01.Aksi saling menjebak

16 2 0
                                    

Tami, Dikta, Bima dan Sarah diperintahkan untuk berdiri di depan kelas selagi perhitungan suara berlangsung. Tami memainkan jari-jari tangannya di belakang punggungnya, sementara telapak tangannya mulai berkeringat. Ia benar-benar gugup, akankah ia mendapatkan sebuah suara?

Jika Kayla-teman sebangkunya tidak menjebaknya untuk menjadi kandidat ketua kelas, ia tidak akan berdiri di depan sana dengan penuh keresahan seperti itu. Di kelas sebelumnya ia sebangku dengan Kayla dan sepertinya keputusan buruk untuk sebangku lagi dengannya di tahun ini. Tapi mau bagaimana lagi, Tami tidak mengenal siapapun di kelas itu selain Kayla, begitu juga dengan Kayla. Karena setiap tahun, kelas setiap siswa diacak kembali dan dari kelas 10 D yang masuk ke kelas 11 B hanya Tami dan Kayla.

Suara pertama diraih oleh Dikta, tepuk tangan yang gemuruh dan sorakan penuh semangat pun terlontar untuk pria yang kini berdiri di sebelah Tami. Tami melirik pria itu sejenak, ia tahu pria itu tapi tidak begitu mengenalnya. Namanya Dikta dari 10 C, dan di kelas ini didominasi oleh siswa-siswa dari kelas 10C.Dan mereka sepertinya sangat menyukai pria itu. Tami sudah bisa menebak bahwa Dikta lah yang pasti mendapat suara terbanyak.

Dan benar saja Dikta mendapat suara paling banyak, sedangkan yang tidak disangka-sangka adalah Tami yang mendapat suara terbanyak kedua setelah Dikta. Yang benar saja, apa mereka mabuk? Bahkan Tami tak mengenal mereka, bagaimana mereka bisa yakin untuk memilih dia. Tetapi untungnya Dikta memiliki tiga suara lebih banyak dari pada Tami, tak terbayang jika dia yang menjadi ketua kelas, ia pasti akan mengutuki Kayla seumur hidupnya.

Atas keputusan dan kesepakatan Dikta dan wali kelas, Dikta menjadi ketua kelas, Bima menjadi wakil ketua kelas, Tami menjadi sekretaris dan Sarah menjadi bendahara. Akhirnya mereka berempat diperintahkan untuk kembali duduk di bangku mereka masing-masing.

"Congrats, girls! Keren lo, Tami," seru Kayla begitu Tami duduk di bangkunya.

"Keren, keren, mata lo keren! Hampir aja gue jadi ketua kelas gara-gara lo!" gerutu Tami dengan mata menjeling.

"Enggak papa kalau belum jadi ketua kelas, jadi sekretaris juga udah keren," jawab Kayla berusaha memberikan semangat.

Tami meringis geram, "Bukan gitu maksud gue!"

"Terus gimana maksud lo?" tanya Kayla dengan polosnya. Itulah yang membuat Tami geram, gadis itu terlalu lemot.

"Ah udahlah, terserah lo aja!" Tami mendesah pasrah.

Saat ini sedang berlangsung pemilihan seksi-seksi untuk melengkapi struktur organisasi kelas. Tiba-tiba sebuah pikiran jahil terlintas dalam jiwa penuh dendam Tami. Kenapa ia tak membalas Kayla dengan cara yang sama saja?

"Kay lo mandi nggak sih?" tanya Tami berpura-pura mencium sesuatu pada tubuh Kayla.

"Sembarangan!" sewot Kayla, "Mandi lah!"

"Tapi kok bau ketek sih? Coba lo cium ketek lo itu," ujar Tami berbarengan dengan sang wali kelas yang menanyakan siapa yang ingin menjadi seksi kebersihan saat ini. Kayla jelas tidak sadar karena sejak tadi ia dan Tami hanya mengobrol tanpa menyimak.

Kayla mengangkat tangannya dan mencium ketiaknya, jelas-jelas pagi tadi setelah mandi ia memakai deodoran dan tidak mungkin ketiaknya bau.

"Siapa itu yang di bangku paling belakang?" ujar sang Wali Kelas. Tami dan Kayla sengaja duduk di bangku paling belakang, entahlah itu adalah posisi paling nyaman bagi siswi yang tidak suka diperhatikan oleh guru seperti mereka.

Kayla sontak menurunkan tangannya dengan mata terbelalak.

"Kayla, Bu!" Tami yang menjawab dengan penuh antusias.

"Baiklah, kamu jadi seksi kebersihan ya," perintah sang Wali Kelas sembari menuliskan nama Kayla pada papan tulis.

Tami tersenyum dengan penuh kepuasan semetara Kayla melotot tak terima. Ia hendak membantah namun Tami langsung menahannya.

SoulmateWhere stories live. Discover now