00.02

147 31 2
                                    


Setelah kegiatan satu Minggu yang melelahkan kemarin, Senin besok adalah kegiatan KBM, Arsha sudah tau letak kelasnya dimana, dia masuk kelas X MIPA 2 bersama dengan Renzio, Gio, Erick, dan Bara. Sepertinya mereka memang ditakdirkan untuk menjadi teman selama di bangku SMA.

Untuk masalah Jiwanya yang masuk kedalam Raga Shaka, itu sudah beres. Ia sudah mengetahui seluk-beluk tentang Shaka dan keluarganya. Ah apakah mereka masih pantas untuk disebut keluarga?

Flashback on

Saat pulang dari sekolah, Arsha langsung pergi ke kamarnya. Gerah eyy, seharian beraktivitas buat badan dia jadi lengket karena keringat yang masih menempel ditubuhnya.

Dikamar mandi, ia berkaca di wastafel dan memperhatikan wajah Shaka yang sangat mirip dengan Arsha saat masih berusia lima belas tahun. Sambil menerka-nerka mengapa wajah mereka sama ?? Apakah wajah nya yang memang pasaran??

"Hai tubuh, dimana tuan aslimu berada? Mengapa malah aku yang menempatinya? Dimana dia?? Apa yang terjadi padanya hingga ia memilih untuk meninggalkan Raga-nya? Dan membiarkan Jiwa lain masuk dalam tubuhnya."

Arsha termenung di depan cermin, memikirkan kemungkinan hal yang akan terjadi dalam hidup barunya ini. Sampai akhirnya sekelebat memori masuk kedalam otaknya, yang membuat ia pusing, bahkan hingga mimisan.

"JANGAN MEMANGGILKU PAPA, SIALAN!! KAU BUKAN ANAKKU!!"

"BERHENTI MEMANGGILKU KAKAK!!! AKU TAK MEMPUNYAI ADIK SEPERTIMU! ADIKKU HANYA K---- !!!!"

"Adek, sini kakak obatin, pasti sakit banget ya?" Ucap K---- dengan senyum lembutnya.

"Aku bukan adikmu!!!! Gara-gara kamu semua jadi salah paham! Dan aku jadi anak yang dibenci keluarganya, padahal bukan aku yang melakukannya, sialan!! Aku sangat membencimu!!" Shaka membentak salah satu kakaknya itu, lantaran emosi yang masih menguasai nya, ia pun mendorong kakaknya itu dari tangga lantai 2 Mansion nya.

Disaat yang bersamaan dengan jatuhnya K---- sang papa sudah pulang dari kantor, dan menyaksikan Shaka yang mendorong saudara nya.

"SHAKAAA!!!! APA YANG KAMU LAKUKAN!!!" Sang papa yang panik langsung menghampiri anaknya yang sudah tak sadarkan diri itu.

"K---- bangun nak, tolong bertahanlah." Setelahnya ia membawa sang anak ke rumah sakit.

Shaka yang melihat itupun shock, ia tak sadar saat mendorong kakaknya, dengan perasaan yang takut, ia berlari ke kamar nya dengan air mata yang mengalir deras. "Kakak, maaf. Hiks-- Shaka, Shaka gak sadar ngelakuin itu Hiks."

Setelah kejadian itu, Shaka benar-benar menderita. Tak hanya mendapat luka batin, fisik nya pun ikut dilukai. Dicaci maki, dipukul, dikurung, bahkan saat tidak melakukan apapun ia tetap mendapat kekerasan.

Flashback off

.

.

.

.

.

Arsha menatap lekat cermin didepannya, ia merasa bersyukur karena walaupun ia dulu tinggal seorang diri -Sebatang kara- ia tidak pernah mendapat perundungan seperti itu. Ia kembali mengingat kehidupan yang dulu.

"Baru sekarang aku merasa bersyukur hidup sebatang kara. Maafkan aku, Tuhan. Bahkan disaat kehidupanku lebih baik dari mereka aku masih saja mengeluh." Gumamnya pelan.

Setelah selesai dengan acara mandinya, Arsha keluar kamar mandi dengan wajah yang lebih segar. Ia berjalan mendekati meja belajarnya, Arsha membuka buku-buku yang akan dipelajari nya besok, ia sudah mengetahui jadwal mapel dari temannya di grup chat.

Setelah selesai, ia kembali membereskan buku-bukunya itu. Perlu diingatkan bahwa, Arsha tidak suka melihat benda-benda disekitar nya berantakan. Semuanya harus tertata rapi, jika melihat benda-benda yang berserakan, itu membuat emosional nya tak stabil.

Arsha menuruni tangga dengan pelan, air minum dikamarnya habis. Jadi mau tak mau ia harus mengambil nya ke dapur.

Suasana sunyi mengiringi setiap langkahnya, ia sedikit mempercepat  langkahnya kala mendengar sesuatu dibelakangnya. Oke, Arsha akui, ia sedikit penakut.

Arsha mengambil air minum nya dengan cepat lalu setelah nya langsung lari secepat kilat. Ia bahkan tak menyadari adanya tatapan aneh padanya.

"Ada apa dengannya? Sampai lari secepat itu. Apakah aku terlihat menyeramkan?" Gumam orang itu lalu pergi meninggalkan dapur.


Deg Deg..

Deg Deg...

Jantung Arsha berdetak sangat cepat, karena ketakutannya pada hal mistis, membuat ia berlari secepat itu. Air yang diambilnya tersisa setengah, kemudian langsung meminumnya hingga tandas. Arsha merasakan kepala nya yang mulai pening, ia memijat nya pelan sambil bersandar pada headboard ranjang.

Setelah merasa lebih baik, ia pun merebahkan dirinya. Mencari posisi tidur yang pas, kemudian mulai terlelap dalam mimpinya.

'Mimpi indah, bang. Maaf telah membawa Abang dalam lingkup hidup keluarga toxic ku.'

Sosok itu kemudian hilang secara perlahan.










TBC

ArshakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang