2. Taruhan

0 1 0
                                    




Revan menggebrak mejanya.

"Lu ngapain duduk di meja ini?" ucap Revan ketus kepada Rebecca sambil menatapnya tajam sehingga membuat tubuh Rebecca menatap tiga orang laki-laki di depannya.

Rebecca mengangkat satu alisnya tinggi.

"Emang ini meja milik lu?! Kantin 'kan terbuka untuk umum, jadi wajar dong kalau gue duduk di sini, ya 'kan?" ucap Rebecca dengan nada sedikit meledek dan menopang dagunya. Becca semakin menatap Revan dengan senyuman remehnya.

Seisi kantin terdiam saat mendengar perlawanan dari Rebecca, si anak baru yang tak tahu siapa sosok Revan yang sebenarnya.

Hal itu membuat Revan menggeram menahan amarah sambil mengeratkan giginya. Matanya tajam menatap Rebecca dengan tatapan permusuhan.

Di belakang Revan terdapat Liam dan Adam yang menahan tawanya karena melihat wajah meremehkan dari Rebecca yang masih mau melawan Revan.

"Itu anak baru di kelas kita 'kan, ya?" Bisik Liam, salah satu most wanted sekolah sekaligus sahabat Revan yang terkenal akan ke playboyannya dengan kulit tan yang justru membuatnya semakin terlihat mepesona dan eksotis.

Adam mengengguk tanda mengiyakan pertanyaan Liam yang kini berdiri di sampingnya.

"Becca, lebih baik lu cari meja lain ya, ini meja kita dari dulu, dan Revan gak suka kalau ada orang lain yang duduk di sini," ucap Adam dengan lembut membuat Rebecca mengerjapkan matanya bingung.

Teman Revan yang satu ini ternyata bisa bertutur kata dengan lembut.

Rebecca pun akhirnya mengalah karena sudah merasa lapar dan pergi setelah ditarik paksa oleh teman culunnya dan mencari meja lain yang kosong.

Revan berdecak tak suka yang kemudian duduk di sana dengan wajah yang menyeramkan sambil menatap punggung Rebecca yang berjalan menjauh.

"Udah bro! Gak usah dipikirin, dia 'kan gak tau," ucap Liam yang berusaha menenangkan sahabatnya ini.

"Iya, namanya juga anak baru," ucap Adam yang duduk berhadapan dengan Revan.

Revan hanya terdiam dengan raut wajah kesalnya. makanan mereka sudah di pesan oleh Liam yang kini sudah kembali duduk di samping Adam.

Mereka makan dalam diam dan setelahnya berjalan menjauhi kantin menuju rooftop yang kini mereka cap sebagai bestcamp mereka di sekolah.

Sekolah ini milik mamahnya Revan jadi bebas saja kalau laki-laki itu mau melakukan apapun di sini.

Sesampainya di rooftop bersama teman-temannya mereka membuka bungkus rokok dan menyalakannya di sana kecuali untuk Adam yang memang tidak merokok.

Revan masih memikirkan perempuan tadi yang membuatnya sudah naik darah sedari pagi. Revan sedikit penasaran kepada perempuan bernama Rebecca itu.

"Lu kenapa?" ucap Liam yang sedari tadi memperhatikan raut wajah Revan.

"Anak baru itu ... bikin gue kesel," ucap Revan yang menampakkan wajah tak sukanya.

Mereka dengan kompaknya langsung menatap wajah Revan yang murung.

Liam yang sedang chatan dengan para pacarnya pun sampai berhenti mengetik lalu menatap kembali laki-laki yang duduk di sampingnya dengan tatapan tak percaya.

"Lu suka sama dia?" tanya Liam tiba-tiba.

"Gue kesel! Bukan suka!" ucap Revan naik darah membuat Adam meringis sambil menatap Revan. Dan sebuah ide jahil terlintas di kepala Liam.

Liam menjentikkan jarinya hingga kini semua mata tertuju kepadanya.

"Gue mau buat taruhan, kalian ada yang mau ikutan gak? Yang menang gue kasih Ferrari atau motor BMW keluaran terbaru, gimana?" ucap Liam saat dirasa Revan menyukai si anak baru tersebut.

Terjerat PerasaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang