Jeon Jezaray Alexandro seorang pria berusia 27 tahun, memiliki seorang istri bernama Francesca Zelda yang berusia 25 tahun..
Awal kehidupan rumah tangga mereka begitu harmonis. Bertahun tahun menikah, Jeza mulai jenuh dengan pernikahannya yang tak...
~ RATED 🔞 ~ MENTION HARSH WORD ~ KEKERASAN ~ VIOLENCE ~ DARK ROMANCE ~ TYPO TOLONG DITANDAI!
❗90 VOTE 60 KOMEN❗
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Chapter 3 ( Sahabat lama )
Sylvia melangkahkan kakinya menuju ruangan besar milik Jeza di dalam perusahannya. Tangannya menenteng sebuah kotak makan yang tentu saja ia siapkan sendiri tanpa bantuan siapapun.
Senyumnya mengembang dan tak luntur dari wajah cantiknya. Hatinya begitu bahagia menyambut hari ini.
Selang beberapa menit dirinya mendengar suara decitan pintu hingga menampilkan sosok pria yang ia tunggu tunggu.
“Selamat pagi Jez..”
Jeza sedikit kaget saat dirinya melihat presisi Sylvia telah duduk di sofa ruangannya dengan 1 kotak bekal nasi bewarna hijau.
“Oh hai selamat pagi, kau datang pagi sekali hari ini.”
“Tidak juga, aku memang selalu datang pagi kok. Saat di perusahaan lama aku pun sama.”
Jeza menarik garis senyum lantas mendudukan diri di samping Sylvia. Mata Jeza tiba-tiba terpaku pada paha mulus Sylvia yang terekspos karena wanita ini menggunakan rok mini.
Tangan Jeza mulai mengendurkan ikatan dasinya yang terasa mencekik. Melihat paha mulus Sylvia sepagi ini tentu saja membuat hawa disekitar ruangannya ini menjadi panas.
“Aku bawa sarapan Jez. Ingin makan dulu?”
“Makan yang lain saja bisa ? aku ingin.”
Sylvia terkekeh mendengarnya. “Ingin apa Jez ? ingin aku ? ini masih pagi.”
“Memangnya kenapa kalau masih pagi? ada larangan.”
“Astaga Jez, bagaimana bisa kau senakal ini hm???” ujar Sylvia seraya mendudukan diri di paha Jeza lalu membelai pipinya.
Jeza mendongak dan memejamkan mata menikmati sentuhan lembut dari sang puan. Dirinya tak menolak sama sekali. Bahkan ia ingin lebih dari sentuhan di pipinya.
Tubuh Sylvia semakin mendekat, ranumnya mengecup leher sang pria dengan sensual. Lalu ciuman itu berlanjut menuju bibirnya hingga keduanya pada akhirnya saling bertukar saliva dengan menggebu.
Tangan Jeza meraih pinggang Sylvia agar wanita itu dapat bergerak dengan teratur dalam ciumannya. Sementara tangan lainnya mengelus paha mulus Sylvia yang membuat bagian bawahnya menegang.
