00.03

129 33 4
                                    

Sekarang hari Senin, Arsha sedang bersiap-siap memakai seragamnya. Setelahnya ia lanjut memasang dasi  dengan simpul yang benar, nametag yang ia pasang di baju bagian dada sebelah kanannya, memakai gesper sekolahnya, memakai kaus kaki putih dengan sepatu full Hitam nya. Dan jangan lupakan rambut pendek nya yang ia tata rapi, untuk topi, ia menaruhnya di tas. 

Nah Ini baru namanya siswa teladan. Gak kaya 'Teladan' versi kalian. TELAt Datang pulang duluAN.



Setelah merasa 'Perfect' dengan penampilannya, Arsha kemudian  menyemprotkan minyak wangi pada baju, leher, dan pergelangan tangannya. Lalu ia keluar kamar dengan tampilan yang 'Wow' 

Alamat udah ganteng, rapi, wangi, rajin, siapa siii yang gamau?? Yang nolak, fiks matanya butek ketutup semen tiga roda.

Arsha berjalan ke meja makan dan dengan santai nya ia duduk disebelah kakak keduanya. Tanpa mempedulikan tatapan mereka yang sedari tadi menatapnya dari atas sampai bawah, ia mengambil dua helai roti dan mengoleskan dengan selai kacang lalu mengatupkan kedua sisinya, setelahnya ia makan dengan tenang.

"Wah, lihat. Kena angin apa dia semalam hingga sekarang berpenampilan seperti itu." Sarkas  Agraha, Kakak pertama Shaka.

"Angin surga." Arsha menjawab setelah menelan rotinya.

Yang lainpun melanjutkan makannya yang sempat tertunda. Tak ayal, merekapun merasa heran dengan sikap dan perubahan bungsu keluarga itu, tapi akhirnya mereka memilih untuk tetap tidak peduli, mana tau itu hanya trik abal-abal si bungsu. Tapi, ada satu orang yang tetap memperhatikan Arsha sedari tadi. Sampai akhirnya ia ditegur dan kemudian melanjutkan makannya yang belum habis.

Setelah selesai dengan sarapannya, Arsha berdiri kemudian melangkah keluar. Dan itu membuat yang lain terheran-heran, mereka tidak biasa dengan sikap baru yang Arsha tunjukkan, terkesan cuek dan tak peduli dengan keberadaan mereka.
Selama kegiatan MOS kemarin, selama itu pula Arsha tinggal sendiri di mansion nya. Keluarganya? Entahlah Arsha tak tau, lagi pula mereka bukan keluarga kandung Arsha. Jadi, untuk apa Arsha mencari tau?.

Arsha menaiki motor sportnya, kemudian, motor itu melaju dengan kecepatan sedang.

.

.

.

.

.

Motor yang Arsha naiki memasuki kawasan parkiran sekolah, mengundang perhatian orang-orang yang belum beranjak dari area itu.

"Siapa dia? Gaya nya terlihat sangat keren. Bahkan, Reon dkk pun kalah."

"Sepertinya ia siswa tahun ajaran baru."

"Wahh, daftar siswa tampan disekolah ini bertambah." 

Arsha mengabaikan ucapan orang-orang itu, ia membuka helm nya perlahan kemudian berkaca di spion motor sambil membenarkan tataan rambutnya.

Arsha melenggang pergi mengabaikan tatapan kagum mereka. Hal itupun tak luput dari pandangan Reon dkk termasuk kedua kakaknya Arsha. 

"Arsha dengan penampilannya yang seperti itu benar-benar memikat hati semua orang." Celetuk Zefan

Yang lain mengangguk mengiyakan,  menatap lamat punggung Arsha yang semakin mengecil dan menghilang di balik tembok koridor.

"Sejak kapan adik kalian berubah seperti itu?" Tanya Rion, kembaran Reon.

"Ck, dia bukan adikku. Adikku hanya Kailo." Arka berdecak kesal, lalu merangkul adik kesayangannya itu.

Kailo tidak merespon ucapan kakaknya, otak nya sedang berpikir bagaimana caranya agar bisa dekat kembali dengan adik bungsunya,  sungguh ia merindukan adik kecilnya itu.

Tapi, karena kesalahannya yang membuat keluarganya salah paham pada Arsha, semuanya berubah. Tak ada lagi kehangatan dan keakraban diantara keduanya. Pun karena itu pula adiknya mendapat perlakuan tak adil dari keluarganya.
Padahal, Kailo sudah mencoba menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, tetapi usahanya sia-sia, tak ada yang percaya dengan ucapannya.

"Kamu kenapa dek?" Arka menepuk bahu adiknya yang sedang melamun itu.

"Gapapa, bang" Kailo beranjak meninggalkan sang kakak dan yang lainnya.

.
.
.
.
.

Arsha duduk dikursi nya menghadap ke jendela, pagi gini enaknya ngelamun. Setelah selesai upacara tadi para murid diberikan istirahat selama lima belas menit. 

"Dorr!!"

"Jangan bengong Sha, nanti kerasukan"

Ren duduk di atas meja Arsha, ikut menatap arah pandang Arsha yang dari tadi tak bergeming, padahal sudah ia kagetkan, tapi ternyata Arsha tak menunjukkan ekspresi apapun.

"Ka----"

Baru saja Ren akan kembali berucap, tapi ucapan nya terpotong karna bel sekolah berbunyi tanda sudah masuk.

"Yauda deh nanti aja, udah bel" Ren turun dari meja Arsha kemudian pergi ke belakang, ia sengaja memilih tempat dibelakang dengan alasan jika ia tertidur tidak akan ketahuan guru.

Jam pelajaran berlangsung dengan tenang, dan berakhir saat bel istirahat berbunyi.

"Yasudah, karena sudah bel istirahat, ibu akhiri. Selamat siang."

"Sha ayo ke kantin"

"Udah lah ayo langsung ke sana, udah laper nih" Ucap Erick yang memegang perutnya.

"Kalian duluan aja, aku mau ke rooftop."

"Oke"

Setelah kelas kosong, barulah Arsha beranjak pergi menuju rooftop. Saat akan menaiki tangga ia berpapasan dengan Kailo dan Arka serta teman-temannya, 'apa mereka akan ke sana juga?' Memilih tidak peduli ia berjalan tanpa menoleh ke arah gerombolan itu.

Kailo memperhatikan Arsha dengan tatapan sendu nya, ia benar-benar merindukan Aka-nya (panggilan Shaka waktu kecil).

Kailo berlari menyusul Arsha, saat sudah berdampingan, ia menoleh dan menunjukkan senyum indahnya.

"Adek, kakak mau bicara nanti sama kamu. Mau, ya?"

"......"

"Kakak mohon, hanya sebentar, kok"  Kailo memohon dengan tatapan melasnya.

Hhhh...

"Baiklah, 10 menit."

Kailo tersenyum senang kemudian memegang tangan adiknya itu. Dibelakang, wajah Arka sudah memerah, ia tak suka adik tersayang nya dekat-dekat dengan pembunuh itu.

Arka menaiki tangga dengan cepat lalu memisahkan tangan Kailo yang menempel dengan tangan Arsha.

Ia sedikit mendorong bahu Arsha, "Jangan dekat-dekat dengan adikku." Matanya menatap tajam Arsha.

Siapa juga yang mau dekat-dekat.

Arsha memutar bola matanya malas, padahal Kailo sendiri yang mendekatinya, kenapa ia yang di salahkan. Tanpa menjawab ucapan Arka ia melanjutkan jalannya yang tertunda.

Pintu rooftop dibuka kemudian Arsha masuk disana ada dua sofa panjang dan satu meja, Arsha mendekati sofa panjang itu kemudian merebahkan dirinya. Baru saja dirinya akan terlelap, tapi..

BRAKK!!









Tbc



Jangan lupa votemen nya!!


ArshakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang