Bab 1

87 29 27
                                    

Elmira Revalina Putri. Seorang gadis cantik yang memiliki senyuman indah di bibirnya itu harus terjebak cinta segitiga dengan Kakak iparnya sendiri. Awalnya, dia hanya menganggumi sosoknya yang tegas dan bertanggung jawab. Sampai akhirnya, perasaan itu berubah menjadi sesuatu yang lebih, hingga membuatnya tidak bisa berhenti.

                              ••••••

"Bang Juna, bisa bantuin Reva ngerjain PR matematika, nggak?" Teriak Seorang gadis yang masih memakai seragam SMA dengan name tag Elmira Revalina Putri itu.

Dia langsung menghampiri seorang laki-laki yang sedang duduk di kursi ruang tamu.

"Kamu itu kebiasaan banget, deh. Kalau masuk rumah itu main nyelonong gitu aja," ucapnya tetap fokus pada laptop di depannya.

"Assalamualaikum, Abang Juna ganteng." Ucapnya terkekeh.

Gadis itu langsung ikut duduk di sebelah  laki-laki yang masih fokus dengan laptopnya tersebut.

Sedetik kemudian.

Tuk!

Bukannya menjawab salam, dia malah memukul gadis itu dengan buku yang tergeletak di atas meja.

"Kok malah di pukul, sih?" Ucap Reva  pura-pura meringis dan mengusap-usap kepalanya.

"Waalaikumussalam. Lain kali, kalau mau masuk rumah itu ucap salam dulu," ucapnya kembali fokus pada laptop yang ada di depan nya.

"Siap, Abang Juna ganteng." Reva kembali terkekeh karena telah berhasil menggoda kakak iparnya itu.

Arjuna Devan Danendra. Suami dari Keisha Yunita Putri yang tak lain adalah kakak perempuan Reva. Gadis cantik itu sudah mengagumi laki-laki  yang di panggil Juna itu sejak  memasuki kelas 1 SMA. Wajahnya yang tampan, di usianya yang baru memasuki angka 25 tahun itu sudah berhasil mencuri hati Reva sejak dua tahun terakhir ini.

Sebuah senyuman terukir di bibir Reva ketika diam-diam memandangnya.

"Kenapa lihatin Abang kaya gitu? Kamu suka sama Abang?"

Deg!

Duh, Reva, bodoh banget sih, kamu. Bisa-bisanya ketahuan pas lagi lihatin dia. Batinnya seraya memukul-mukul kepalanya sendiri.

"Hahaha... Reva, suka sama Bang Juna? Ya, nggak lah. Masa suka sama kakak ipar sendiri, sih. Yang benar aja," ucap Reva berusaha menyembunyikan raut wajahnya yang sekarang sudah memerah seperti kepiting rebus.

"Bagus deh kalau gitu. Lagi pula, Abang  juga cuma bercanda."

Ck!

Ngeselin banget sih, Bang Juna. Aku pikir dia bertanya seperti itu karena udah tahu kalau aku beneran suka sama dia.

Dasar nggak peka! Keluhnya.

"Abang kok tumben, sih, jam segini ada di rumah. Abang nggak berangkat ke kantor, ya?"

"Kata siapa? Bocil jangan so tahu!"

"Ishhh, Reva kan cuma nanya." Ucapnya merenggut.

"Kenapa nanya kaya gitu?"

" Karena sekarang Bang Juna ada di rumah. Pasti Abang nggak berangkat ke kantor kan, tadi pagi?"

"Abang berangkat ke kantor kok tadi pagi. Cuma sekarang Abang ngerasa nggak enak badan aja, makanya Abang pulang ke rumah."

"Bang Juna sakit? Udah periksa ke dokter belum? Reva temenin, ya?"

"Nggak usah, Abang nggak papa. Cuma kurang tidur aja."

"Seriusan nggak papa?"

"Iya seriusan."

"Tapi kok mukanya pucat gitu, sih? Bang Juna beneran nggak papa?"

My Brother in-law My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang