Haruskah Menyerah?

151 27 13
                                    

Typo bertebaran

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Karya_ by Lidwinsetya

~Seandainya Kamu ~

💔💔Happy reading💔💔

________________________________________

No matter how hard i chase, no matter how hard i step.
I will still stand when  the storm hits many times.

~Seandainya Kamu ~

Menjadi tulang punggung keluarga rasanya tidak tepat untuk seorang Gazala. Namun ketika awal terpaksa menjalani sebuah fakultas kedokteran yang akhirnya membawanya ke negara ini. Ya,  dua  jam lalu pesawat yang di tumpanginya selama puluhan jam akhirnya mendarat mulus di bandara. Kini, Gazala bersama dengan beberapa tim medis dari dua matra TNI membentuk barisan. Masing-masing tim bekerja sesuai tupoksi mereka sebagai relawan kemanusiaan. Beberapa kali Gazala melirik gedung-gedung yang terlihat dari tempat  posko yang terlihat retak begitu lebar, seperti ingin roboh dan puluhan gedung sudah runtuh tak tersisa, Gazala tidak bisa membayangkan kengerian saat tragedi itu terjadi. Gaza adalah tempat dimana ia ditugaskan sebagai tim medis untuk menangani trauma pada anak paska genosida itu berlangsung.

Walau pada awalnya Gazala tidak berniat untuk ikut dalam tim, lalu mengambil momentum pas ketika semua rasa berakhir dalam kehidupannya. Ia sempat merasa takdir telah  merenggutnya untuk kesekian kalinya. Kerapuhan terlihat jelas di kedua matanya. Namun, ketika sampai di negara ini Gazala tentu merasa patut bersyukur masih diberi kesempatan untuk hidup lebih lama.

Helaan nafas kasar memenuhi perungu nya sendiri. Sebegitu berat kehidupan orang dewasa yang harus di laluinya saat ini. Ujian yang ia hadapi mungkin tidak seberat mereka yang telah lebih dulu mengalami. Namun, Gazala tetaplah manusia biasa.

"Mbak, ini___" Letnan Wira memberikan sekotak alat medis milik Gazala untuk memastikan bahwa semua telah terangkut. Hari ini mereka ditugaskan untuk memulai misi penyelamatan bersama tim dari negara tetangga.

Langkah kaki Gazala menyusuri setiap kepingan reruntuhan, di mana masih banyak korban tertimbun di dalam sana. Sungguh, Gazala ikut merasakan bagaimana para korban harus bertahan hidup di reruntuhan ketika sama sekali tidak mendapat asupan makan dan minum. Kemungkinan besar dari mereka  yang masih berada di dalam reruntuhan kecil untuk bertahan hidup. Dan lebih ironis lagi  mereka kemungkinan meninggal karena dehidrasi.

Gazala menerima alat medisnya tanpa mengatakan apapun, hanya senyuman yang ia berikan  lalu kembali dengan mimik wajah tanpa ekspresi. Mungkin lawan bicaranya pasti tahu akan perubahannya.

Seandainya Kamu 4 (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang