Sinar matahari pada pagi hari ini dengan tajam menyorot lapangan sekolah yang sekarang sedang menjadi tempat berkumpulnya para siswa yang masih berdiri tak beraturan diatasnya.
Panas, itulah yang saat ini sedang dirasakan oleh seluruh penghuni lapangan tersebut.
"Ayo cepat baris kalau mau cepat selesai!"
Pak Teguh selaku guru kesiswaan berulang kali menggertak para muridnya yang sejak tadi meremehkan ucapannya dengan terus bercengkrama dan berdiri seenaknya disembarang tempat.
"Duh panas banget, kenapa pada gak nurut sih??" Rengek Sherin, siswi yang berdiri tepat disebelah Hanna dengan para gengnya.
Benar katanya, jika tidak ingin panas maka harus cepat menurut bukan?
Dikala situasi chaos ini, seorang pemuda yang mengenakan seragam OSIS lengkap dengan atributnya yang terpasang rapi nan bersih dengan gagah melangkahkan kakinya menuju ke tengah lapangan, tepatnya ditempat Sang pembimbing upacara akan berdiri.
Dengan percaya diri Ia mengetuk kepala mic beberapa kali hingga akhirnya suara lantang terdengar hingga ke ujung penjuru lapangan.
"Semua yang masih ngomong dan gak baris sesuai kelas gak akan balik ke kelas sampai jam pulang!"
Hening.
Itulah yang terjadi saat suara keras nan tegas tiba-tiba memenuhi lapangan sekolah yang dipenuhi oleh segerombolan para murid.
Tidak, itu bukan guru. Melainkan Galang, Sang ketua OSIS kebanggaan para guru dan kepala sekolah yang terkenal akan kepemimpinan serta tanggung jawabnya.
"Jika saya masih mendengar satu suara, saya tidak akan memulai upacara pada pagi hari ini."
Ucapan Galang tersebut sukses membuat para siswa semakin terdiam dan perlahan mulai membentuk barisan yang rapi.
"Saya ulangi, siap grak!"
"Untuk barisan, lencang kanan, grak!"
Ajaib, hampir seluruh murid mendengarkan dan melakukan apa yang ia katakan.
Dan setelah itu, upacara pada pagi hari yang panas ini dilakukan dengan tertib dan tenang berkat adanya Galang.
-
"Woi Dan!"
"Oit!"
"Kok lo bisa cabut lewat mana?" tanya Javar, setelah heran melihat temannya yang tadi ada disebelahnya tiba-tiba menghilang saat upacara berlangsung.
"Ah elah tempat biasa lah, tadi niatnya mau gue ajak, tapi lo malah ke tempat cewek lo," jawab laki-laki yang dipanggil "Dan" tersebut sambil dengan tenang mengisap rokoknya yang sudah tinggal setengah.
"Ah elo kalau mau cabut bilang-bilang dulu lah jangan mendadak!" tambah Hasan, dengan tangannya yang usil sedikit menyenggol lengan laki-laki tersebut.
"Omong-omong tadi si ketos berulah lagi," celetuk Jarez dengan tatapan serius setelah Ia menghembuskan nafasnya yang diikuti dengan asap rokok yang tebal.
Laki-laki berambut hitam pekat tersebut tertarik pada pembicaraan yang barusan Jarez katakan, lalu dengan perlahan menolehkan kepalanya ke arah temannya itu.
"Kenapa lagi dia?"
"Tadi pas upacara tiba-tiba dia teriak suruh anak-anak diem biar upacara cepet selesai, ya bagus sih, karena dia upacaranya jadi cepet dimulai."
"Iya, tapi gua gak suka lihat dia yang sok-sok berkuasa, mana tadi cewek inceran lo kayak kagum ngeliat dia," lanjut Javar, sambil dengan santai menyeruput es teh milik Hasan yang berada disampingnya.
Mendengar itu, murid yang diseragamnya tertera nama "Jordan Valenka" dengan keras membanting puntung rokoknya dan berdiri dengan tiba-tiba, membuat para temannya itu menengok ke arahnya.
"Mau kemana?" tanya Hasan, masih dengan santainya menyelonjorkan kakinya yang sedang menjadi tumpuan untuk bantal tidur Jarez.
Tak ada balasan dari pertanyaannya, lalu setelah itu Jordan melangkahkan kakinya keluar dari kantin, meninggalkan teman-temannya yang masih menikmati udara segar disana untuk pergi kesuatu tempat.
'Bruk!
"Aw!"
"Kalau jalan lihat-lihat dong!" pekik seorang gadis yang baru saja tertabrak oleh Jordan, membuatnya sedikit terhuyung kebelakang yang untungnya tidak sampai membuatnya terjatuh.
"Lo— Jordan! Baru aja gue mau marah-marah sama lo, lo udah bikin gue marah duluan!" pekik gadis itu lagi sambil menunjuk jarinya ke arah laki-laki yang baru saja menabraknya.
"Minggir,"
"Apa?! Heh! Lo itu udah berapa kali cabut dari upacara hah?!"
"Berisik lo, terserah gue mau cabut atau kagak, urusannya apa sama lo?"
Mendengar itu gadis yang masih menatap tajam pria didepannya itu semakin mengepalkan tangannya.
"Gue juga gak mau ngurus lo ya! Gue kayak gini juga karena tugas gue! Lo kalau gak mau gue urus ya jangan berulah! Kasihan orang tua lo udah nyekolahin tinggi-tinggi malah lo bikin kecewa!"
Gadis itu sadar, bahwa tanpa sengaja Ia sudah melewati batas. Namun dengan nyali yang tinggi, Ia berusaha untuk tetap tenang dan berdoa agar Ia diselamatkan dari situasi ini.
"Lo bilang apa? Orang tua? Apa yang lo tahu tentang orang tua gua? Lo siapa sok tahu tentang kehidupan gua? Denger ya Hanna Sang Tuan Putri, kalau lo lagi-lagi muncul dihadapan gue, gue gak akan segan-segan ngehancurin hidup lo, ngerti?" tekan Jordan sambil terus memajukan langkahnya hingga membuat gadis yang dipanggil Hanna tersebut memundurkan langkahnya yang sudah bergetar.
"Dan woi udah udah, kalem bro cewek,"
Syukurlah, dengan sigap Javar datang menahan Jordan dengan teman-temannya yang sudah berdiri dibelakang untuk berjaga-jaga.
"Lepasin."
Sambil mengatakan itu, Jordan menyingkirkan tangan Javar yang melingkar dibahunya dengan kasar tanpa sedikit pun mengalihkan pandangannya dari Hanna.
"Jangan. Pernah. Ganggu. Gue. Lagi." tekannya lalu pergi dari sana meninggalkan Hanna dan teman-temannya yang masih menatapnya tak percaya.
Lalu kemudian dengan mata yang sudah berkaca-kaca, Hanna melenggang pergi meninggalkan tempat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketos Or BadBoy ❌ Na Jaemin [On Revisi]
Fanfic[END] "Milih ketos atau bad boy sekolah? " "Ketos lah! Gila aja gue sama si bad boy sekolah." "Yakin?" rank 1 in #fanfiction [26-06-21] rank 1 in #ff [26-06-21] rank 1 in #kpop [26-06-21] rank 4 in #nct [26-06-21] rank 1 in #njm [1-08-21] rank 3 i...