Vian terkulai lemas di kasurnya. Sejak kejadian kemarin, keadaannya mulai memburuk. Halusinasinya semakin hari bertambah parah, ia sampai tidak bisa membedakan mana yang nyata dan mana yang halusinasinya. Sejak kemarin, Vian hanya berada di kasurnya dan tidak pergi kemana-mana.
Tok tok tok.. Bunyi ketukan terdengar di pintu kamar Vian. Dengan suara yang lemah, Vian menjawab ketukan itu. "Masuk.. " Ucap Vian. Pintu kamarnya pun terbuka dan Vien muncul dari balik pintu itu. Vien berjalan mendekati sangat kakak yang sedang terbaring di kasur.
"Kak.. Gimana keadaan kakak? Udah mendingan..? " Tanya Vien.
Vian tersenyum dan mengelus kepala Vien sambil berkata. "Kakak udah mendingan". Tentu saja, ucapannya itu adalah kebohongan belaka. Ia tidak mau adiknya terlalu khawatir dengannya. Tapi Vien tidak mudah dibohongi, ia tahu bahwa kakaknya masih sakit, malah tambah parah.
"Kak, tadi temen kakak ada yang nelpon lewat telepon rumah. Katanya mau jenguk kakak." Ucap Vien.
Vian menjawabnya dengan anggukan. Setelah beberapa menit mengobrol dengan Vian. Terdengar bunyi bel dari bawah. Sepertinya teman-teman Vian sudah tiba. Vien berlari turun untuk membuka kan pintu.
Beberapa menit setelah Vien pergi ke bawah, Teman-teman Vian datang ke kamarnya. Jumlah orang yang datang untuk menjenguk Vian ada 6. Zevansyah, Fauzan, Ian, Ann, Gema, dan Ryan.
"Vian~ Lama gak ketemu!! Gimana? Sehat?? " Tanya Gema. Mendengar pertanyaan Gema, Zevansyah memukul pelan kepala Gema.
"Heh. Jelas-jelas dia lagi sakit. Masih ditanya pula sehat apa enggak. " Ucap Zevansyah. Gema pun tertawa kecil dan meminta maaf pada Vian.
"Vian, ini kakak ku, Ann. Dia bilang pengen jenguk kamu. Kami juga ada bawa beberapa makanan dan buah-buahan. " Ucap Ian.
Vian tersenyum dan berterima kasih kepada mereka atas makanannya. Mereka pun mengobrol sejenak tentang sekolah dan masalah lainnya. Setelah 1 setengah jam mereka menjenguk Vian, akhirnya mereka pulang. Vian kembali ditinggal sendirian di kamarnya.
Beberapa menit setelah mereka pergi, Viana masuk ke kamar Vian. Viana duduk di sebelah Vian sambil membawakan teh hangat.
"Vian, karena sakit kamu tambah parah, gimana kalo kita ke rumah sakit aja? Kalo kamu di rumah terus kayak gini, gak akan ada perawatan lebih lanjut. Kesehatan kamu juga gak bakal ada kemajuannya. Sakit kamu juga nanti tambah-" Belum selesai Viana berbicara, Vian langsung memotong ucapan sang ibu.
"Ma, Mama tau kan penyakit Vian ini ga ada obatnya. Kalo Vian ke rumah sakit, percuma aja. Malah ngabisin duit aja kita ke rumah sakit, sehat enggak miskin iya. " Jawab Vian dengan tegas.
Viana pun tertunduk putus asa. Viana tidak tahu lagi apa yang bisa ia lakukan untuk menyembuhkan anak sulung nya itu. Untuk sekarang, Viana hanya bisa berdoa agar Vian sembuh dan menunggu keajaiban datang menghampiri anaknya.
Viana bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkan Vian sendirian di kamarnya. Vian membaringkan badannya di kasur sambil menutup wajahnya dengan lengan kanannya. Vian merasa putus asa dan dihantui rasa takut. Tetapi, ia mengingat ucapan Gema sebelum pergi.
"Jangan cepet nyerah dong! Kamu kan cowok, ga boleh lemah! Harus tetep berjuang! Kamu enggak berjuang sendirian kok, kami ada buat bantu kamu. Jadi jangan putus asa. "
Vian bangkit dari kasurnya dan duduk sambil melihat pemandangan luar rumahnya. Ia tersenyum sambil berbicara pada dirinya sendiri.
"Gema rupanya bisa juga ngomong sesuatu yang bijak gitu. Haha.. Tenang aja, aku bakal buktiin kalo aku bisa sembuh. "
*:..。o○ ○o。..:*
Duar! Kaget? Oh, nggak ya..?
Karena di episode kali ini banyak banget karakter baru, di episode selanjutnya akan aku kasih biodata seluruh karakter nya. Akan aku usahain supaya detail agar kalian bisa ngebayangin kayak mana karakter nya. Sifat karakternya juga nanti bakal ku tulis biar kalian bisa mengenal karakternya lebih dalam lagi.
Terima kasih udh baca sampe akhir. Dukung terus wp ini dengan vote dan komennya ya~
Terima kasih~
KAMU SEDANG MEMBACA
Hallucination
FantasyVian adalah seorang pemuda yang berumur 15 tahun. Saat umurnya 9 tahun, ia terkena penyakit yang bernama "Dreamy Brain", penyakit itu menyebabkannya sering berhalusinasi terhadap lingkungan sekitarnya. Tentu saja ia merasa kesulitan untuk menghadapi...