02. Kenapa?

100 16 3
                                    

Sebenarnya Wony bisa menolak ajakan Satya, dan menunggu Pak Umin untuk menjemputnya, tapi entah mengapa ia mengiyakan ajakan seniornya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sebenarnya Wony bisa menolak ajakan Satya, dan menunggu Pak Umin untuk menjemputnya, tapi entah mengapa ia mengiyakan ajakan seniornya. Lagi pula sang gadis belum pernah merasakan menaiki motor seperti ini.

Seperti yang terbayangkan, tidak ada kejadian spesial saat Satya mengantarkan Wony kerumahnya. Tapi satu hal, saat motor beat Satya maju dengan cepat, tubuh Wony sedikit terhuyung kedepan. Melihat itu dari kaca spion, Satya berinisiatif menarik lengan Wony melingkar di perutnya.

“Biar lo aman.”

Jujur Satya, mungkin orang lain yang melihat itu langsung mengira dirinya modus, tapi menurut Satya itu merupakan hal biasa dilakukan. Wony merasa sedikit kaku, setiap pemuda yang mencoba mendekati dirinya cenderung sangat berhati-hati dan bertanya terlebih dahulu. Namun Satya sangat santai.

 Namun Satya sangat santai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Di depan itu rumahku.”

“Ga salah? ini bukannya hotel.”

“Bukan kak, ini emang rumah orang tuaku. Mau mampir dulu?”

Satya terdiam, masih memandang rumah super mewah milik adik kelasnya. Wah bagaimana bisa ia bersikap biasa seperti tadi, bagaimana jika orang tua Wony sungguhan pemilik sekolah? Dan jika sifatnya yang kurang mengenakkan. Pemikiran rumit dikepala Satya tak kunjung usai. Apalagi ia mengantar menggunakan motor beat.

“Kak? Halloo~” Menyadarkan Satya dari lamunannya. “Eh maaf.”

“Gimana?”

“Oiya gua engga bisa, ada janji.”

“Eoh okay, makasih kak.”

Satya mengangguk dan tersenyum tipis. Wony pergi sembari diikuti oleh bodyguard, wah Satya seperti melihat sebuah film. Bagaimana bisa ia tidak menyadari bahwa Wony dari keluarga sangat berkecukupan, mungkin saja pakaian yang digunakan biasa, namun harganya fantastis.

Sesampainya dirumah, Satya terlihat masih merenungi sesuatu.

“Kamu tuh kenapa? Dari tadi mama perhatikan melamun terus.” Namira, Ibu kandung Satya terheran melihat tingkah anaknya sendiri.

𝐘𝐎𝐔𝐑 𝐒𝐌𝐈𝐋𝐄 - 𝘑𝘢𝘯𝘨𝘬𝘬𝘶Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang