Restu Paman

2.2K 20 0
                                    

Xiaojun X Mark+Renjun🤏🏻

Bagi yang kurang suka harap tinggalkan bab ini, supaya tidak menimbulkan kebencian 💋.

.
.
.
.
.

Mark dihadapkan dengan Xiaojun yang enteng dan tenang nya me minum teh hangat miliknya di pagi hari. Lehernya sedikit ada rasa tercekik kala tatapan yang Xiaojun berikan nampak terkesan tajam dan menusuk.
Mata Mark melirik Renjun, kekasihnya itu, berada di sebelahnya, berikan dukungan bahwasannya tak akan terjadi apa apa, dengan berikan gesture mengangkat tangan mengepal kuat tanda berikan semangat.
Mata Xiaojun melirik ke arah Renjun, Renjun menangkap hal itu, dengan cepat mengangguk lalu mengangkat bokong nya dari sofa yang tersedia di sana.
"Baiklah paman, dan Mark Hyung eumm Renjun pergi dulu ya, ada sesuatu yang ingin ku lakukan" ujar Renjun pada paman nya itu, pinta izin sebelum berlalu, Xiaojun mengangguk.
Dengan respon Xiaojun dengan cepat Renjun berlalu pergi, melewati bekalang badan Mark, dengan lalu an menyentuh pundak beri dukungan untuk kuat.

Sudah, sekarang hanya tinggal Xiaojun dengan Mark.
Renjun itu kekasih Mark, kenapa ia di tinggal berdua hanya bersama pamannya Renjun saja (Xiaojun)?
Sudah hukum di keluarga Huang itu, kala jika ingin meminang anak di keluarga sana, harus lah melakukan ujian, biasa Renjun menyebut nya dengan tes wawancara. Menurut nya sih begitu.
Mark dan Renjun sudah menjalan kasih 5tahun, hanya karena tes wawancara itu, bukan masalah besar baginya, ia sudah sering menghadapi itu. Demi Renjun- cintanya, Mark menyanggupi untuk melakukan persyaratan yang diberikan.
Hanya jika ingin melakukan tes nya, tidak boleh di temani sesiapapun, itu lah yang membuat nya sedikit nervous, sisanya, ia sudah siap.

"Ahh" helaan nikmat terdengar dari seruan Xiaojun, teh nya kini yang bahkan sudah tidak bisa dikatakan sisa setengah telah ia sesap nikmat. Meletakkan gelas secara perlahan menimbulkan sedikit bunyi yang amat jelas terdengar, menandakan ruangan itu benar sepi. Hanya di ruang tamu saja sebenarnya.

"Mark, Mark Lee"
Suara Xiaojun keluar, terdengar santai namun berwibawa.
"Ya paman" Peluh mulai mencucur di kening nya, tangan nya mulai gusar, di gerakkan ke pahanya naik turun, tanda gugup. Semua tak luput dari perhatian Xiaojun tentu saja.
"Kau mencintai Renjun?" Tanya Xiaojun. Yang dikatakan sebagai tes wawancara itu tanda di mulai.
Mark mengangguk mantap, tak usah ditanya pun, cinta nya itu benar tak diragukan.
"Sangat paman, Sangat"
Xiaojun tersenyum, senyuman yang buat Mark terpana, uppsie.

"Seberapa besar cintamu padanya, berapa persen kah yang kau rasa?" tanya Xiaojun lagi.
"Paman, menurut ku Cinta bukan lah hal yang bisa ditunjuk dengan jumlah, tapi dengan perbuatan, Cinta ku pada Renjun itu bukan hal bisa aku di deskripsi kan dengan kata, Sedalam nya Laut masih bisa di ukur paman, tapi Cinta itu tidak."

Xiaojun menahan untuk mengulum senyumnya, terdengar seperti pembual Mark ini, tapi nampaknya ia serius.
"Baiklah kalau begitu menurut mu, apa yang sudah kah perbuat hingga bisa kau mengakui mencintai nya?" Tanya Xiaojun lagi.
"Dengan ini paman, Saya disini, Selaku Mark Lee dari keluarga Lee, Meminta pada anda selaku wali dari Renjun, untuk meminang keponakan anda, membuktikan tekad dengan cara membuat nya jadi milik saya seutuhnya lewat jalur yang sah, bertujuan akan selalu bersama nya dalam ikatan pernikahan."
impressive, Xiaojun suka. Kali ini ia tersenyum teduh, ia rasa yakin nampaknya Renjun mendapatkan calon yang tepat untuk teman hidup.

"Baiklah Mark, Selanjutnya kau harus Sebutkan kekurangan Renjun, dan setelah itu apa alasan kau tetap menerimanya." Oho Xiaojun tersenyum miring kali ini, jawaban apa kali ini yang kira Mark berikan?
Mark diam sesaat, gurat wajahnya rasa tidak yakin, harus disebutkan katanya?
"Paman, bahwasanya manusia tidak lah ada yang sempurna, contoh seperti Renjun sekalipun, bahkan saya sendiri, tapi hanya karena seseorang memiliki kekurangan bukan berarti dia tidak layak dicintai bukan? Saya disini berniat serius dengan keponakan anda, jadi hanya karena dikatakan Renjun tak sempurna, tidak bisa menjadikan tolak ukur bagi cinta saya, saya mencintainya dengan tulus."

Harem RandomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang