4. Jawabannya Cuma Dua, Iya atau Oke?

0 1 0
                                    



"Gue mau lu jadi pacar gue!" ucap Revan penuh penekanan dan sedikit memaksa, membuat Rebecca menaikkan sebelah alisnya.

Revan yang berada di depannya melihat Becca semakin lucu saja jika mode judes seperti ini. Entahlah, mungkin otak Revan sedang konslet saat ini.

"Lu kalau dilihat-lihat lebih dekat ternyata cantik juga ya, gimana? Lu mau jadian sama gue?" ucap Revan tiba-tiba yang membuat Rebecca tersenyum miring yang mana tangannya kini bersidekap dada.

Revan melanjutkan aksinya dengan baik, dia ingin membuktikan bahwa taruhan ini gampang saja untuk dirinya.

"Mending lu minggir deh, gue mau balik ke kelas," ucap Rebecca malas karena menurut Becca berpacaran dengan Revan adalah hal yang tidak penting di dunia.

Mungkin juga Revan hanya ingin main-main kepada dirinya atau hanya ingin mengerjainya dengan kamera tersembunyi yang ada di beberapa titik, setelahnya Rebecca kembali menjadi topik perbincangan di sekolah.

"Jawab dulu baru gue kasih lu jalan," ucap Revan santai lalu tersenyum miring.

"Gue tau ini sekolahan punya nyokap lu, tapi gue disini juga bayar kali! Jadi mendingan sekarang lu minggir dari hadapan gue!" ucap Rebecca yang kini mulai kesal hingga mengeratkan giginya.

"Ck! Jawab dulu apa susahnya si?!" tanya Revan yang juga sudah sebal karena Becca yang membuang-buang waktunya.

Becca berdeham.

"Gue udah punya pacar. Sekarang lu bisa lepasin gue 'kan? Bisa biarin gue pergi 'kan?" ucap Rebecca bohong yang juga mengalihkan pandangannya menatap seisi perpustakaan yang ternyata sudah sepi.

Bukannya Revan melepaskan Becca, laki-laki itu justru semakin mempersempit jarak antara dirinya dan Rebecca.

"Minggir gak! Lu jangan macam-macam ya! Gue bisa bikin lu menderita!" ucap Rebecca dengan kencang tanpa rasa takut.

Ayolah, Rebecca benar-benar malas dibuatnya jika sudah seperti ini.

Revan yang mendengar kata-kata ancaman dari Rebecca menaikkan sebelah alisnya lalu tersenyum miring.

"Lu yang nyari mati sama gue, baby? Gue gak suka di bohongin tapi lu malah bohongin gue, lu juga ngancem gue," ucap Revan yang seketika merubah aura sekitar menjadi mencekam.

Revan sedikit memainkan anak rambut Rebecca yang tergerai lurus di hadapannya.

"Bohong apa?" ucap Rebecca pura-pura tidak mengerti, dirinya benar-benar muak saat ini, yang ia inginkan adalah menjauh dari laki-laki aneh di depannya.

"Sejak kapan lu punya pacar? Yang gue tau lu itu jomblo dari lahir," ucap Revan yang membuat Rebecca harus memutar otak agar bisa terlepas dari kungkungan Revan.

Namun Rebecca juga heran karena laki-laki itu kenapa bisa tahu tentang dirinya, padahal ia baru kemarin masuk ke sekolah ini.

Rebecca kembali menaikkan sebelah alisnya.

"Lu nguntit gue?!" ucap Becca terdengar nada tidak suka bercampur tidak percaya kepada Revan.

Rebecca menelan salivahnya dengan susah payah. Wajahnya memandang wajah Revan dengan waspada karena dia belum tau seperti apa laki-laki di hadapannya ini.

Revan semakin merapatkan tubuhnya pada tubuh Rebecca yang sudah mentok dengan rak buku di perpustakaan, membuat sebelah tangan Rebecca menempel pada dada bidang Revan bermaksud menahannya agar tak rapat.

"Mau kan jadi pacar gue?" Bisik Revan mengalun begitu lembut terdengar di telinga Rebecca.

"Ck, gue bilang enggak ya enggak! Jangan maksa dong!" ucap Rebecca yang kini sudah habis kesabaran untuk menghadapai anak pemilik sekolah ini.

Terjerat PerasaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang