HAPPY READING!
Di ruang tamu terlihat Rakha yang tengah berbincang dengan Rhea. Ia melangkah mendekat ke arah keduanya.
"Ngapain?" tanya Amora tanpa basa-basi
Merasa ada suara di sampingnya, Rakha menengok ke samping kirinya. "Gue mau pamit Jiy"
"Hah?"
"Ck, jangan setengah-setengah Kha! Dia baru bangun tidur, nge-lag banget pasti" kata Rhea
"Gue mau balik ke tempat bunda, dan menetap di sana. Bunda sekarang sering sakit-sakitan, jadi ayah lepas pekerjaan di sini." jelasnya dengan pandangan tak lepas dari Amora
Amora pun sama menatap Rakha mencari kebohongan di matanya, berpikir jika ini prank. "Ah boong lu, mana kameranya mana??" elaknya
"Gue serius Jiya." tegas Rakha
Merasa Rakha benar-benar serius Amora menatap Rakha dengan pandangan tak terbaca
"Kenapa harus sekarang, Rak?" ucap Amora
"Maaf. Ini udah keputusan ayah Jiy" Amora memalingkan wajahnya ke arah lain, tak mau menatap kedua bola mata Rakha yang memancarkan rasa bersalah.
Sementara Rhea sudah sedari tadi menyusul Fanny dan Carolyne yang tengah berada di kamar Amora.
"Fine. Makasih udah sempet pamit ke gue, Rak. Jangan lupa balik ke sini, gue selalu butuh lo" Rakha bangkit dari duduknya dan berhambur memeluk Amora.
"Gue pasti balik ke sini Jiy. Thanks udah mau jadi tempat keluh kesah gue selama empat tahun disini." Amora mengusap punggung tegap Rakha dengan mata berkaca-kaca.
Ia melerai pelukannya, dan menatap Rakha yang sama menatapnya. "Jangan lupa kabarin gue ya." Rakha mengangguk
"Tante Ane dimana?"
"Mamah ga di rumah, lagi bantu-bantu aunty pindahan"
"Titip salam buat tante Ane ya Jiy, bilangin Rakha pamit." ujar Rakha dengan anggukan Amora
"Makasih Rak."
Rakha tersenyum "Makasih juga Jiya" Amora tertawa kecil mendengar balasan Rakha.
"Tetep senyum ya, gue pamit. Jangan lupa mandi, iler lo bauu!"
"Dih mana ada putri tidur ileran!"
"Duta turu bukan putri tidur."
Amora berdecak, tadi melow-melowan, sekarang malah ngajak adu bacot. "Dah sana pergi, lama-lama darah tinggi gue"
"Yakin gabakalan kangen?"
"Yakin. Ngapain ngangenin orang ngeselin!"
Rakha tertawa puas melihat raut kesal Amora, dan setelahnya ia menyodorkan tangannya kepada Amora.
Amora menyeringit heran apa maksud temannya ini. "Salim." ucap Rakha dengan nada dingin
Spontan Amora menerima uluran tangan Rakha dan menciumnya. Sumpah demi apapun ia reflek karena mendengar suara Rakha yang tak biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
EDELWEIS
Teen Fiction"Dia aksa, namun amerta." Gadis kecil yang semula hanya menganggap rasa di hatinya sebagai angin lalu, ternyata berubah menjadi badai di kehidupannya. Ia tenggelam di dalam tatapan teduh laki-laki kecil yang seusianya, kala itu. Namun kesialan sela...