legenda toilet busuk itu tersohor di antara lapisan aneka mahasiswa, selalu jadi topik bersenda gurau sebagai pelipur kekosongan atau jadi bentuk peringatan menakut-nakuti sederet mahasiswa baru tiap tahunnya.
sejatinya, toilet itu pernah bersih. maksudnya tak lagi menimbun kontingen kecoak dan makhluk melata lain, tempat berteduh kunti sewaktu badai atau lokasi persis rumor bunuh diri yang oknumnya memutuskan mendekam di dalam.
gedung tersebut sempat dijadikan sekretariat beberapa ormawa seperti dpm, seni kriya, prisma dan lain-lain. tetapi gedung tersebut tak lagi bisa difungsikan untuk kegiatan sehingga ormawa tersebut diminta memindahkan sekrenya.
eksistensi gedung yang malfungsi ini mengundang segelintir manusia untuk menengok, barangkali hendak dijadikan gudang kampus atau aksesoris yang menghiasi lingkungan fakultas serta toiletnya masih bisa digunakan ( kadang-kadang ) mengingat bersebelahan dengan fakultas pendidikan yang toiletnya sering kali penuh di jangka waktu siang dan sore.
betapa eksentriknya arsitektur pucat yang kian masa semakin nampak mungil sebab tak terurusnya ini pun memikat atensi rendra.
terutama dinding toilet beralternasi bak relief peninggalan peradaban lampau; torehan tinta menunjukkan rupa stickman abstrak, dua-tiga bait puitis menggelikan dan jasa curhat tertulis yang mengalahkan kinerja psikolog mana pun.
ia menyisir tulisan cakar ayam yang membuat netranya terbakar hingga fokusnya jatuh pada kalimat yang dibulatkan oleh pulpen merah. ia kembali untuk melihat-lihat kalimat itu di kelilingi oleh respon atas dan bawah. salah satu motif relief yang paling banyak dibubuhi corak.
"kalau esok kita mati, kenapa?"
banyak sekali balasan mengerubunginya macam semut yang tak sabaran, pertanyaan berikut memang mengundang; dari yang self-proclaimed filsuf dan pelawak kelas kakap.
ada enam baris kalimat tepat di bawahnya ia putuskan untuk baca pelan-pelan.
marilah mati, kita mati
merdeka lah ketika kita hidup dan merdeka lah ketika kita mati. tak ada yang lebih baik, tak ada yang lebih gabas.
namun tinggallah sebentar, kendati dunia keji. tanganku ini boleh jadi kerdil, tapi untukmu aku beri selaksa peluk yang tak jadi materi kecil.
tinggallah sebentar, biar bumi mengerti aksaramu.
tinggallah sebentar, aku mau dijamu sajak apikmu itu.
jangan buru-buru, firdaus memang amnesti tapi kamu harus tau; timbalah gempita, tanggalkan derita karena di rumah Tuhan yang mulia hanya ada suka cita
tawa kembali mengudara darinya, dengan melankolis dia menyodor tanya pada angin tipis ruang.
"kenapa harus esok kita yang mati?"
KAMU SEDANG MEMBACA
anarki di pojok toilet ✓
General Fictionbila bertemu tanya; kalau esok kita mati, kenapa?