"Uuh.. Mama.. Vien.. " Ucap Vian dalam tidurnya.
Vian memang suka mengigau ketika ia merasa sangat kelelahan. Penyebab ia mengigau kali ini tidak lain dan tidak bukan adalah halusinasi nya tadi siang. Halusinasi nya benar-benar tidak dapat dihindari, ia juga diharuskan untuk tetap berjuang melawan penyakitnya itu.
Vian terus mengigau sambil memanggil ibu dan adiknya.
"Vien... Mama.. Jangan pergi.. Tolong.. " Ucap Vian sambil sedikit menggerakkan badannya.
(Mari kita masuk ke perspektif mimpi Vian)
Vian berada di ruang hampa yang berwarna putih. Tidak ada benda apa pun disana, Vian hanya sendirian disana. Tidak lama kemudian, terdengar samar-samar suara seseorang yang memanggilnya.
"Kak Vian.. Kak.. Kakak!" "Vian.. Nak.. " Suara tersebut terus memanggilnya.
Vian menoleh ke arah suara tersebut dan melihat Vien dan Viana. Vian pun berlari kearah mereka dan berusaha untuk menggapainya. Tidak sempat Vian menggapai mereka, Vien dan Viana terjatuh ke jurang yang sangat dalam dan gelap. Seketika Vian terbangun dari tidurnya dan berteriak sangat kencang.
"TIDAAAAKK!! " Teriak Vian.
Dengan panik, Vian melihat ke seluruh sudut ruangan. Mukanya sangat pucat dan dihantui rasa takut yang sangat besar. Tidak lama kemudian terdengar langkah kaki yang mendekat ke kamar Vian. Langkah kaki itu terdengar sangat cepat seakan ada orang yang berlari kearah kamar Vian.
Pintu kamar Vian pun dibuka secara paksa oleh sang adik.
"Kakak! Kenapa teriak!? Kakak gak apa? Sakit? Apa ngeliat hantu..!? Kenapa kakak?? " Tanya Vien dengan nada khawatir.
Vian langsung memeluk tubuh mungil adiknya itu. Ia merasa lega karena adiknya masih ada di sisi nya. Vien memeluk Vian sambil mengelus rambutnya.
"Udah kak, Vien disini. Kakak jangan takut. Apa Vien tidur sama kakak aja malem ini? Biar kakak gak takut. Nanti Vien bakal jagain kakak! " Ucap Vien sambil tersenyum lebar.
Vian hanya tersenyum dan mengangguk. Vien pun kegirangan dan pergi ke kamarnya untuk mengambil beberapa bantal. Setelah mengambil bantal, Vien segera pergi ke kamar Vian dan tidur disebelahnya. Sebelum tidur, Vien bertanya pada Vian.
"Kakak mau aku nyanyiin lagu tidur? Aku ada bikin. Biar kakak gak mimpi seram lagi. Mau? " Tanya Vien.
Vian pun tersenyum dan mengangguk. Vien menyiapkan suara nya dan menyanyikan lagu tidur yang iya buat.
"Tidur lah oh tidur lah.. Malam hari penuh bintang yang indah.. Bawa aku ke langit malam. Tidur lah oh tidur lah.. Indah nya malam ini membuatku tidur lelap~" Vien menyanyikan lagu tidurnya yang merdu. Lagu itu secara tidak sadar membuat Vian terasa nyaman dan mengantuk. Lagu itu terasa seperti sihir yang menghanyutkan nya ke dunia mimpi. Setelah lagu itu selesai ia nyanyikan, Vien menoleh ke arah kakaknya berharap pujian akan ia dapatkan. Tapi ternyata, Vian telah tertidur lelap. Vien pun tersenyum dan mengelus kepala kakak tercinta nya itu.
"Waah.. Lagu ku manjur juga ya. Mimpi indah kakak, semoga cepat sembuh" Bisik Vien dengan lembut sembari membelai kepala kakaknya.
Vien adalah seorang adik laki-laki yang cukup tegas, keras, dan tidak suka basa basi. Tapi saat ia bersama kakaknya, sikapnya seketika berubah. Ia langsung menjadi adik yang lembut, penyayang, dan manis ketika sang kakak berada di dekatnya. Vien memang lah adik yang baik.
Setelah merasa nyanyiannya cukup. Vien pun tidur sambil memeluk kakaknya.
◆◇◆◇◆◇◆◇
Kukuruyuk kukkuruyuuuk.. Bunyi ayam berkokok sudah terdengar menandakan pagi hari telah tiba. Vian terbangun dari tidurnya dan duduk di kasur sambil mengumpulkan nyawa. Vian menatap wajah adiknya yang masih terlelap lalu tersenyum dan mengelus kepalanya. Vian berdiri dan pergi menuju ke kamar mandi untuk wudhu.
(Singkat cerita setelah Vian wudhu, Vian sholat, terus mandi)
Setelah mandi, Vian bergegas menuju ke kamarnya untuk membangunkan sang adik yang masih terlelap. Dalam perjalanan ke kamarnya, halusinasi Vian mulai kambuh lagi. Ia melihat banyak bayangan yang mengintip nya dari sela-sela pintu. Vian yang merasa takut pun berlari ke kamarnya. Karena habis mandi, kaki Vian masih basah dan menyebabkannya tersandung dan terjatuh.
Mendengar suara benturan yang keras Vien langsung bangun dari tidurnya dan mencari sang kakak. Vien membuka pintu kamar dan berlari keluar. Ia begitu terkejut ketika melihat Vian sudah terbaring di lantai tidak berdaya. Halusinasi Vian membuat pikirannya tidak jernih dan membuat Vian hilang kendali akan tubuhnya. Ia tidak dapat bergerak. Vien lari menghampiri kakaknya dan memeriksa keadaan sang kakak.
(Ibunya mereka lagi di bawah, masak. Jadi ga terlalu kedengeran suara benturan pas Vian jatuh)
"KAKAK! Kakak kenapa!!? Kakak gak apa!? Sakit!? Halusinasi nya kambuh!?? Kakak bisa berdiri gak!? Mau Vien bantu!?? Ayo Vien bantu berdiri! " Tanya Vien sambil memeluk tubuh Vian.
Vian membantu kakaknya berdiri dan perlahan menuntunnya kembali ke kamar. Setelah sampai di kamar, Vien membaringkan Vian di kasur dan menyelimuti nya.
"Kakak disini dulu ya, jangan kemana mana. Vien panggilin mama. " Ucap Vien. Vian tidak mampu menjawab adiknya, ia hanya mengangguk dengan pelan. Vien pun pergi dan menceritakan semua ke ibunya. Ibunya pun bergegas pergi ke kamar Vian.
"Nak! Kamu gak apa? " Tanya sang ibu dengan khawatir.
Vian mengangguk pelan sambil menenangkan sang ibu.
"Tenang ma, Vian gak apa. Tadi halusinasi Vian cuma kambuh aja kok ma, udah biasa. " Jawab Vian sambil menenangkan ibunya.
Setelah ibunya tenang, ibunya turun untuk membuat kan makanan untuk Vian dan Vien. Sekarang, Vian hanya bersama Vien. Vian menatap Vien yang sedang menunduk sambil berusaha menahan tangisannya.
"Haha.. Kamu jangan nangis dong. Kakak gak apa kok cuma-" Belum selesai Vian berbicara, Vien memotong pembicaraan Vian
"Aku gak kuat liat kakak gini terus!! Aku gak mau kakak jadi terluka lagi, gak mau.. Aku gak mau kakak gini terus" Air mata pun mulai menggenangi pipi Vien.
Vian tidak dapat berkata apa apa. Ia terkejut melihat adiknya yang biasanya tegas dan keras, sekarang sedang menangis di hadapannya. Vian mengelus kepala adiknya dan menenangkannya.
"Vien jangan nangis, kakak udah lama kayak gini, jadi udah biasa. Kamu nangis kayak gini pun gak akan nyembuhin kakak, kan? Kita jalani aja. Klo kita menjalani nya tanpa mengeluh, Tuhan pasti kasih jalan. Toh, yang sakit kan kakak. Kenapa kamu yang nangis? " Ucap Vian sambil mengusap air mata dari pipi sang adik. Vien masih menundukkan kepalanya sambil mengepalkan tangannya. Dengan suara yang bergetar, ia berkata
"Andaikan... Andaikan aja ini cuma mimpi buruk... "
**•̩̩͙✩•̩̩͙*˚ ˚*•̩̩͙✩•̩̩͙*˚*
Yey! Akhirnya episode ketiga selesai. Episode kali ini agak lebih panjang, mumpung lagi hari sabtu kan.
Maaf ya cerita kali ini agak lebih sedih dari biasanya.
Dukung terus wp ini dengan kasih vote, dan komen ya!
Terima kasih!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Hallucination
FantasyVian adalah seorang pemuda yang berumur 15 tahun. Saat umurnya 9 tahun, ia terkena penyakit yang bernama "Dreamy Brain", penyakit itu menyebabkannya sering berhalusinasi terhadap lingkungan sekitarnya. Tentu saja ia merasa kesulitan untuk menghadapi...