06

16 12 13
                                    

"Hoamm... Jam berapa sekarang..." Lala menggaruk tengkuknya, lalu duduk di pinggiran tempat tidur dan meregangkan otot-otot yang kaku.

Lala pun mengambil ponselnya untuk melihat jam.

"Jam setengah enam." Ia menaruh kembali ponselnya di meja tempat tidur.

"Entah kenapa aku pengen sarapan sekarang, tapi masih pagi.." Perut Lala bergemuruh, tanda kalau dia benar-benar lapar sekarang.

"Gapapa deh, udah laper banget ini."

Lala keluar dari kamar. Setelah berjalan menuruni anak tangga dan menuju dapur, terlihat ibu dan ayahnya yang lebih dulu berada di dapur. Ibunya sedang memasak sedangkan ayahnya membaca berita di ponsel.

"Eh, sayangku udah bangun. Selamat pagi." Ibu Lala menyambut dengan antusias, Lala pun membalas dengan senyuman kecil.

"Selamat pagi, ma, pa. Hari ini mama masak apa?" Tanya Lala yang duduk di sebelah ayahnya.

"Capcai sama nugget.. maaf ya nak hari ini mama ga bisa masak pesenan kamu, ayam bumbu kecap. Soalnya mama bentar lagi rapat pagi. Ga sempet beli ayam sama bumbunya, jadi mama masak bahan seadanya di rumah." Lala mengangguk mengerti, bersyukur masih bisa menyantap masakan dari ibunya.

"Ohh iya ma, gapapa, capcay juga enak kok."

"Ayah ga kerja?" Tanya Lala pada ayahnya yang sibuk membaca berita terkini di ponsel.

"Kerja, tapi siang."  Ayahnya menjawab namun atensinya tertuju ke layar ponsel.

"Ohh."

"Ma, Lala boleh makan sekarang? Ga kuat nahan laper..." Ibunya tertawa geli, ada-ada saja tingkah anak semata wayangnya itu.

"Boleh dong, mama baru aja selesai masak. Ayo ambil piring kamu.. papa mau sarapan sekarang?"

"Nanti aja ma, teh papa belum habis."

"Pembelajaran hari ini cukup merangkum bab kemarin, kalau sudah selesai bisa dikumpulkan di depan."

"Ada yang ingin ditanyakan?" Guru yang mengajar menatap seluruh penghuni kelas untuk memastikan apakah ada yang ingin bertanya tentang tugas.

"Tidak bu." Jawab mereka serempak.

"Baik, selamat mengerjakan."

Lala senang merangkum mata pelajaran, tapi kalau merangkum sejarah.. sepertinya tidak, karena Lala menganggap semua tulisan yang ada dibuku paket sejarah itu penting semua.

Demi nilai, ia harus merangkumnya. Sayangnya, baru saja menulis kata 'bab', perutnya merasa mulas.

Lala menghampiri meja guru untuk meminta izin.

"Bu, izin ke toilet." Gurunya memberi anggukan.

Sampai di depan pintu toilet, di bukanya pintu tersebut dan.. ya, ramai dengan murid-murid sekolah. Lala merasa tidak enak kalo BAB, takut bau dan suara 'ledakan' yang Lala keluarkan menganggu orang lain.

'Wah aku udah ga mules'

'Ya udah cuci tangan aja deh'

Ajaib, perut Lala yang mulas seketika sembuh dengan sendirinya.

"Permisi, mau ambil sabun.." Ucap Lala ke seorang siswi yang hanya diam di depan wastafel.

"Emm, kak?" Tanya Lala sekali lagi, siswi itu menoleh ke Lala sambil menggeser tubuhnya ke samping agar Lala bisa mengambil sabun cuci tangan tersebut.

"Oh, ya.. ya, silahkan." Lala mengedipkan matanya cepat, mungkin kakak ini sedang banyak masalah makanya melamun.

"Udah kak, makasih ya!" Selesai mencuci tangannya, ponselnya menunjukkan notifikasi pesan. Dia pun membuka pesan itu.

Hujan #REWRITTENFROM2022Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang