IX. Puncak

8 0 0
                                    

Hari yang ditunggu-tunggu pun telah tiba, Ali langsung menghubungi Tania untuk menjemputnya dan disetujui oleh Tania untuk bertemu di depan rumahnya langsung. Ali dengan senyumannya itu akhirnya langsung melajukan motornya itu ke rumah Tania. Sesampainya Ali di depan rumah Tania, ternyata Tania sudah ada di depan rumahnya langsung. Ali langsung mematikan mesin motornya.

"Lah kok dimatiin Li?" tanya Tania

"Gua perlu pamitan dulu sama orang tua lo kan" jawab Ali

"Gaperlu, gausah ngapain sih Li. Gua bilangnya jalan sama Feyza Aulia" ujar Tania

"Lo mau nanti kita kenapa-kenapa di jalan. Udah diem aja dah kali ini turutin omongan gua" ucap Ali kembali yang langsung menerobos masuk ke rumah Tania

"Assalamualaikum tante" ucap Ali dan langsung masuk ke dalam untuk bersalaman dengan ibu Tania

"Waalaikumsalam, siapa nih?" tanya Ibu Tania yang langsung melirik Tania

"Perkenalkan saya Ali tante. Tante maaf izin untuk membawa Tania pergi bersama teman-teman lainnya ya" ucap Ali meminta izin kepada ibu Tania

"Ohh, boleh boleh kok Li, hati-hati yaa. Jangan ngebut-ngebutan" ucap Ibu Tania

"Siap tante, gak akan ngebut-ngebutan kok. Kalau gitu Ali dan Tania izin pergi ya tante. Assalamualaikum" ujar Ali berpamitan pada Ibu Tania

Ali dan Tania pun langsung menuju motor dan bergegas untuk pergi bertemu dengan teman-temannya itu di titik kumpul yang sudah disepakati bersama. Selama dalam perjalanan, Tania sepertinya merajuk dengan sikap Ali tadi. Namun disatu sisi Tania merasa senang dengan sikap Ali tadi yang secara naluriah meminta izin untuk membawanya pergi ke ibu.

"Kenapa lo Tan?" tanya Ali

"Gua ga suka ya Li, kalo lo seenaknya aja masuk rumah gua tanpa izin" jawab Tania sedikit ketus

"Iyaa iyaa maaf yaa, toh ini juga demi kebaikan kita diperjalanan" ucap Ali yang masih fokus mengendarai

Mereka pun akhirnya sampai di titik kumpul yang sudah disepakati dan sudah berkumpul semua, karena dirasa sudah lengkap akhirnya perjalanan menuju Puncak pun dimulai. Selama dalam perjalanan mereka tampak senang dan menikmati perjalanan itu. Hingga akhirnya turun hujan yang sangat lebat, mereka berteduh menunggu hujan reda. Selama menunggu, mereka akhirnya berinisiatif untuk bermain "Kejujuran atau Tantangan".

"Okee gua puter yaa ini botolnya" ucap Feyza akhirnya botol itu diputar dan berakhir di Tania

"Aaaaaa Taniaa, kena lo mau kejujuran atau tantangan?" ucap Miranti

"Huftt... yaudah yaudah kejujuran" jawab Tania kesal

"Gua mau tanya Tan, perasaan lo ke Ali gimana si sebenernya?" tanya Aulia

"Gak lebih dari sekedar teman" jawab Tania

"Yakinn gak lebih dari teman?" tanya Feyza sedikit meledek

"Ya" jawab Tania singkat

"Eh ujannya udah reda kayaknya, yuk lanjutin lagi perjalanannya. Biar ga ke maleman juga kita kesana" ajak Tama

"Ehhh gak adil, masa cuma gua aja sii" ucap Tania kesal

"Yaudah nanti kita lanjutin lagi di villa" lanjut Feyza

Mereka pun akhirnya melanjutkan perjalanan menuju ke Puncak, selama perjalanan Ali dan Tania mulai membicarakan hal-hal yang absurd. Tania dan Ali sudah benar-benar berbaikan dan sudah melupakan kejadian diantara keduanya. Namun Tania sedikit murung karenanya, sebab ia berfikir apa pengakuan Ali itu hanya sebatas candaan saja? Ia tidak bisa berfikir dengan baik akan hal itu.

--

Sesampainya di Villa Puncak mereka pun langsung memberes-bereskan semua peralatan dan juga bahan makanan. Setelah membereskan semua, mereka diberikan waktu bebas untuk bersantai, mandi atau menonton televisi. Tania pergi menuju sebuah kolam renang di depan Villa, tak ada yang mengganggunya. Ia dapat merasakan liarnya angin malam Puncak yang dingin diselimuti bimbang dalam hatinya.  Terbuai dalam khayalannya itu, tiba-tiba terdengar suara yang mengagetkannya.

"Dorrrrrrrr" ujar Feyza mengagetkan Tania

"Astagfirullah Fey, ngagetin aja deh" ucap Tania

"Lagian lo kok malah sendiri disini sihh Tan" ujar Feyza

"Iyaa Fey, lagi pengen aja disini" ucap Tania

"Lagi mikirin sesuatu ya?" tanya Feyza

"Hmmm" gumam Tania dan langsung menundukkan kepala

"Tannn" panggil Feyza sambil menengok ke langit

"Kenapa Fey?" tanya Tania yang memandang Feyza

"Kalau lo disini merenung tentang perasaan Ali ke lo, lo harus tau kalau Ali beneran sayang sama lo. Semua yang dia omongin ke lo baik tentang perasaannya ke lo atau tentang perhatiannya ke lo itu semua beneran kok Tan. Gua ngomong gini karena gua tau banget Ali itu gimana" ucap Feyza ke Tania

Tania yang mendengar ucapan Feyza, akhirnya merenung dengan perbuatannya selama ini ke Ali. Ia tidak bisa menahan untuk tidak menangis

"Lo nangis Tan?" tanya Feyza

"Gak kok Fey, gua cuma takut aja" jawab Tania

"Takut kenapa?" tanya Feyza kembali

"Takut kalau suatu saat gua jadian sama Ali terus akhirnya putus, semua akan berubah termasuk persahabatan kita" jawab Tania

"Enggak kok Tan, enggak kayak gitu konsepnya. Emang lo udah jalanin? Lo aja belom menjalani hubungan sama Ali, gimana bisa lo mikir kayak gitu. Saran gua daripada suatu saat lo nyesel sama keputusan lo ini. Coba deh lo mulai ikutin kata hati lo" ucap Feyza yang kembali menjadi tamparan untuk Tania

"Iyaa Fey, nanti gua fikirin lagi" ucap Tania

"Yaudah yuk, udah malam juga nihh, udaranya juga udah mulai dingin. Kita masuk yuk Tan" ajak Feyza

"Ayoo Fey" terima Tania


--


"Jatuh cinta tidak semudah itu untuk membuat kita menjadi percaya. Dalam setiap lirikan mata memandang, ia dapat sampai kepada hati sang penerima dengan hebat. Terlalu manis untuk menerimanya, hingga terbuai dalam kenikmatannya. Cinta selalu setia pada hati, tak peduli seberapa keras pun logika untuk menolaknya."

- fian

365 With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang