chapter 6: Ji?

2 1 0
                                    

HAPPY READING!


"Assalamualaikum Amor pulanggg" ucapnya dengan tangan menggeser gerbang agar terbuka

Baru saja ia membuka gerbang rumahnya, ia di kagetkan dengan seekor-ralat seorang manusia yang berdiri di hadapannya.

Mengelus dada sabar dengan kelakuan saudaranya ini. "Ngapain lo berdiri disini?!"

Bukannya menjawab Raihan malah bertanya balik "Waalaikumsalam. Pulang sama siapa?"

Amora memutar bola matanya malas, sudah cukup banyak dosanya hari ini memaki Raihan. Jangan sampai ia membunuhnya disini dengan keadaan berdiri. "Dwipa."

"Lah Firji ga jemput lo?"

Pertanyaan yang dilontarkan Raihan mengundang kerutan bingung di dahi Amora, "Firji? Mana ada anjir ngaco lo!"

"Lah gue serius anjir, tadi gue suruh dia yang jemput lo soalnya gu-"

"Udahlah An, mungkin dia sama ceweknya. Gue cape, laper, pengen turu. Ngomong sama gerbang noh!" yang di pikirkan Amora, sangat mustahil jika Firji mau menjemputnya tadi. Jadi ia tidak terlalu memperdulikan ucapan Raihan.

Raihan melirik sinis saat Amora melewatinya, "Bukan sodara gue sumpah yang gini mah dah!"

Disaat ia akan menutup kembali gerbang berwarna coklat dan hitam itu, ponsel yang berada di sakunya bergetar. Sengaja ia alihkan ke mode getar, karena keadaan rumah Amora lumayan ramai di isi keluarga besarnya yang berada di dapur dan taman belakang. Jika nada dering nya terdengar, bisa gempar satu rumah mendengar suara manjalita kekasihnya.

"Mampus lo ji, keduluan sama yang lain lagi." ucapnya sebelum memencet tombol hijau.

..o0o..

Dengan langkah lesu dan tas yang di sampaikan di pundak kanannya, Amora berjalan ke arah anak tangga untuk naik menuju kamarnya. Namun langkahnya terhenti kala mendengar perdebatan kedua orang tuanya dan kakak laki-lakinya, di ruang tamu.

"Aska belum cukup usia untuk menikah secepat itu pah"

"Itu udah keputusan Aska sendiri mah." terdengar suara Widjaya yang menegas, ayahnya.

Amora mengehentikan langkahnya dengan posisi membelakangi ketiga manusia yang tengah beradu argumen, tanpa menyadari kehadirannya.

"Papah tidak ingin keluarga kita di cap buruk oleh orang sekitar karena kejadian kemarin. Mamah bisa liat kan, tiba-tiba tanpa ada kabar apapun kedua orang tua mereka mendatangi kita. Dengan maksud apalagi selain ingin menikahkan Aska dan anak perempuannya?."

Amora mendengar semua yang papahnya ucapakan, ia juga merasakan mamahnya hanya diam karena tidak ada sahutan.

"Mah.." baru lah kakaknya bersuara, Amora berbalik badan menatap ketiganya dengan kedua orang tuanya yang membelakangi Amora karena tengah menatap kakak laki-lakinya.

"Kamu bohong Ka."

"Baru kemarin kamu bilang kamu ga akan nikah dalam waktu dekat, kemarin kamu janji sama adek kamu sendiri buat biayain dia kuliah nanti biar kamu makin giat kerja sama papah dan ambil alih bisnis papah. Dan malam sebelum kedua orang tua pacar kamu datang, kamu juga bilang mau kuliah setelah nyelesain target kamu buat bangun cafe. Tapi sekarang apa? Hancur lebur semua janji kamu Ka! Termasuk impian kamu!" terdengar helaian nafas lelah dengan suara bergetar Aneli, ibunda Amora.

EDELWEISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang