BAB 1 : I Knew You Were Trouble

156 28 13
                                    

Orang bilang, jatuh cinta itu masalah.

Menurutku, jatuh cinta hanya soal perasaan klise.

Lalu mereka kembali bilang, jangan hampiri masalah.

Tapi yang kulakukan, justru mendekatinya dan..

Dia memang masalah!

Lisa tak pernah semurka ini ketika diminta menunggu, jika bisa ia akan menggunakan seluruh kekuatannya untuk meninju habis dinding cafe tempatnya duduk sekarang. Pelipisnya berkedut, ia jengkel bukan main tapi masih dalam fase kemarahan yang tenang. Hidupnya yang perfeksionis dan penuh kedisiplinan, tidak mampu mentolerir kata terlambat  dalam jumpa temu yang akan mereka (teman-teman yang ia ketahui dalam grup chat karena memiliki hobi yang sama).

Minat membaca buku.

Lima bulan kebelakang, ia menemukan sebuah undangan grup chat ini pada situs tempat ia membaca berbagai banyak cerita untuk mengusir rasa jenuhnya karena bekerja. Lisa adalah seorang workaholic, dua puluh empat jamnya dibagi tidak rata yang mana empat belas jam di antaranya ia gunakan untuk bekerja, dua jam untuk makan, dua jam lain perjalanan pulang pergi lalu sisa enam jam untuk tidur, sifatnya yang ambisius dan OCD yang ia derita, sukses membuka jalannya menjadi editor termuda di sebuah majalah fashion ternama Korea.

Kaki jenjang yang terbalut stilleto hitam setinggi delapan centi tersilang arogan, jari-jarinya yang baru saja ia manicure seminggu lalu mengetuk-ngetuk meja tak sabar. Di depannya sudah ada dua gelas kopi yang tandas, dan pelayan di sana nampak takut menanyai jikalau Lisa ingin menambah pesanannya. Wajahnya mungkin nampak biasa aja, tapi kilatan tajam dalam setiap lirikan Lisa membuat siapapun gentar untuk mendekat.

Demi apapun waktu empat puluh menitnya sudah terbuang sia-sia karena menunggu pertemuan bodoh, yang entah kenapa juga harus Lisa iyakan! Toh dia juga tidak pernah beramah tamah di grup itu, dia hanya menyimak percakapan mereka yang konyol lalu tiba-tiba seseorang dari grup mengajak bertemu. Lisa memijat pelipisnya yang berdenyut, seharusnya jika ia langsung pulang tadi maka dia mungkin sedang menikmati waktu istirahatnya pada ranjang super empuk dan mentimun yang menutupi kedua matanya.

Kling.

Pintu cafe terbuka, dan Lisa sama sekali tidak peduli. Hingga kursi di depannya di tarik oleh seseorang yang mengenakan jaket jeans belel juga celana senada. Walau belum melihat wajahnya, Lisa sudah tahu pasti dia seorang laki-laki. Meski begitu, dia menempati tempat yang salah hari ini. Perlahan Lisa mendongkak lengkap dengan tatapan membunuhnya, "Permisi?"

Benar dugaan Lisa.

Seorang pria, dengan potongan rambut mullet yang memiliki banyak piercing pada telinga juga bagian alisnya. Dia menyandang ransel juga tas gambar, senyumnya lebar semakin membuat Lisa yakin kalau orang di depannya ini agak aneh. "Oh, hai! Aku tidak bisa menemukan tempat duduk lain, kulihat kau sendiri jadi yah..."

Lisa mengedarkan pandangannya, dan benar saja hanya dia yang duduk sendiri pada meja empat kursi. Bertambah sudah hal yang membuatnya semakin jengkel, Lisa tidak pandai bersosialisasi apalagi dengan orang yang sok kenal padanya seperti ini. Jadi, demi menghindari kata-kata kurang menyenangkan keluar dari mulutnya Lisa berniat beranjak, tapi ketika dia berdiri, pria di depannya pun ikut berdiri.

"Tunggu, apa aku menganggumu?"

"Mengganggu? Tidak. Hanya aku sudah sangat jengkel menunggu di sini."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 14, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DELTA of VENUS [LIZKOOK]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang