00.00

274 29 1
                                    

Cklek..

"Tuan muda, saatnya bangun, bukankah sekarang hari pertama anda ke sekolah?" Ucap seorang Pelayan pribadi itu, sembari menepuk tangan tuannya.

Seseorang yang dipanggil Tuan muda itu tak bergeming dari tidurnya, ia malah berbalik memunggungi sang pelayan.

Rendi menghela nafas melihat tuan mudanya yang tak mau bangun. Lagi, ia mengguncang tangan tuannya, kali ini sedikit kencang, hingga tuannya merasa terganggu.

"Ughhh, apasiii ganggu tau! Aku masi ngantuk! Bangunin aku 5 jam lagi." Ujar sang tuan muda.

Rendi terperangah mendengar ucapan tuannya, tak biasanya tuannya susah untuk dibangunkan.

"Tuan muda, anda harus bangun. Ini hari pertama anda ke sekolah. Sekarang sudah jam 06.25 jika anda tidak bangun anda akan terlambat datang."

"Aiishhh! Udah ku bilang, aku masi ngantuk!! Lagian, sekola kemana? Orang aku udah lulus!!"

"Haahhhh...." Lagi lagi Rendi menghela nafas, mengapa tuannya menjadi bebal seperti ini??

"Anda memang sudah lulus tuan, tapi, anda baru lulus SMP dan sekarang sudah saatnya anda masuk jenjang SMA."

Rendi terus berusaha membangunkan tuannya itu, hingga akhirnya sang tuan bangun -mengamuk- lalu mangambil bantal disampingnya dan melemparkannya ke arah sang pelayan.

"Keluar sana! Mules aku liat muka kamu!" Rendi tersenyum masam, sudah dilempar, dikatain pula.

Poor Rendi :)

"Baik tuan, saya akan menunggu anda diruang makan." Membungkuk sebentar, lalu pelayan itu pergi keluar kamar.

"Ah, padahal aku baru tidur sebentar, udah dibangunin aja!"

"Ey ey ey... Bentar, tadi yang bangunin aku siapa? Wajahnya asing banget. Terus... Ini kamar siapa? Kok aku bisa disini? Aku dimana? Aku siapa? Yang tadi bangunin juga siapa? Terus kenapa aku harus sekolah SMA lagi? Aku kan udah jadi mahasiswa semester lima!!"

Hmm, kasihan. Baru bangun udah harus mikir keras, untung bukan soal emteka.

"Udahlah, aku pusing. Mending mandi, biar wangi." Ia kemudian beranjak dari kasur berjalan ke kamar mandi dengan langkah gontai.

Selesai mandi, ia keluar dengan handuk di pinggang dan rambut basah, meneteskan air dari rambut turun kebawah, terus kebawah, kebawah, kebawah, dan ke bawah sampai lapisan inti bumi. Ga, becanda deng.

Ia mengambil baju putih nya, dan melihat nametag dibaju itu Arshaka Putra Sanjaya "loh, namanya sama kaya aku, tapi bedanya namaku gak ada Putra nya."

Setelah selesai memakai baju lengkap dengan celana nya, ia melirik kearah cermin besar disamping lemari, tadi saat dikamar mandi ia tak sempat untuk berkaca, dengan perasaan penasaran yang melambung tinggi, ia berjalan ke samping lemari dengan mata terpejam sembari meraba raba -dada. ga, boong- kesekitar. Takut nabrak, nanti dahi mulusnya benjol.

"WHAT THE F---" Kaget, hampir aja tadi dia ngeluarin umpatan gara gara liat bayangan nya di cermin.

"Lahh!!!! Ini kan mukak aku waktu umur lima belas! Tapi, kok bisa?!!"

Kmu nanyeaa??

"Udahlah, penasaran nya nanti aja, mending sekarang berangkat sekolah, bentar lagi pasti bel masuk. Aduh, mana gak sempat sarapan." Ia melirik jam yang sudah menunjukkan pukul 07.15

•••••

Tak

Tak

Tak

Suara langkah kaki yang sedang menuruni tangga itu menggema di penjuru ruangan. Saat sampai dilantai dasar, dengan langkah yang sedikit tergesa ia mencari dimana ruang makan, setelah menemukannya, ia melihat seseorang yang tadi membangunkannya. Ia terlihat sedang memasukan nasi serta lauk pauknya kedalam wadah, sepertinya untuk bekal.

"Hei, ayo antar aku ke sekolah, aku tak akan sarapan, aku sudah telat." Ucap Arsha yang mengejutkan sang pelayan.

"Baik tuan. Ini, saya sudah menyiapkan bekal untuk anda makan di sekolah nanti." Ujar Rendi pada tuannya sembari memberikan sekotak bekal tadi beserta air minumnya.

"Oke, tolong masukan kedalam tas." Arsha berbalik memunggungi, untuk mempermudah Rendi memasukan bekalnya.

"Sudah, tuan."

"Terimakasih, ayo cepat." Arsha berjalan keluar diikuti Rendi dibelakangnya.

Diperjalanan menuju sekolah, tidak ada sama sekali percakapan diantara keduanya. Hanya ada suara siaran Radio dari dalam mobil tersebut.

Setelah memakan waktu 20 menit perjalanan akhirnya mobil berhenti di depan gedung sekolah elit itu. Lalu Arsha turun dan tak lupa mengucapkan terimakasih pada Rendi sambil mengingatkan untuk tidak lupa menjemputnya. Rendi tersenyum, "Itu sudah kewajiban saya, saya tak mungkin melupakannya, tuan."

Setelah mendapatkan jawaban yang meyakinkan, ia pun melangkah pergi memasuki sekolah barunya.










Tbc


H

alloo apa kabar? Kemarin' cerita ini aku unpub karena sesuatu, nah sekarang udah ku publik lagi..
Dan Jangan lupa vote dan komennya yaa

ArshakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang