CHAPTER 15

12 2 0
                                    

Pagi ini, aku pergi ke sekolah sendiri.
jevan masih harus menjaga papanya yang diopname dan aku tidak tega memintanya untuk menjemputku.

Ketika melangkah menuju kelas, aku melihat jevan yang berjalan beberapa meter di depanku.

Tanpa pikir panjang, aku langsung menghampiri jevan dan menyapanya.

"Pagi, pacarnya natya." sahutku ke arah jevan yang sedang berjalan di depanku.

"Pagi." balas jevan singkat.

Aku membalas balasan jevan dengan senyuman kecil, lalu bertanya "Papa jevan udah sembuh?" tanyaku.

"Lumayan membaik." jawab jevan yang membalas senyumanku, walaupun hanya terlihat sekilas.

Aku bernapas lega setelah mendengar jawaban jevan karena kondisi papanya sudah lumayan membaik.

"Nanti jevan janji nggak, antar natya jenguk papa jevan?" tanyaku.

"Iya, jadi."

Aku tersenyum ke arah jevan yang masih menatapku. dan aku teringat sesuatu...

"Jevan hari ini ada konsultasi dari guru BK buat bantu kita menentukan masa depan. jevan ingat, kan?"

"Iya, ingat." balas jevan.

Aku terdiam, dan mulai memikirkan sesuatu yang ada di kepalaku.

"Apa natya akan tetap bikin jevan ngelepas mimpi jevan demi natya...? apa natya seegois itu sama pacar sendiri...?"

"Nggak, natya nggak seegois itu! natya pengen jevan senang dan wujudin mimpinya." batinku.

Aku menggelengkan kepala dengan senyuman yang terlihat kembali di wajahku dan mulai mengangkat bicara lagi.

"Jevan, natya mau bilang sesuatu."

"Apa?"

"Natya mau bilang kalau natya..."

Aku menarik napas dalam sebelum mengatakannya, karena untuk pertama kalinya... aku akan mengalahkan keinginan pribadiku, demi kebahagiaan jevan.

Tringgg....

Tiba-tiba bel masuk berbunyi, tepat ketika aku sudah membuka mulut.

"Nanti aja, sekarang ke kelas dulu." ucap jevan yang sudah bergegas untuk memasuki kelasnya.

Aku berdecak kesal, namun mengangguk dan melanjutkan langkah ke kelasku.

*****

Pulang sekolah, aku dan jevan langsung pergi ke rumah sakit tempat papa jevan dirawat.

Sepanjang jalan, aku masih belum menyampaikan apa yang ingin aku sampaikan soal rencana kuliah jevan.

Di rumah sakit, aku dan jevan mengajak papa jevan jalan-jalan ke taman.

Dokter menyarankan agar papa jevan sering diajak jalan pagi atau sore agar tidak banyak tekanan dan beban pikiran.

Aku tersenyum ramah ke arah papa jevan dan mulai bertanya. "Gimana keadaan om hari ini? jantung om udah nggak sakit, kan?" tanyaku.

"Alhamdulillah sudah jauh lebih baik. terima kasih ya natya, sudah mau jenguk. pasti natya kemarin panik banget, maaf ya." balas papa jevan dengan senyuman hangat.

Aku membalas senyuman hangat papa jevan, namun secara tiba-tiba senyumanku berubah menjadi kesedihan.

"Om..."

"...Harus jaga kesehatan, makan yang teratur, istirahat yang cukup. biar nggak tiba-tiba sakit kayak sekarang."

"Soalnya kalau om sakit. jevan pasti sedih, terus natya juga jadi sedih karena jevan sedih."

Still With You (END)Where stories live. Discover now