2

14 5 0
                                    

"Kok lo kesana gak ngajak gue sih?!"

"Maaf, gue kira gue bisa ngadepin dia sendiri."

Perempuan yang sekarang sedang menemani temannya itu menggeleng-gelengkan kepalanya heran sekaligus tak habis pikir dengan apa yang baru saja Ia dengar.

"Terus? Lo udah lapor BK?"

Gelengan kepala muncul sebagai balasan pertanyaan yang dilontarkan oleh Sarah, teman sebangku sekaligus seorganisasi dengan Hanna.

"Hahhhh... Capek deh, makanya, tahu sendiri Jaemin itu susah dibilangin, masih aja ngambil resiko."

"Ya gimana, lo tahu sendiri terakhir kali kita kesana, malah dikatain bisanya main keroyokan, ya udah gue maju sendiri aja, malah jadi kayak gini."

"Ya lo itu juga bodoh ngapain juga dengerin orang kayak dia? Guanlin udah tahu?"

Lagi lagi Hyeso menggelengkan kepalanya, tanda bahwa Ia belum memberi tahu Guanlin soal kejadian pagi tadi.

"Kasih tahu gih,"

"Gak."

"Kenapa?"

"Malu."

"Kenapa malu?"

Tiba-tiba Hanna tersentak, terkejut akan kehadiran Galang yang entah bagaimana sudah berada disamping mejanya secara mendadak.

"Hayo! Lagi ngomongin apa nih?"

Hanna maupun Sarah tak kuasa menutup rapat-rapat mulutnya, masih shock atas kehadiran Galang yang tiba-tiba.

"Lo ngapain tiba-tiba kesini woi??" kata Sarah, sedikit menyolot karena kesal setelah dikageti.

"Wuih santai dong mbaknya, gue kesini mau minta penjelasan temen lo tuh," jawab Galang sambil menunjukkan dagunya ke arah Hanna.

"Gue? Gue kenapa?"

"Gak usah sok gak tau lo Pororo."

"Po— Pororo?! Kok Pororo?!"

"Abis muka lo kayak Pororo, pake kacamata, apalagi kalau pas pake helm, mirip banget! Hahahaha!!"

"Gila lo ya? Kalau gue Pororo berarti lo Loopy."

"Loopy teh saha?"

Dengan cepat Hanna mengetikkan sesuatu pada ponselnya, lalu beberapa detik kemudian langsung menunjukkan layar ponselnya kearah Galang.

"Dih?! Ini mah lo waktu gak pake kacamata Han!" 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dih?! Ini mah lo waktu gak pake kacamata Han!" 

"Enak aja! Gue punya alis ya! Nih! Gak lihat?" seru Hanna masih dengan sikap nyolotnya sambil menunjuk-nunjuk alisnya yang sedikit tertutupi oleh poni rambut.

"Emang lo tahu lo gimana kalau lagi gak pakai kacamata?"

"Ya tahu lah emang gimana lagi orang yang punya muka gue!"

"Cantik."

"Itu maksudnya."


-

Setelah kejadian Galang yang tiba-tiba menjadi tamu tak diundang tadi, Hanna dengan muka polosnya terus terlihat bengong dengan tatapan matanya yang kosong.

"Han,"

"Han!"

"Hah? Apa?"

"Astaga, gue udah manggil lo berulang kali, Han,"

"Oh ya? Kok gue gak denger?" jawab Hanna dengan santainya sambil menatap Sarah polos.

"Han, lo harus cepet sadar, gue tahu lo pasti lagi baper sekarang, tapi gak sampai bengong juga!"

"Sssstt! Diem, Sar!"

Sarah dengan sekuat tenaga berusaha mengambil napasnya setelah tiba-tiba mulutnya ditutup paksa oleh temannya yang saat ini terlihat seperti orang yang sedang kasmaran.

"Huah! Udah gila lo Han, setelah baper digombalin Galang sekarang lo mau bunuh gue?" kata Sarah tepat setelah mulutnya berhasil bebas dari bungkaman Hanna.

"Lo bicara tentang itu lagi gue tinggal ya Sar?"

"Gapapa tinggal aja, malah lebih gampang lo deket sama Galang kalau lo jauh dari gue, Han."

"Sar!!"

Berakhirlah kedua manusia tersebut berlari-larian tak jelas di lapangan tengah sekolah. Sungguh tak tahu malu, pikir siswa yang melihatnya.

'Bruk!

"Aduh!" pekik Hanna, tepat setelah dirinya tak sengaja menabrak seseorang yang untungnya juga murid.

Mungkin, Hanna akan sangat bersyukur jika yang ditabraknya adalah siswa biasa. Namun sekarang, ia sangat amat menyesal karena sudah berlarian mengejar Sarah setelah ia mendongak untuk melihat siapa yang ditabraknya.

Dengan tatapan dingin Jordan yang baru saja ditabrak oleh Hanna secara tiba-tiba melangkahkan kakinya kedepan perlahan mendekati Hanna. Tangannya yang disimpan didalam kantong celana membuat auranya semakin terpancar walau ia tak mengatakan sepatah kata pun.

Sarah yang melihatnya pun hanya bisa mematung, sambil matanya bergerak dengan cepat berharap jika geng Jordan yang berada dibelakangnya segera menarik temannya itu dari hadapan Hanna.

Tak diduga, bukannya memarahi Hanna lagi, Jordan justru memilih untuk meninggalkan mereka yang masih mematung diam ditengah lapangan yang cukup panas itu diikuti dengan para gengnya.

Dengan segera Sarah yang hanya bisa berdoa tadi langsung menghampiri Hanna dan menepuk-nepuk punggung temannya tersebut untuk sekedar membuatnya tenang.

"Han, kacamata lo..,"

Hanna yang sedari tadi mematung pun dengan perlahan menundukkan kepalanya.

Dengan kesadaran yang masih belum terkumpul seutuhnya Ia terkejut dalam diam setelah mendapati bahwa kacamatanya sudah hancur berantakan ditanah, menyisakan kepingan kepingan kaca yang sudah menjadi potongan tak berbentuk.

Tak lama, Sarah merasakan getaran yang muncul pada punggung temannya, diikuti dengan isak tangis kecil yang tentu saja Ia sadari.

"Han, ayo balik."

Ketos Or BadBoy ❌ Na Jaemin [On Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang