2. Pengkhianatan

238 47 7
                                    

.

.

.

Winwin melirik kearah sang pangeran yang menatap lurus wanita yang tengah mengajar seluruh murid di kelas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Winwin melirik kearah sang pangeran yang menatap lurus wanita yang tengah mengajar seluruh murid di kelas.

"Jangan melihatku." Suara dingin dari sang pangeran membuat Winwin segera membuang wajahnya ke arah lain.

Kalau saja Winwin tidak ditugaskan untuk selalu menemani pangeran kecil ini, tapi ia sebenarnya juga penasaran dengan isi otak pangeran muda di sampingnya.

Renjun hanya diam menatap wanita yang sedang mencoret-coret sesuatu di monitor sebesar televisi di depan sana.

Winwin menoleh cepat saat sang pangeran menyalakan mic mejanya.
"Ada apa--

Winwin harus kembali menutup mulutnya melihat Renjun menaikkan telapak tangannya agar berhenti berbicara.

"Permisi mam," Suara Renjun nampak menggema di seluruh kelas, wanita cantik itu juga menghentikan kegiatan mengajarnya sejenak.

"Keponakan Duke Huang? Ada yang bisa saya bantu?" Wanita itu dengan sabar menunggu kalimat muridnya itu.

Yah, keponakan duke Huang....

"Saya ijin keluar." Renjun segera menutup mic nya kemudian beranjak pergi dari sana mengabaikan panggilan nama samaran yang diciptakan oleh bundanya sendiri.

"Huang Ren! Huang Ren! Kembali ke tempat dudukmu!"

Winwin segera mengikuti langkah pangeran kecilnya itu, sedari tadi Winwin hanya diam mengikuti pangeran yang nampak kacau.

"Pangeran--"

"Huang Ren? Keponakan Duke? Siapa mereka? Kenapa aku tidak bisa menggunakan namaku sendiri?" Renjun menghentikan langkahnya di depan pintu lift, dengan sigap Winwin menekan tombol lift.

Ting!

Renjun masuk ke dalam lift diikuti oleh Winwin, pangeran sepertinya dalam keadaan emosi yang tidak stabil.
"Kita akan pulang pangeran?" Tanya Winwin sambil menekan tombol lift ke basement.

"Memangnya aku bisa kemana lagi?" Tawa Renjun sumbang, Winwin menghela napasnya pelan sambil menatap jadwal yang seharusnya pangeran kecil ini lalui setelah ini.

"Berkuda ya... Aku sedang tidak mau," Jawab Renjun enteng membuat Winwin kembali mematikan layar ipad.

"Lalu apa yang akan pangeran lakukan seharian ini?" Tanya Winwin sopan membuat Renjun menatap laki-laki yang selama ini menemaninya.

"Aku mau mencari bunda."











Hawa di kamar pangeran terasa sangat negatif, sang pemilik kamar sedari tadi hanya duduk diam di atas kasurnya sambil melirik tajam ke arah Xiaojun dan Winwin.

Keduanya benar-benar menyebalkan, berdiri di sudut kamar dengan tegap tanpa bersuara setelah menolak ucapannya.

"Apa kalian benar-benar tidak akan membiarkanku mencari ayah dan bunda? Kalian sepakat mengurungku disini ya?"

"Kami tidak akan berani pangeran," Jawab Winwin dengan menunduk sopan, namun sahutan Winwin hanya dibalas sebuah decihan oleh sang pangeran.

"Tak masalah, kurung saja aku sampai mati." Tantang Renjun sambil menaikan selimut ke seluruh tubuhnya.

Xiaojun hanya menghela napasnya lelah, menghadapi sifat keras kepala pangeran membuatnya sakit kepala. Jujur saja Xiaojun lebih memilih untuk menghadapi keluhan masyarakat selama sebulan penuh dibandingkan merawat sang pangeran.

"Apa kita akan tetap disini?" Bisik Winwin kepada Xiaojun, sebenarnya Winwin tahu kalau mereka tidak seharusnya menentang ucapan pangeran kecil itu.

"Mau bagaimanapun kita harus menjaga keselamatan pangeran, raja dan ratu tengah menghilang. Sebisa mungkin kita harus menjaga penerus tahta kerajaan." Benar, ucapan Xiaojun juga tidak salah.

Tapi entah kenapa Winwin merasa ada yang terasa janggal disini.

"Pangeran kecil sudah makan?" Tanya Xiaojun lagi, seingatnya pangeran baru saja kabur dari mata pelajaran pagi hari ini.

"Siapa yang kalian panggil pangeran kecil?!" Suara teriakan tidak terima terdengar samar dari balik selimut tebal sang pangeran.

Xiaojun tersenyum kecil, "siapkan makan siang untuk pangeran kecil kita. Atau ia akan benar-benar mengecil karena kelaparan."

"Yak!!" Wajah Renjun terlihat memerah saat Xiaojun terus meledeknya. Pangeran kembali duduk tegap di atas kasurnya.

Winwin segera menunduk sopan sebelum akhirnya pergi untuk menyiapkan makan siang pangeran.

"Xiaojun, sudah ada kabar terbaru tentang bunda?" Nada suaranya berubah, tidak ada lagi suara yang terdengar rengekan, raut wajah sang pangeran juga terdengar serius.

Xiaojun segera menegapkan tubuhnya, "Banyak kabar yang belum pasti pangeran, tapi hingga saat ini keberadaan raja dan ratu masih belum terdengar."

Renjun mengangguk paham, setidaknya mendengar kabar bahwa kedua orang tuanya belum ditemukan terdengar lebih baik dibanding kabar kematian.

Para pelayan masuk menyiapkan makan siang sang pangeran membuat raut tidak suka di wajah Renjun terlihat jelas.
"Kalian pikir aku tidak bisa berjalan ke ruang makan?"

Seluruh pelayan sampai bersujud takut saat mendengar nada kesal sang pangeran, Winwin menatap Xiaojun yang nampak tenang.

"Akan lebih baik pangeran tetap berada di kamar, demi kepentingan bersama." Jawab Xiaojun berharap sang pangeran akan menyetujui ucapannya.

"Apa ini? Kalian berpikir aku akan kabur setelah kalian menempatkan puluhan pasukan di depan kamarku?" Renjun kehabisan kata-kata

Renjun menghela napasnya pelan, "baik, tidak masalah." Dengan cepat ia mengambil salah satu sendok dengan berbagai ukuran, menyuapkan sup ke dalam mulutnya.

"Win..." Panggil Renjun sambil kembali meletakkan sendoknya kembali ke nampan namun sendok itu justru jatuh hingga berdenting nyaring ke lantai.

Klontangg!

"Pangeran?" Suara sekitarnya nampak berdengung membuat seluruh orang yang ada disana berlari kearah sang pangeran yang kesulitan bernafas.

"Ughh!! Uhukk..." Cairan merah keluar dari mulut sang pangeran membuat para pelayan memekik takut, dengan cepat Winwin segera melakukan pertolongan pertama.

"Panggil dokter kerajaan! Cepat!!" Teriak Xiaojun membuat Yeri-- kepala pelayan segera berlari keluar.

Seketika suasana di kerajaan berubah mencekam, Xiaojun melirik ke salah satu pelayan yang nampak gemetar ketakutan, meremas tangannya sendiri.

"Hukum cambuk pelayan yang berusaha membunuh pangeran!"




******

Selamat hari raya Idul Fitri bagi yang merayakan.

Prince Of Poisonnia 👑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang