Keesokan harinya setelah ratusan orang hampir mati, para penduduk desa terus menggeruduk kantor Hokage.
Mereka marah karena tuntutan sebelum sebelumnya selalu tak digubris. Padahal sudah jelas... ketentraman hidup mereka selalu terancam dengan adanya jelmaan Kyuubi di desa.
Selain meneriakan "bunuh iblis" mereka juga melempari kantor Hokage, sebagai luapan amarah dan kemarahan semakin menjadi-jadi lantaran keinginan mereka menemui Hokage dihadang oleh shinobi yang menjaga pintu masuknya.
Sementara Tsunade sendiri yang didemo kini berada di rumah sakit dengan para shinobi kepercayaannya tuk berbincang dengan Naruto-ms tentang masalahnya.
"Kau datang kepada orang yang salah, Tsunade!" ucap pirang dewasa dengan pandangan tertuju pada Kurenai yang tertidur di ranjang dan tangannya terus memegangnya erat.
"Terlebih situasi yang salah!" tangannya yang bebas menyisikan helaian rambut hitam yang menutupi wajah cantiknya Kurenai disana.
Dalam diamnya, Tsunade meperhatikan pirang dewasa pasti menemaninya terus sepanjang waktu, seperti kabar Kakashi mengenai kondisi mental Kurenai yang tidak ingin ditinggalkannya.
Sampai akhirnya dia harus mendatangi keberadaannya sendiri ke sana.
Tsunade menghela nafas dengan tangan dilipat. "Ya aku tahu dan maaf soal itu...! Tapi setidaknya aku harus memberitahu masalah penduduk yang sangat sulit tuk dikendalikan sekarang!"
"Kenapa harus pusing? Kalau kau peduli terhadap diriku yang muda, kau Tinggal bungkam mereka dengan kekuatanmu!! Kalau sebaliknya.. turuti saja keinginan mereka! Bereskan!"
Pandangan Tsunade melotot, Naruto-md terlalu menganggap masalahnya enteng. "Itu tak mungkin! Aku tak bisa memilih antara adikku dan warisan leluhurku!"
Suara Tsunade terdengar tegas. si pirang dewasa tersenyum tipis. "Jujur! Makasih banyak, karena kau sudah menganggap kami terdengar penting untukmu!.. Tapi masalah para penduduk desa, kau harus membicarakannya langsung pada diriku yang muda!.." Naruto menarik napasnya untuk melanjutkan.
"Aku yakin perasaannya sekarang sama persis seperti para penduduk desa yang membencinya!!.." kali ini pirang dewasa melirik langsung Tsunade yang nyender pada dinding, ditemani berberapa orang yang dikenalnya seperti Shikaku, Inoichi Chouza, Tsume, Shibi dan Hiashi.
Mereka sedari tadi hanya mengamati si pirang yang terduduk di sebelah tempat perawatan Kurenai yang diperlakukan layaknya kekasih.
"Kalau aku tak peduli dengan penduduk desa kecuali beberapa orang karena aku sadar, ini bukan tempatku harus berada sekarang!.." pirang mengungkapkan apa yang dirasakannya.
"..Tapi, dia!.. Orang yang harusnya dapat penghormatan, atas pengorbanan orang tuanya yang meninggal untuk melidungi penduduk desanya malah diperlakukan seperti kotoran!"
Si pirang memberitahukan dengan rasa jijik ke Hiruzen atas semua kebohongan yang dilakukannya, dan sekarang ingin membunuhnya kalau dia masih hidup.
"Ya tapi kita harus memaklumi perasaan penduduk desa karena keluarga mereka meninggal akibat serangan Kyuubi!!" Di sana Tsume menguar pendapatnya, atau tepatnya perasaan yang sudah lama dia pendam.
"Apa kalian setuju dengannya" si pirang melirik Chouze, Inoichi serta Shibi yang mengangguk atas kejujurannya, kecuali Hiashi tak bereksprsi, dan Shikaku yang terlihat malas.
"Aku jadi ingat dengan orang yang dulu menghancurkan Konoha di masaku!" si pirang beralih mandang Kurenai masih terlelap dalam tidurnya.
Tsunade, Hiashi memperhatikan meski pernah mendengar kisahnya dan yang lainnya lebih penasaran akan gimana gambarannya.