9|| Bermain ranjau

1.8K 245 16
                                    

"Kau tinggal saja di dalam kamar dan renungi perbuatan mu!"

"Ibu jelaskan dulu apa yang terjadi!!"

BRAK

Jeff memandang kosong ke arah pintu yang tertutup. Dia benar benar bingung dengan apa yang terjadi. Terkadang dia mencubit pipi nya berharap ini mimpi, tapi percuma saja. Setiap kali mencubit pipinya itu akan terus terasa sakit.

Menggertakkan giginya, Jeff mengambil handphone dari saku celananya. Mencari nomor kontak seseorang yang sekarang sedang dia pikirkan.

Namun sebuah pesan muncul di notifikasi nya.

Itu tak memiliki nama. Mengirim sebuah link yang cukup membuat penasaran.

"Apa ini…"

Sebuah kado memenuhi layar. Tak berhenti dan seakan ada yang menarik pita penutup itu. Kado-kado itu terbuka seperti meledak. Jeff merasakan panas dari handphone nya, melempar ke sembarang arah dan sebuah ledakan kecil menyusul. Menghancurkan layar, chip, dan papan sirkuit. Bahkan asap masih keluar dari layar itu setelah mendarat ke lantai dan menambah kerusakan.

"A- apa-apaan…"

***

"... Kak, senyum senyum aja sama hp. Lagi chat an sama sapa nih~?"

Taufan menaik turunkan alisnya. 

"Apaan sih Fan… cuma lagi liat-liat coklat aja"

"Hm~? Masaaa~"

"Tak jitak pala kau nih!"

"Eheh, Ampun ampun"

Andre mematikan ponsel nya. Menghela nafas, dia melihat kearah Halilintar dan Blaze yang sedang duduk di bangku. 

Dokter mengatakan bahwa luka mereka tidak terlalu parah. 

Hanya saja si dokter bingung kenapa saat pegang tangan Halilintar dia langsung kesetrum. Bertanya tanya apakah anak itu habis di sambar petir atau mandi listrik dirumahnya. Tapi tetap saja, walau dalam keadaan tersengat sambil memeriksa dan mengobati Halilintar sang dokter rela menjadi gosong dan bahkan rambutnya juga mengambang layaknya kapas.

Tapi tetap saja Thorn yang lebih mengkhawatirkan.

Saat itulah pintu terbuka.

Thorn muncul dari balik pintu dengan lengan kanan yang diperban. Perban putih itu sedikit berwarna merah tepat di atas luka yang dibalut kain kasa.

Mata Thorn juga sedikit basah dan merah.

"Lukanya cukup dalam, butuh beberapa jahitan untuk menutupi luka nya. Jadi harus kontrol setiap seminggu sekali untuk mengganti perban dan jahitan. Dan ini resep obatnya"

Sang dokter menyerahkan selembar kertas ke Andre sebelum kembali ke dalam dan menutup pintu.

Andre melihat resep obat itu, bergumam sambil membaca ya satu persatu.

"Kalian tunggu di dekat pintu masuk, aku mau ngambil obat dulu. Dan jangan kemana-mana"

"Hey kau pikir kami anak kecil?"

Andre mengabaikan perkataan judes Halilintar. Pergi menuju apotik meninggalkan mereka berlima.

"Hm.. kak Andre bawa duit kah?"

"Kurasa bawa, soalnya dia siap-siap dulu sebelum kesini" Ochobot menjawab pertanyaan Taufan.

"Ochobot, bagaimana, keadaan tok Abah di rumah?" Blaze bertanya dengan hati-hati. Dia tau bahwa Atok nya mungkin akan terkena serangan panik. Pasalnya ini bukan sekali dua kali mereka mendapat panggilan orang tua gara-gara geng nya Jeff.

Jika Boel Memiliki Kakak Laki-laki Lain [Book Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang