Lisa mengerjakan matanya sampai kedua mata hazelnut nya terbuka, wanita berponi itu mengerutkan keningnya, sampai dia tersadar jika Jennie tidak lagi berada di sampingnya, selimut mereka juga sedikit berantakan di atas ranjang mereka.
Sedetik kemudian, Lisa langsung bangkit dan melihat ke arah kamar mandi saat mendengar suara muntahan dari dalam, wanita jangkung itu menjadi panik, dia langsung menyikap selimut dan berjalan cepat menuju kamar mandi.
Sudah menjadi kebiasaan setiap paginya dimana Jennie akan mengalami morning sickness dari awal kehamilannya, setiap paginya wanita cantik itu akan merasa begitu mual dan pusing.
"Hey.." Lisa membuka pintu dan berjongkok untuk membantu Jennie yang masih berusaha untuk mengeluarkan isi perutnya pada kloset, dia langsung menaikkan rambut Jennie menggunakan tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya memijat bagian tengkuk Jennie dengan lembut.
Lisa bahagia saat mereka pada akhirnya akan menjadi sempurna dengan kehadiran seorang anak dalam perut istrinya, tapi hal ini yang selalu membuatnya merasa sedih, dimana Jennie harus terlihat begitu tersiksa setiap paginya.
Beberapa detik setelah Lisa memijat tengkuk istrinya, barulah Jennie bisa mengeluarkan isi perutnya, Lisa tidak merasa jijik dengan pemandangannya setiap pagi, dia malah sedikit melengkungkan bibirnya ke bawah sekarang, jika dia menjadi Jennie, dia juga tidak akan sanggup melewati ini semua.
"Sudah?" Tanya Lisa, Jennie mengangguk kecil, Lisa menuntun istrinya untuk berdiri, dia yang menekan flush, membersihkan lantai sedangkan Jennie membersihkan sekitaran mulutnya pada di hadapan wastafel.
Lisa kembali menghampiri Jennie, namun istrinya langsung keluar dari kamar mandi begitu saja, jelas jika istrinya tengah marah sekarang dan itu membuat Lisa memejamkan matanya sebentar sampai berkerut, dia menghembuskan nafas kasar sebelum ikut keluar dari kamar mandi.
"Kau ingin tidur lagi, honey?" Tanya Lisa dengan nada lembutnya kala Jennie kembali naik ke atas ranjang, meski sekarang hampir pukul delapan pagi, dia sama sekali tidak mempermasalahkan jika Jennie ingin kembali tidur.
Lisa naik ke atas kasur dan hanya memeluk Jennie yang kini tengah memainkan ponselnya, dia sedikit memiringkan kepalanya, perlu di garisbawahi jika menatap wajah Jennie juga adalah kegiatan favoritnya sedari mereka belum memiliki hubungan sekalipun.
"Kau tidak ingin berbicara denganku, honey?" Tanya Lisa, Jennie menatapnya sekilas dengan tatapan malasnya, dia kemudian menggunakan tangannya untuk mendorong wajah Lisa, dan tanpa rasa bersalah, Lisa malah tekekeh sekarang padahal Jennie sudah sangat marah.
"Aku mengakui kesalahanku." Lisa membenarkan posisi duduknya, kini si Manoban itu duduk bersila di atas ranjang, menatap Jennie.
"Aku sudah lelah denganmu." Jennie mengatakan kalimatnya dengan begitu ketus, "berjanji lalu menguranginya lagi, terus saja seperti itu, kau pikir janji adalah main-main?" Balas Jennie, dia tentu menjadi jauh lebih sensitif setelah mengandung anak pertama mereka.
"Jangan seperti itu, honey." Ucap Lisa, jika Bambam dan Jackson takut dengan istri mereka, ataupun Seulgi yang takut dengan kekasihnya Irene, maka dia juga sama, dia sebenarnya juga takut dengan Jennie.
"Aku berjanji tidak akan pulang selarut itu lagi sampai membiarkanmu terlelap di sofa seperti semalam." Ucapan Lisa membuat Jennie menggelengkan kepalanya, dia kemudian kembali mengambil ponselnya, tidak menggubris perkataan Lisa.
"Honey." Lisa sedikit maju, senior yang ditakuti oleh orang-orang di arena balap kini terlihat seperti anak kecil sekarang.
"Aku minta maaf okay?" Tanya Lisa pelan, Jennie kemudian menunjukkan layar ponselnya, "kau bahkan mengabaikan semua pesanku bukan?" Lisa menelan salivanya, semalam saat berada di mobil dia juga panik karena banyak pesan dan panggilan tidak terjawab dari istrinya, Seulgi yang sialan karena tidak memberitahu Lisa jika ponselnya berbunyi.
KAMU SEDANG MEMBACA
NO PROMISES - JENLISA [G×G]
FanficPada dasarnya, seseorang yang berjanji untuk berubah hanyalah omong kosong dan kita tidak akan bisa merubah sifat seseorang sekuat apapun kita berusaha. Lisa sangat mencintai istrinya yang tengah mengandung buah hati mereka, tapi dia sadari jika dia...