Kaki Reyden terhenti ketika ia dan Aryo sudah sampai di salah satu club ternama disana. Dalam hidupnya, Rey tidak pernah sedikitpun terbesit di benaknya ia akan menginjakkan kakinya di tempat seperti ini.
"Ayolah, napa lu malah diem"
"Gue...gue.."
"Jangan bilang lu gak jadi"
Rey hanya diam, menurunkan pandangannya ke bawah, sedangkan Aryo terlihat menarik nafas kasar sebelum akhirnya ia merangkul sahabatnya itu.
"Ayolah Rey, setidaknya ini semua lu lakuin untuk nyokap lu, untuk adik-adik lu juga"
"Tapi Yo.."
"Terserah lu ajah, gue gak akan maksa tapi gue juga gak bisa bawa lu lagi nanti kalau semisalnya lu pergi malam ini"
Reyden terdiam cukup lama, Aryo mengamati kegelisahan dan ketakutan yang mungkin Rey rasakan tapi hanya ini pekerjaan yang bisa dirinya tawarkan pada sahabatnya itu.
"Gimana? Lu mau pulang ajah?"
Aryo merogoh kunci mobil di saku dan memberikannya pada Rey.
"Pake ini ajah kalau mau balik"
Rey menggeleng lalu mengangguk membuat senyum Aryo merekah di ikuti rangkulan dan langkah keduanya memasuki club' itu.
"Hey Yo, bawa siapa lu? Mainan mami"
"Enak ajah lu, gini gini juga calon berlian di club' ini"
Alvin ketawa sambil memperhatikan penampilan Rey yang saat ini hanya menggunakan kaos oblong hitam dan celana jeans senada.
"Aryo Aryo, kalau mau bikin gue percaya itu bawa barang yang baguslah. Jangan anak cupu lu bawa kemari"
HAHAHA,,
teman-teman Alvin yang saat itu berada di dekatnya ikut tertawa, sedangkan Aryo hanya mendecak sambil membusungkan dada di depan pria yang saat ini menyandang predikat kesayangan mami Rachel.
"Kita lihat nanti"
"Ok, siapa takut"
Alvin tersenyum smirik, sedangkan Rey hanya diam dengan perasaan yang di penuhi kegelisahan saat ini. Iya merasa sedang mengkhianati seseorang yang entah itu siapa.
"Ayo Rey"
Tarikan Aryo membuat lamunannya buyar, dan kala itu barulah tatapan nya bertemu dengan tatapan permusuhan dari Alvin dkk.
"Lumayan juga barang yang di bawa si Aryo" Tyo, teman Alvin
"Maksud lu apa?"
"Gak ada maksud, tapi kalau di lihat dari postur dan paras nya good looking lah ya"
"Ck, good looking doang disini gak guna yang penting good yang ini"
Alvin menunjuk benda pusakanya yang memang terlihat menonjol.
"Percuma kalau senjatanya lemes, mana mau sama dia. Memangnya Tante Tante itu mau membayar untuk menikmati gantengnya doang hah"
"Udah udah gak usah ribut, mending kita ketemu Tante Sarah di kamar VIV, Takut doi merajuk"
Dimas merangkul kedua temannya yang akhir-akhir ini memang sering beradu mulut.
"Ayo, cewek tua itu kalau marah libidonya meninggi" gerutu Alvin
"Nah kan, makannya dari itu jangan buat dia menunggu" sarkas Dimas
"Seharusnya gue gak perlu layani nenek-nenek tua itu. Mending kalian berdua ajah sama si mainan baru tadi"
KAMU SEDANG MEMBACA
REYDEN🔞
Ficção AdolescenteTentang perjalanan hidup pria bernama Reyden Abimanyu, selengkapnya baca ajah ya..!! Warning..!! di bawah umur di larang baca