1.🥔🦋

70 6 0
                                    

" Yeoboseyoo! YAAAK! Hwang Eun-aaa!!!! " terdengar suara cempreng seorang perempuan ketika Eunchae mengangkat telfon yang sedari tadi terus bergetar di saku celananya.

" Hmmm...Wae? " jawab Eunchae dengan santai sambil menuntun sepedanya, dia sudah terbiasa dengan suara berisik sahabatnya itu, Hong Ra Eun adalah temannya sejak kecil, mereka tinggal di daerah yang sama walaupun tidak pernah satu sekolah tapi mereka selalu bermain bersama.

Jika kalian bertanya-tanya mengapa mereka tidak pernah satu sekolah, jawabannya karena Ra Eun selalu sekolah di sekolahan swasta tempat para anak-anak yang beruntung secara ekonomi, yup...sahabatnya ini adalah seorang chaebol (anak orang kaya) tapi walaupun begitu perbedaan kasta tidak berlaku dalam persahabatan mereka.

Hong Ra Eun adalah seorang sahabat baik yang tidak pernah merendahkannya, dia bahkan selalu mendukungnya apapun yang terjadi, walaupun terkadang menyebalkan dengan sifat manja dan cerewetnya, tetapi dia sudah terbiasa sekarang, info mengenai beasiswa yang sekarang Eunchae dapatkan itu juga berasal dari Ra Eun, Ayah perempuan itu memang salah satu donatur sekolahan, tapi tenang saja Eunchae memenangkan beasiswa itu secara adil dalam kompetisi tanding taekwondo.

" HMMM?! WAE?! YAAA! Mengapa kamu sesantai itu eoh?! "

" Terus aku harus bagaimana? "

" YAAAK HWANG EUNCHAE!!! " sahabatnya ini memang sesuatu, ia bahkan harus menjauhkan ponselnya jika tidak mau telinganya berdenging sakit berkelanjutan.

" JANGAN BERTERIAK PPABOYA!!! " dengan kesal Eunchae membalasnya dengan teriakan yang tidak kalah keras, beberapa orangpun sampai menengok kearahnya, dia terlalu kesal dengan kebiasaan berteriak sahabatnya itu.

" Hehehe mian mian, lagian mengapa kau tidak exicted sih??? Padahal akhirnya kita bisa satu sekolah. "

" Memangnya, darimana kau tahu jika aku tidak excited eoh? "

" Itu! kau menjawabku dengan santai, hanya hmmm, wae, jika tidak semangat memang apa namanya coba?! "

" Baiklah-baiklah terserah tuan putri saja, kenapa kau menelpon? "

" Nah bagus aku jga sedang malas berdebat, aku menelfonmu untuk menanyakan persiapan besok, bagaimana? "

" Mengapa semua orang menyuruhku bersiap sih, santai saja ini masih pagi. "

" Yaaa aku kan takut kau kebingungan saja. "

" Hmmm gomawo sudah mengkhawatirkanku, tapi aku tidak mempersiapkan banyak, karena seragam dan buku sudah termasuk dalam beasiswanya. "

" Benarkah? Padahal aku ingin ikut mempersiapkannya. " Eunchae tersenyum mendengar jawaban sedih sahabatnya.

Seperti itulah Ra Eun, dia sangat peduli jika itu menyangkut dirinya, ia jadi ingat ketika kecil Ra Eun hanya bermain dengannya karena anak-anak lain tidak mau berurusan dengan Ra Eun yang manja juga cengeng, dan hanya dirinyalah yang menerima perempuan itu apa adanya, lagipula menurutnya Ra Eun itu sangat menggemaskan walaupun yaa terkadang menyebalkan.

" Euuum tapi nanti sore sepertinya aku akan membeli sepatu. "

" REALLY??? Aku mau ikut yaaaaa please... "

" Geurae. "

" YEEEEAAAY...kalau begitu sampai nanti. "

" Eooh. "

Telfon itu selesai tepat ketika ia sampai di kedai Ayam yang terletak tidak jauh dari rumahnya, disana sudah terlihat Ibunya yang sedang bersiap-siap untuk membuka kedai.

" Eomma...aku pulang. " ucapku sambil duduk di salah satu meja yang sudah tersedia beberapa makanan untuk kami sarapan pagi ini.

" Eo uri ttal...duduklah dan sarapan! " jawab Eomma yang masih sibuk dengan alat bersih-bersihnya.

AmbivalenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang