05

30 23 17
                                        

"Heh Lala. Inget ya, kalo lo cepuin kita lagi di BK atau guru-guru lainnya," Ucap Vany saat mereka berempat berjalan kembali ke kelas.

"Lo bakal habis." Gesha manggut-manggut setuju dengan yang Vany katakan. Lala memutar bola matanya malas dan jengkel.

"Gue ga takut. Ngapain takut sama pecundang kayak kalian."

Lala menarik Aira untuk menjauh dari Gesha dan Vany.

Waktu istirahat, lagi-lagi Aira diperlakukan seperti pembantu. Kalau saja Aira bisa melawan seperti dulu, pasti dia tidak akan dirundung habis-habisan seperti sekarang.

'Aku ga ngerti kenapa aku selemah ini sekarang'

'Dulu aku berani dan bisa hadepin dia, geng dia, segala macem bully-an mereka, tapi kenapa sekarang keberanian itu hilang?'

"Mbak... Mbak.." ibu kantin memanggil Aira, namun Aira tidak menyahut karena melamun.

"Hey, pesenan kamu udah jadi." Siswa dibelakangnya yang antri menepuk pundak Aira, membuat Aira tersadar dari lamunannya.

"O-oh maaf, terimakasih bu." Aira membawa pesanan tersebut dan kembali ke kelas untuk memberikan pesanan milik Gesha.

Setelah memberikan pesanan Gesha, Aira pergi ke toilet, tak jauh darinya, terlihat wajah Lala yang terpampang di kaca toilet.

"Lala," Aira menyapa Lala. Namun Lala tidak membalas Aira. Hanya lirikan singkat yang Lala beri.

"La, Lala." Aira yang mencoba untuk mengobrol dengan Lala untuk meluruskan permasalahannya tidak digubris oleh Lala. Lala buru-buru pergi dari toilet meninggalkan Aira sendiri.

'Kenapa ya, Lala ga jawab aku?'

'Apa karena masalah tadi? Aku ga jujur dan menutupi fakta..?'

Aira merenung dan memikirkan apakah seharusnya dia meminta maaf ke Lala? Karena Lala telah membantunya, tetapi Aira menolak bantuan dari Lala karena dia lebih takut Gesha akan merundung dia lagi.

Dia tidak yakin, namun Aira akan mencobanya.

Waktu piket

Hari ini jadwal Lala untuk piket di jam pulang, semua murid telah meninggalkan kelas, kecuali Aira, setia duduk di bangkunya. Dia menunggu Lala selesai piket. Untuk meminta maaf dan meluruskan permasalahan itu.

"Aira, lo ga pulang?" Tanya salah satu teman dikelas yang saat ini melakukan piket kelas.

"Gue nunggu Lala." Jawab dia santai dan singkat, teman itu mengangguk dan melanjutkan bersih-bersihnya.

"Ngapain nunggu gue?" Sahut Lala yang sekarang menghapus goresan spidol di papan tulis.

"Selesain piket lo dulu, gue mau ngobrol bentar."

"Oke."

Tidak lama kemudian, piket selesai. Aira mengajak Lala berbicara di depan pagar sekolah.

"Kenapa?" Tanya Lala sambil menyilangkan kedua tangannya diatas dada.

"La. Sorry soal ulang tahun itu gue bohong,"

"Gue ga berani sama Gesha." Aira menyeret sepatunya maju mundur di tanah tanda gugup dan tidak percaya diri.

"Kalo ga berani selamanya dia bakal ganggu lo, Ai." Aira menghela napas panjang, dan dirinya memalingkan tubuh untuk menghindari tatapan mata dengan Lala.

"Dulu, ada sebuah kejadian yang bikin gue jadi kayak gini." Aira tertunduk dan ada jeda sesaat sebelum dia menarik napas dalam-dalam.

"Gue berani, gue bisa ngelawan apa yang Gesha sama Vany lakuin ke gue. Tapi gara-gara temen gue yang bongkar rahasia gue ke Gesha.. sejak saat itu gue bener-bener dibully habis-habisan,"

Hujan #REWRITTENFROM2022Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang