sebentar, aku tidak akan memaksa.
Dan jawaban kamu adalah "Let's go.", kamu tau betapa tanganku gemetar karena harus menurunkan semua ego dan harga diri? Entahlah, saat itu aku bahkan tidak berpikir aku memiliki 2 hal itu. Aku sedikit senang karena kamu menawarkan untuk menjemputku. Tanpa tau ternyata benar orang bilang, kalau senang jangan berlebihan siapa tau sebentar doang.
Di saat seperti itu aku kembali berdoa dengan tidak tau malu, "Dear, God. Please protect this girl because she and he might hurt her again."
Aku sedikit bersyukur saat Tuhan mendengar doaku, tau tidak akan sendirian di penginapan yang aku pesan. Sepupuku sudah memasuki masa libur perkuliahan dan aku bisa bermalam di rumahnya. Hangus sudah uang yang aku keluarkan untuk sebuah kamar.Tapi tidak semulus itu. Ternyata benar, hingga mendekati hari keberangkatan aku masih saja menyapa rintangan bahkan semua yang sudah aku bayar terpaksa aku atur ulang. Di titik ini aku merasa Tuhan benar-benar tidak mau aku kesana dan aku hanyalah anak kecil yang tidak mau mendengar nasehat apapun. Bahkan beberapa jam sebelum keretaku berangkat kamu bilang tidak bisa. Kamu tau betapa hancurnya aku yang saat itu sedang duduk menunggu makan siang? Aku tidak sanggup menelan makananku. Aku menangis, tidak peduli pasangan mata di sekitar yang melihatku dengan aneh. Aku masih berusaha membujuk kamu, walaupun sebenarnya aku ingin menyerah.
Otak ku harus bekerja sangat keras untuk menyadarkan hati kecil itu, tujuan awalku menyusun trip ini bukan untuk bertemu kamu. Ayo, jangan kecewa. Hingga akhirnya rasa kecewa itu berubah menjadi jengkel karena kamu sesuka hati merubah lokasi bertemu dari kota M menjadi Jogja. Matamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me and First Love
Short StoryCerita tentang aku, mencintai orang yang salah. Ini cerita yang aku alami sebagai seseorang yang sangat baru dan terlambat mengenal Cinta yang ternyata tidak sesederhana itu. Dan untuk seorang pemula, aku kira cerita ini terlalu ekstrim dan tidak ad...