"Panglima panggil kamu."
Gantari ingat sekali pagi itu panglima satuan angkatan darat berkunjung ke markas dengan maksud mengawasi pelatihan perwira-perwira baru. Namun sang kapten malah memberitahunya panggilan itu.
Tanpa maksud menolak Gantari mengangguk lalu bergegas menuju kantor pengawasan di markas angkatan darat itu. Menghadap sang panglima yang ternyata sedang sendirian, menatap sebuah foto sambil menyeruput kopinya.
"Panglima memanggil saya?" Gantari berdiri di belakang kursi yang ada di hadapan panglima hanya berbatasan dengan meja kayu. Laki-laki lima puluh tahun bernama lengkap Andreas Dirgantara itu memberi kode untuk Gantari duduk dihadapannya.
Foto yang sejak tadi dipegangnya langsung diletakan di meja dengan menghadap ke Gantari lalu mendorongnya lebih ke depan akan gadis itu dapat melihatnya dengan jelas. Meski terkejut dengan wajah di dalam kertas itu, Gantari menyembunyikannya dengan amat baik.
"Ayahnya adalah seorang intel yang mati dengan mempertahankan harga dirinya sebagai agen intelejen. Dia telah tiada dengan sejuta rahasia yang digenggamnya erat. Ibunya kehilangan kewarasannya setelah melahirkannya."
Andreas memandang kecut ke arah foto yang masih di meja itu, "Hidup anak ini sangat suram walau tidak terlihat di foto itu karena dia sedang tersenyum. Ayah dan ibunya adalah memegang rahasia pemimpin-pemimpin negara ini yang korupsi, mungkin itu dapat menyeret nama mantan presiden dan dua wakilnya."
Gantari menatap penasaran, apa yang akan dilakukannya dengan semua latar belakang buruk itu. "Misi kamu hanya satu selama satu bulan ini. Lindungi atau bunuh dia."
"Maksudnya, Pak?" Setelah bungkam sejak tadi, akhirnya Gantari mengeluarkan suaranya.
Laki-laki itu mendorong map setengah tebal di hadapannya ke dekat Gantari. "Baca dan pahami sendiri. Kalau dia mengetahui banyak hal dan sekiranya mengancam, bunuh dia atau saya yang bunuh kamu. Kalau dia hanya menjadi anak baik dan terancam, lindungi dia atau kamu yang saya ganti."
Seperti bukan dia yang terancam tapi hidup dan karir Gantari yang terancam hancur bila misi satu bulannya ini kacau.
*****
"Gue baru denger tentang Gantari deh, Bang. Siapa sih?"
Pria jangkung yang berpangkat sebagai sekretaris dan manajer Binar itu baru saja mengikuti langkah Binar menuju ruangan atasannya itu. Pria bernama lengkap Adipati Gema Famtara itu ternyata tak sengaja mendengar wawancara Binar waktu itu.
Binar yang melihat wajah penasaran laki-laki yang tiga tahun lebih muda darinya itu pun hanya tersenyum sambil lanjut membaca proposal di tangannya. Tapi Gema yang sudah kepalang penasaran langsung berdecak kesal, "Kita udah kenal berapa lama sih? Kok lo gak pernah cerita tentang Gantari-Gantari itu."
Gema itu adik angkat Binar yang sudah bersamanya sejak kecil di panti asuhan. Gema disekolahkannya sampai lulus S1 jurusan hukum. Namun dari pada memilih untuk melanjutkan kuliahnya di Australia seperti yang ditawarkan Binar atau mencari pekerjaan sebagai notaris, pengacara atau sebagainya. Gema malah memilih mengabdi pada Binar dan perusahaan yang telah membuatnya dapat meraih gelar sarjana disaat pemilik perusahaan itu sendiri malah tidak sampai menjejaki S1.
Masih dengan adegan membaca proposalnya Binar tersenyum lalu menjawab, "Mantan Abang, Gem. Waktu itu Abang putusin dia dengan alasan mau fokus sama kamu dan perusahaan."
Gema menyeritkan dahinya sampai batas paling maksimal, "ABANG! Ih, lo mah aneh. Jadi sekarang dia gimana? Pasti udah bahagia sama cowok yang lebih baik dari lo kan?"
"Abang berharapnya begitu, Gem. Walau masih gak rela, tapi dia harus bahagia kan. Kemarin Abang ketemu dia di supermarket habis pemotretan itu. Dia keliatan lebih cerah dan bahagia. Sekarang Gantari udah jadi tentara, dia meraih cita-citanya dengan amat baik."
"AHHHHH! Abang sih! Dia pasti baik banget, gue ada perasaan kalau dia tipe cewek yang bakal nungguin dan nemenin lo dari nol sampai udah sampai miliaran. Kenapa ditinggal sih, Bang? Mana gak pernah kenalin ke gue!"
Laki-laki yang biasa tersenyum itu langsung memancarkan wajah cemberutnya walau malah terlihat lucu dimata Binar. Adiknya itu tidak akan pernah dewasa untuknya.
"Pikiran Binar remaja waktu itu gak sampai sana, Gem. Abang cuma takut ngecewain dia kalau Abang gak punya waktu lagi untuk dia, atau malah gagal di tengah jalan. Abang pengen keliatan superior di mata dia, kalau ketemunya sekarang-sekarang udah pasti langsung Abang ajak nikah."
"Kalau ada satu kesempatan lagi untuk lo, gue harap lo bisa perjuangin dia kayak lo perjuangin perusahaan ini."
Kalau dunia bisa memberikan permintaan kita juga Binar akan meminta hal yang sama setiap hari. Tapi di dalam khotbah pendetanya mengatakan kalau dunia berjalan sesuai yang diinginkan penciptanya. Kalau Binar seorang penulis pun dia akan menjalankan ceritanya seperti keinginannya dan tidak boleh ada yang merecoki ceritanya itu.
Maka Binar hanya mempasrahkan semuanya pada pencipta alam semesta ini. Jika diizinkan dia akan berjuang dan menjaga miliknya dengan amat baik. Tapi jika semesta bilang mereka harus bahagia walau tak bersama, ya, apa boleh buat.
Binar bukan siapa-siapa di cerita ini selain sebuah tokoh yang siap diperlakukan seperti apapun. Dapat menjadi seseorang yang sebaik sekarang saja sudah pemberian yang luar biasa. Mau minta lagi mah jadi kurang ajar.
To be continued.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidup Binar - Sung Hanbin
FanfictionSemua orang bilang kalau Binar terlahir untuk menjadi manusia sempurna. Tapi kenyataannya hidup Binar gak pernah lebih baik tanpa Gantari Inka. "Hidup manusia sempurna ini tidak pernah berwarna." -Handara Binar Hidup Binar - Sung Hanbin an original...