5. Perkara Nomor Telepon

0 1 0
                                    




Revan hanya terdiam sedari tadi, menyesap rokoknya seperti kereta yang tiada akhir, tidak menanggapi ucapan teman-temannya yang sedang bermain PlayStation di apartemennya, mungkin hanya bergumam sesekali.

Laki-laki itu hanya melanjutkan merokok di sofa dengan pikirannya yang terus melayang memikirkan hal yang baru saja terjadi kepadanya.

"Lu kenapa si Rev? Lagi marah sama Rebecca gara-gara tadi?" ucap Adam yang sedari tadi memperhatikan perilaku Revan yang sedikit berbeda dari biasanya.

Semua mata kini tertuju menatap Revan yang berada di antara keduanya.

"Gak, gue gak apa-apa," ucap Revan mematahkan harapan mereka yang berharap laki-laki itu untuk lebih membuka dirinya.

Dan benar, kini Revan menjadi bertanya-tanya siapa itu Rebecca? Karena biasanya orang yang pindahan langsung ke kelas tiga adalah orang yang sangat pintar di sekolahnya dan juga kenapa Rebecca pindah ke sekolahnya? Kini itu semua menjadi tanda tanya besar di kepala Revan.

Setelahnya mereka memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing saat dirasa hari sudah semakin gelap.

Beberapa hari setelahnya Rebecca tengah mengobrol bersama Lily si teman sebangkunya. Rebecca terus saja berbicara tanpa tahu sang most wanted sekolah berjalan mendekati dirinya.

"Kayaknya gue memang harus minta nomor dia biar kejadian kemarin gak terulang lagi," ucap Revan di dalam hatinya.

Kedua temannya sudah tahu tentang keinginan Revan yang baru saja bercerita saat di jalan menuju ke kelas mereka.

Ketiganya mengepung meja Rebecca membuat Becca dan Lily bingung melihat para most wanted yang mengelilinginya dan juga seisi kelas yang berbisik di sana sini terutama untuk kaum hawa.

Rebecca mengerutkan alisnya menatap mereka bertiga dan Lily yang menengok ke sana kemari seperti ketakutan akan hal buruk yang akan terjadi setelah ini.

Revan selaku bos mereka mengeluarkan ponselnya dan mememberikannya kehadapan Rebecca hingga alis Becca pun terangkat.

"Masukin nomor lu," ucap Revan cool sambil menatap Rebecca dengan tatapan datar membuat alis Rebecca semakin berkerut heran.

"Gue gak mau," ucap Rebecca enteng yang kemudian menyandarkan punggungnya ke kursi yang sedang ia duduki saat ini sambil bersidekap dada.

Beberapa pasang mata yang melihat penolakan Rebecca pun merasa kaget dan tak percaya.

Revan mengangkat sebelah alisnya tak percaya bahwa si anak baru akan menolaknya seperti ini.

"Kalau begitu---" ucap Revan terpotong dan langsung merampas ponsel Rebecca yang sedang ia genggam.

Buru-buru Revan memencet panggilan pada nomor barunya yang baru juga ia masukkan ke kontak Rebecca lalu menelpon ke nomornya.

Rebecca tidak tinggal diam, dirinya langsung berdiri dan hendak merebut ponselnya dari tangan Revan.

"Eh! Balikin ponsel gue, Revan! Gak sopan banget sih!" ucap Rebecca sebal yang kemudian meloncat-loncat untuk menggapai ponsel yang diangkat tinggi oleh laki-laki tersebut.

Apalah daya seorang Rebecca yang tingginya hanya setinggi dada bidang Revan.

Hal tersebut membuat Revan tersenyum lebar tanpa di sadari. Rebecca saat ini terlihat sangat manis dan lucu secara bersamaan.

Rebecca berusaha untuk mengambil ponselnya namun Rebecca kalah cepat sehingga kini Revan sudah mempunyai nomor teleponnya.

"Lain kali nurut sebelum celaka," bisik Revan kepada Rebecca tepat di telinganya yang kemudian memberikan ponsel di tangannya kepada sang pemilik yang tak lain adalah Rebecca.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 13, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Terjerat PerasaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang