3. Darah Suci

0 1 0
                                    



Sepulang dari sekolah, Rebecca menunggu jemputan tiba karena motornya di sita oleh sang papah karena kembali di keluarkan dari sekolah.

Rebecca tak ada hentinya berdecak sebal, "Mana sih nih orang, lama banget!" dumel Becca sebal.

Hingga tak lama sebuah mobil hitam berhenti di depannya, tak butuh waktu lama untuk mereka berjalan menuju ke rumah.

Malas jika protes, Becca memilih untuk memainkan ponselnya, hingga dirinya melihat foto Revan yang di paksa berpose bersama dua temannya.

"Cih! Ternyata dia nyadar kalau jelek? Sampai foto aja gak percaya diri," gumam Becca sambil tersenyum miring.

Tak lama mobil berhenti di kediaman mewahnya. Becca berjalan menuju ke kamarnya.

"Bagaimana hari pertama di sekolah barunya sayang?" tanya mamahnya yang berasal dari ruang tamu.

"Biasa aja," ucap Rebecca cuek dan terus berjalan menaiki tangga.

Rebecca mencerna apa yang tadi Lily bicarakan di sekolah tentang ketiga orang yang katanya tampan di sekolah itu.

"Cih! Tampan dari mananya? Faktor mainnya pada kurang jauh, jadi yang begitu aja di bilang tampan," lirih Rebecca miris.

Perempuan berambut panjang di kuncir satu itu segera membaringkan dirinya di atas kasur dan menatap langit-langit.

Dirinya memikirkan satu hari itu di sekolah barunya, "Baru juga masuk sudah punya musuh aja, males banget gue kalau kedepannya harus ngeladenin tuh orang," gumam Becca yang kemudian dengan perlahan memejamkan matanya.

Kebesokkan harinya ketiga most wanted sekolah datang beriringan ke sekolah. Mereka memarkirkan motornya dengan bersebelahan di tempat parkiran sekolah yang sudah disediakan khusus untuk mereka.

Mereka membuka helm lalu berjalan di koridor sekolah yang sepi karena kini jam pelajaran sudah dimulai dari lima belas menit yang lalu.

Ketiganya langsung memasuki kelas setelah mengetuknya lebih dulu dan langsung duduk di tempatnya masing-masing.

Semua tak heran dengan kelakuan most wanted sekolah yang melakukan segala sesuatu dengan sesuka hatinya.

Merekapun mengikuti pelajaran saat ini. Tidak ada satu guru pun yang berani mengomel kepada ketiganya karena mereka sangat berperan besar dalam sekolah ini bahkan kepala sekolah pun dibuat tekuk lutut pada mereka.

Liam memperhatikan wajah dan tubuh Rebecca dari samping saat teringat Revan memilihnya kemarin sebagai bahan taruhan.

Dan laki-laki itu membelalakkan matanya tak percaya saat menyadari satu hal yang membuat juniornya yang baperan itu terbangun.

"Darah suci," gumam Liam yang masih bisa di dengar oleh Adam yang duduk sebangku dengan dirinya.

"Apaan Li? Darah suci?" bisik Adam yang bingung mendengar gumaman Liam barusan dan sekarang laki-laki di sampingnya mengangguk hebat.

Revan yang mendengar samar pun menoleh.

Mata Revan mengikuti arah pandang Liam yang tertuju kepada perempuan yang duduk di depannya.

"Maksud lu apa?" tanya Revan pada Liam dengan raut Bingungnya.

"Darah suci bos! Cewek yang mau lu incer itu masih suci! Belum pernah di apa-apain!" bisik Liam yang mencondongkan tubuhnya ke arah meja Revan sehingga Revan yang mendengarnya pun tiba-tiba darahnya berdesir begitu saja sambil menatap punggung Rebecca.

Revan berpikir sejenak dan mempercayai perkataan Liam yang memang sudah menjadi profesor dalam bidang kemesuman hingga hal seperti ini sangat mudah untuk di lihat olehnya.

Saat ini Rebecca sedang berada di perpustakaan bersama teman sebangkunya yang bernama Lily.

Lily sudah duduk di meja perpustakaan karena sudah menemukan buku yang ia cari sedangkan Rebecca belum, dirinya masih berdiri di jajaran rak mencari judul buku yang ia ingin baca.

Di sisi lain, Revan dan kedua temannya sedang mencari keberadaan Rebecca di kantin namun tak juga mereka temukan karena, hari ini adalah hari pertama dimana taruhan di mulai.

"Mungkin karena kejadian kemarin dia jadi malas ke sini kali bos," ucap Adam yang sudah capek matanya mencari satu perempuan yang menjadi pilihan Revan sebagai bahan taruhannya.

"Bisa jadi, soalnya kemarin lu kasar banget sama dia sedangkan perempuan itu sukanya sama kelembutan," ucap Liam si pakar percintaan.

Revan hanya terdiam memerhatikan kedua temannya.

Setelah makan pun mereka segera menuju rooftop, mungkin ini sudah menjadi kebiasaan bagi mereka.

Namun saat melewati perpustakaan, Revan tidak sengaja melihat siluet seperti Rebecca di dalam sana.

"Kalian duluan aja, gue ada urusan sebentar," ucap Revan datar dengan kedua tangan yang ia masukkan ke dalam kantung seragamnya.

Awalnya, kedua temannya bingung namun setelah mendapat tatapan dari Revan keduanya mengangguk dan kembali melangkahkan kaki menuju ruangan yang sudah ia lewati.

Dengan tangan yang ia masukkan ke dalam kantung celana, Revan melangkah ringan mendekati Rebecca, tak lupa dengan senyum jahilnya saat melihat punggung Rebecca yang sudah kembali memilih buku di rak perpustakaan.

Revan berdiri tegap di belakang tubuh Rebecca dan saat Rebecca ingin mengambil satu buku Revan juga menaruh tangannya di buku tersebut.

Sehingga dengan sengaja membuat tangan mereka saling bertumpuk dan bersentuhan.

Rebecca refleks menoleh ke belakang dan melihat dada bidang, mata Rebecca terus naik ke arah atas hingga bersitatap dengan mata hitam legam milik Revan.

DEG!

Rebecca membalikkan tubuhnya dan menatap malas Revan yang sok ganteng di matanya, "Mau apa lu?" tanya Becca tanpa rasa takut.

Hal itu membuat senyuman Revan semakin lebar, dugaannya benar jika Becca akan menanggapi dirinya seperti ini.

"Mau lu," ucap Revan to the point dengan seringai jahilnya.

"Ck! Gak jelas," ucap Rebecca malas dan hendak pergi dari sana namun tangan laki-laki itu menarik tangannya.

Rebecca menjadi terpaku di tempatnya karena kini tubuh Revan telah mengurung tubuhnya diantara rak buku.

Laki-laki tampan itu membuat Rebecca menghadap ke arahnya, Rebecca bersandar kepada rak buku di belakangnya sambil memutar matanya malas.

Suasana begitu sunyi saat ini, karena saat kedatangan Revan, laki-laki itu menyuruh semua yang ada di perpustakaan untuk keluar sebentar dan semua pun menurut tanpa sepengetahuan Rebecca.

Beruntungnya lagi saat di perpustakaan sedang tidak ada yang menjaga karena waktu menunjukkan untuk makan siang.

Rebecca mendangak membuat Revan tersenyum miring menatap Rebecca yang seakan tak takut kepada dirinya.

Mereka bertatapan!

"Matanya," ucap Revan di dalam hati saat tersentak melihat mata cantik milik Rebecca.

Bola mata mereka saling bertemu dan Revan seakan terhipnotis akan keindahan mata Rebecca. Revan tidak bisa memindahkan pandangannya dari mata Rebecca.

Matanya yang besar dengan warna bola mata coklat dengan lingkaran biru di ujung matanya, sangat tipis tapi Revan bisa melihatnya.

Bulu mata yang lentik di atas dan bawahnya menambah kesan menawan. Belum lagi matanya jernih yang seakan bersinar.

"Mau lu apa sih?!" ucap Rebecca sambil bersidekap dada. Ucapan Rebecca kembali menyadarkan Revan dari tatapan dalam yang menghanyutkan.

Terjerat PerasaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang