Gantari Dan Gema

47 6 0
                                    

Kalau Gema dapat memilih, sepertinya dia akan tetap menjadi dirinya yang sekarang dengan pekerjaannya yang sekarang. Karena setelah dilihat dan dirasakan menjadi artis seperti kakaknya itu tidak tenang, tidak bisa berjalan-jalan sendirian seperti dirinya sekarang ini.

Bagi Gema jalan-jalan malam sendirian itu harus dilakukannya dua kali seminggu. Walau Binar akan terus memintanya memiliki pacar agar tidak terus bepergian sendirian, nyatanya Gema lebih senang sendiri.

Malam minggu ini dia nikmati dengan berjalan di daerah street food yang sudah lama sekali tidak dikunjunginya. Motor ratusan jutanya dibiarkan terparkir agak luar dari bagian-bagian street food ini. Sengaja, agar kakinya berguna katanya.

"Bang, cimol sepuluh ribu. Ini uangnya." Gema memberikan selembar uang berwarna ungu kepada laki-laki yang sebenarnya terlihat jauh sekali lebih tua darinya. Mata Gema menangkap pedagang es yang ada tidak jauh di samping gerobak cimol itu. "Bang, saya tinggal sebentar ya."

"Bang, saya es jeruknya satu."

Baru sang penjual akan merespon ternyata di depan tubuh Gema ada seorang wanita yang lebih kecil badannya dari dia jadi tidak terlihat, "Eh, saya duluan, Bang. Abang gak liat dari tadi saya di sini sampe pegel."

"Yaudah, Mbaknya dulu aja."

Gema menyeritkan dahinya tak suka, "Aih, Abang! Saya duluan kali. Lagian salah Mbaknya sendiri gak mau ngomong dari tadi pesenannya apa."

Wanita di depan Gema itu langsung membalikkan badan menatap laki-laki itu penuh kekesalan tapi semua emosi di wajah keduanya itu langsung sirna kala menyadari satu sama lainnya. "Gema?"

"Loh, Kak Tari disini? Ngapain sendirian disini?"

Gantari yang awalnya sangat terkejut itu langsung menetralkan lagi ekspresinya, "Lagi jalan-jalan aja, Gem. Bosen kerja terus. Kamu?"

"Aku juga lagi jalan-jalan sendiri kayak biasa aja sih, soalnya Abang mah gak seru kalau udah serius kerja tuh." Gantari terkekeh sejenak melihat wajah kesal Gema. Dia juga menyadari kalau kebiasaan Binar masih tidak banyak berubah.

"Selama ini sibuk apa, Kak?" tanya Gema setelah keduanya duduk di tangga semen di dua meter depan pedagang tadi dengan memegang makanan dan minuman masing-masing.

Gantari memakan cimolnya dulu lalu menjawab, "Cuma mencoba bertahan hidup, Gem. Seru loh hidup saya, kayak film survival gitu."

Laki-laki di sampingnya itu langsung memasang wajah heran tanpa menatap Gantari, "Seru apaan, kalau mati gimana?"

"Ya gak nafas lagi." Gantari terkekeh sebentar lantas menanggapi pertanyaan Gema dengan serius, "Saya dulu malah seneng kalau mati, soalnya siapa tau Binar bisa dateng temuin saya lagi nanti kalau saya udah mati."

"Tapi sekarang kan udah ketemu, Abang tuh nyariin Kakak terus tau. Walau dia gak ngasih tau aku, aku tau Abang selalu coba nyari sendirian tapi gak pernah ketemu."

Gema meminum es jeruknya dua teguk lalu kembali berbicara, "Kalian mah aneh, masih saling sayang tapi saling menjauh juga, tapi abis itu saling nyari lagi. Untung deh bisa sama-sama lagi."

Keduanya tersenyum lembut menatap ke arah depan, "Kakak pinjam Binarnya sebentar ya, Gema. Sampai tugas Kakak selesai."

"Kok sebentar sih? Pinjem aja seumur hidup, aku jual deh, cashback seratus persen, no DP, no cicilan. Cuma buat Kakak, Handara Binar aku jual."

Celotehan Gema membuat Gantari tertawa, dia teringat dengan ocehan yang sama yang diucapkan Binar dulu waktu mereka masih kelas dua SMA. Meski Binar bilang kalau Gema bukan adik kandungnya tapi Gantari bisa melihat diri Binar pada Gema seperti layaknya kakak adik kandung.

"Kali ini beneran sebentar, tugas Kakak sebentar banget." Apa lagi setelah dapat perintah baru dari atasan, Kakak. Sayangnya kalimat terakhir hanya terucap di hati Gantari saja. Tidak mampu mengatakannya pada Gema yang pasti akan kecewa sekali kepadanya.

"Oh iya, Kak. Titip Abang ya selama aku ke Jepang. Aku diutus kantor jadi perwakilan Abang di Jepang selama seminggu."

Gantari mengangguk canggung. Kepalanya langsung berputar menyusun berbagai rencana terbaik yang harus dia siapkan, satu Minggu waktu yang cukup untuk Gantari.

'Target sudah tau akan rahasia itu, perintah terakhir adalah bunuh dia dan hilangkan seluruh bukti yang dia miliki. Kamu kemiliteran jamin akan keselamatanmu. Ingat, ini perintah, laksanakan.'

'Perintah diterima, siap, laksanakan.'

Mulai pagi tadi, Gantari sudah menjadi robot pembunuh pemerintahannya. Menjaga rahasia kenegaraan, katanya. Padahal ada seseorang di sana yang mati-matian mencari berbagai rahasia agar hidupnya tenang tapi malah disuruh membunuhnya.























To Be Continued.

Hidup Binar - Sung HanbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang