3

10 4 0
                                    

Saat ini, Hanna dan Sarah sedang mengikuti perkumpulan OSIS yang sudah dimulai sejak kurang lebih 2 jam yang lalu- lebih tepatnya satu jam sebelum jam pulang. Beberapa anggota diantaranya sudah terlihat mengantuk dan lesu, seperti sudah kehilangan semangat untuk mengikuti kegiatan ini.

"Jadi gimana?" tanya Galang tepat setelah Ia selesai mempresentasikan bahan diskusi hari ini.

"Menurut lo gimana Han?"

Belum ada jawaban dari anggota lain, Gina yang juga merupakan anggota OSIS sekolah tanpa aba-aba menanyakan pertanyaan yang sama kepada Hanna.

Hanna hanya bergeming. Gina yang baru saja bertanya padanya pun juga ikut diam, lalu dengan tatapan bingung Ia menatap satu persatu anggota OSIS lainnya yang ternyata juga sedang menatap ke arahnya.

"Oh iya, lo kelihatan gak, Han? Kacamata lo dimana?"

Sarah melotot, lalu dengan cepat melemparkan tatapan tajam ke arah Zidan, oknum yang baru saja melemparkan pertanyaan terlarang pada Hanna.

"Minta waktunya sebentar, kalian bisa diskusi duluan,"

"Han? Bisa gue bicara sama lo?"

-

"Lo lagi ada masalah?"

"Nggak."

"Terus kenapa lo daritadi ngalamun pas gue presentasi?"

"Emang ketahuan, ya?"

Galang menghela nafas, berusaha mengumpulkan kesabarannya sebelum bertanya lebih lanjut pada Hanna.

"Kacamata lo dimana?"

"Lupa bawa."

"Han, gue mohon, jawab pertanyaan gue dengan serius, gue harap lo bisa bersikap profesional, ya?"

Galang dengan perlahan terus melontarkan pertanyaan untuk memancing Hanna yang sedari tadi mengikuti kegiatan dengan tatapan kosong.

"Maaf, gue kacau, ayo balik ke ruangan! Mereka pasti udah nunggu,"

Mendengar jawaban Hanna Ia semakin bingung. Beberapa saat yang lalu Hanna menjawabnya dengan jawaban yang singkat, lalu baru saja tiba-tiba Hanna menjawab pertanyaannya dengan riang seperti tak terjadi apapun.

"Han, lo gapapa?"

"Lo gak akan berhenti sampai gue cerita ya, Lang?"

"Ya kalau lo gak keberatan, Han."

Hanna menghela nafas, mempersiapkan diri untuk menceritakan semua kejadian yang dialaminya.

"Hari Senin kemarin, pas upacara gue ke base Jordan,"

"Gue kesana sendirian, terus gue gak sengaja nabrak Jordan, dan gue cek cok dulu sama dia sampai akhirnya dia marah dan pergi." lanjut Hanna sambil mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Terus?"

Hanna mendongak, "Terus apa?"

"Terus kenapa lo ngelakuin hal itu?"

"Oh, gue udah gak sabar, masa gue harus gerak atas perintah terus? OSIS juga harus peka sama sekitar, nggak nurut perintah doang, kalau merasa ngelihat ada yang nggak sesuai dengan aturan sekolah ya dibenerin, nggak lapor doang."

Setelah mendengar itu, Galang diam, terkejut atas perkataan Hanna barusan yang menurutnya sangat menarik untuk didengar. Selama menjadi ketua OSIS, sekalipun Ia tidak pernah mendengar anggotanya berkata seperti ini.

-

"Eh tadi Galang ngomong apa?" tanya Sarah pada Hanna. Saat ini mereka sedang mengeluarkan motor dari parkiran untuk perjalanan pulang.

"Cuman nanya kenapa gue ngalamun." jawab Hanna.

"Serius? Terus lo jawab apa?"

"Ya gue ceritain pas kejadian hari Senin,"

"Kejadian kemaren gak lo ceritain juga?"

"Nggak, lagian bukan urusan dia juga, ngapain gue harus cerita?"

"Hanna Hanna, masa lo gak ngerasa apa-apa?"

"Apa?"

Sarah mendengus, "Ya ampun, semoga gue diberi kesabaran lebih punya temen kayak lo, Han."

Hanna mengernyit, "Hah? Emang gue kenapa?"

"Ah enggak udah lupain, ayo naik!"

Hanna tampak berdecih setelah itu, namun pada akhirnya Ia tetap menaiki motor yang akan dikendarai oleh Sarah dan mereka pun pergi meninggalkan area sekolah.

-

"Huft!"

Hanna membaringkan tubuhnya ke ranjang dengan keras, lalu menatap langit-langit kamarnya dengan perasaan semu.

"Gue tau maksud lo Sar, gue cuman gak mau dikecewain sama yang namanya berharap."

Tring!

Hanna menoleh, menatap ke arah ponselnya yang menyala setelah sebuah notifikasi muncul sebelum akhirnya Ia meraih ponsel tersebut untuk mengecek notifikasi apa yang Ia dapat malam-malam begini.

Hanna mengernyitkan alisnya setelah membaca notifikasi yang ternyata berasal dari pesan yang dikirim oleh Galang.

Galang XI MIPA 2

Besok berangkat bareng gue

Seperti mimpi, orang yang baru saja Hanna pikirkan tiba-tiba muncul memberi kejutan yang membuatnya semakin bingung.

Hanna membanting ponselnya kembali, pikirannya semakin dipenuhi dengan Galang, Galang, dan Galang.

Pikirnya, Galang hanya memberi perhatian biasa untuk anggota OSIS-nya yang sedang kesulitan, namun pesan yang dikirim oleh Galang barusan, membuat Hanna mau tidak mau

"Aaahh!"  teriaknya sambil mengacak rambutnya kasar.

Tring!

Ditengah aksi Hanna yang sedang mengacak surainya, tiba-tiba suara notifikasi kembali muncul dari ponselnya, membuat Hanna sekali lagi harus mengecek siapa yang telah membuat ponselnya berbunyi ditengah kebimbangannya saat ini.

Galang XI MIPA 2

Han!
Maaf gue salkir, tolong lupain aja ya

Singkat namun jelas, Hanna yang tadinya sedang bimbang dibuat semakin bimbang karena oknum Sang ketua OSIS.

Belum apa-apa, Ia sudah dikecewakan oleh harapan terlebih dahulu sebelum Ia dapat merasakan keindahannya.

'Terimakasih Gal, atas tangga dan lubangnya, hahaha!'

Ketos Or BadBoy ❌ Na Jaemin [On Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang